Liga Indonesia

3 Alasan Mengapa Pemain Naturalisasi Tak Lagi Penting untuk Timnas Indonesia

Kamis, 17 Januari 2019 13:32 WIB
Editor: Prio Hari Kristanto
© Fitra Herdian/INDOSPORT
Duo kembar Timnas Indonesia U-16, Bagas Kaffa dan Bagus Kahfi. Copyright: © Fitra Herdian/INDOSPORT
Duo kembar Timnas Indonesia U-16, Bagas Kaffa dan Bagus Kahfi.
1. Pembinaan Pemain yang Semakin Baik

Timnas sepak bola Indonesia selalu dibenturkan pada masalah pembinaan. Banyak yang menilai kualitas pembinaan kita kalah dibanding negara-negara lain. 

Inilah yang menyebabkan mengapa sepak bola kita tertinggal. Akan tetapi, seiring berjalannya waktu, kondisi ini telah berubah. 

Kini, PSSI mulai berbenah dalam pembinaan pemain usia muda. Dengan semakin banyaknya pelatih-pelatih handal dan program yang tertata, makin banyak bakat-bakat muda Indonesia yang muncul ke permukaan. 

Dimulai dari era Timnas U-19 Indra Sjafri, kelompok usia muda seakan mencuri perhatian pecinta sepak bola nasional. 

Sebagian dari pemain U-19 ini pun kini menjadi tulang punggung timnas senior dan juga klub-klub mapan tanah air. 

Praktik serupa juga terjadi di Timnas U-16. Untuk pertama kalinya dalam sejarah, Timnas U-16 berhasil menjuarai Piala AFF.   

Lalu, untuk pertama kalinya semenjak tahun 1990, Timnas U-16 berhasil menjadi juara grup di Piala Asia U-16.

Banyak dari pemain-pemain junior ber-skill tinggi ini diakui dan bahkan mendapatkan kontrak profesional dari klub-klub mapan Liga 1. 

Masa depan Timnas Indonesia pun bisa dibilang cerah. Apalagi saat ini pondasi kuat tengah dibangung pada timnas kelompok umur U-23. 

Angkatan muda ini pun bakal menutup ruang bagi pemain-pemain naturalisasi untuk bermain di Timnas Indonesia. 

Piala AFF 2016 merupakan salah satu contoh terbaik di mana Timnas kita mampu melaju ke final Piala AFF hanya dengan satu pemain naturalisasi atas nama Stefano Lilipaly. 

Lilipaly pun sejatinya memiliki darah Indonesia melalui ayahnya yang orang Maluku. 

Berikut ini skuat Timnas di Piala AFF 2016

Kiper: Andritany Ardhiyasa (Persija Jakarta), Teja Paku Alam (Sriwijaya FC), Kurnia Meiga Hermansyah (Arema Cronus)

Pemain belakang: Beny Wahyudi (Arema Cronus), Manahati Lestusen, Abduh Lestaluhu (PS TNI), Fachruddin Wahyudi Aryanto (Sriwijaya FC), Rudolof Yanto Basna (Persib Bandung), Hansamu Yama Pranata (Barito Putera), Abdul Rachman (Persiba Balikpapan), Gunawan Dwi Cahyo (Persija Jakarta)

Pemain tengah: Bayu Gatra Sanggiawan (Madura United), Evan Dimas Darmono (Bhayangkara FC), Dedi Kusnandar (Sabah FA), Bayu Pradana Andriatmoko (Mitra Kukar), Zulham Malik Zamrun (Persib Bandung), Rizky Pora (Barito Putera), Stefano Lilipaly (Telstar FC), Andik Vermansah (Selangor FA).

Pemain depan: Boaz Theofillius Erwin Solossa (Persipura Jayapura), Lerby Eliandry Pong Babu (Pusamania Borneo FC), Ferdinand Alfred Sinaga (PSM Makassar), Muchlis Hadi Ning (PSM Makassar)

112