Liga Indonesia

Seto Bersaudara dan Kisah Manis Penakluk Sepak Bola Mataram

Selasa, 8 Januari 2019 10:18 WIB
Penulis: Prabowo | Editor: Cosmas Bayu Agung Sadhewo
© Ronald Seger/INDOSPORT
Pelatih PSS Sleman Seto Nurdiyantoro dilempar ke udara. Copyright: © Ronald Seger/INDOSPORT
Pelatih PSS Sleman Seto Nurdiyantoro dilempar ke udara.

INDOSPORT.COM - Selasa malam, 23 Oktober 2018 lalu, pencinta sepak bola Indonesia khususnya di wilayah DI Yogyakarta mendapat kabar mengejutkan.

Kapten PSIM Yogyakarta, Hendika Arga Permana mendadak mengumumkan diri gantung sepatu dari aktivitas olahraga terpopuler se-jagad raya itu.

Arga, sapaan akrabnya, pensiun apakah karena faktor usia? Tidak! Dia mengakhiri karier di sepak bola saat usia emas dan produktif yakni 25 tahun.

Lalu karena cedera? Bukan juga. Keputusan pensiun diambil saat kondisi Arga sedang dalam performa terbaik dan baru sekitar lima hari diboyong PSS Sleman.

Ya, Arga menerima pinangan PSS Sleman untuk terjun di babak 8 besar Liga 2. Namun, langkah tersebut mendapat protes keras dari pendukung tim Laskar Mataram di media sosial.

Tak hanya itu, spanduk protes terhadap keputusan Hendika Arga terbentang jelas di mess PSIM.

Hanya satu alasannya. Rivalitas! Namun, rivalitas buta dari oknum suporter disebut-sebut jadi landasan pemain yang identik dengan nomor punggung 8 itu untuk gantung sepatu.

"Saya berharap teman-teman pemain digenerasi sekarang atau yang akan datang yang ingin memperkuat tim manapun, mampu mendapatkan kebahagiaan dan kebebasan secara utuh," tambahnya.

"Mampu menikmati sepak bola di manapun mereka bermain untuk tim tersebut. Dan saya yakin semua pesepak bola mendambakan hal itu," jelasnya.

Potongan kalimat yang dituliskan Arga saat mengumumkan pensiun dari dunia olah si kulit bundar. Ungkapan yang memberi isyarat dan harapan agar kejadian serupa tak menimpa pemain lain.

Selama ini hubungan suporter di wilayah itu memang kurang harmonis. Kelompok suporter PSS dan Persis Solo akur, namun keduanya tak harmonis dengan PSIM.

Mungkin Persiba Bantul yang 'beruntung' karena nyaris tak pernah terjadi gejolak dengan kelompok suporter di tiga daerah tersebut.

181