Bola Internasional

Momen Klasik: Mengenang Kesuksesan Duet Balkan AC Milan Era 1990-an

Jumat, 8 Februari 2019 11:00 WIB
Editor: Indra Citra Sena
© Dok. Guerin Sportivo
Zvonimir Boban menenteng trofi Piala Super Eropa 1995. Copyright: © Dok. Guerin Sportivo
Zvonimir Boban menenteng trofi Piala Super Eropa 1995.

INDOSPORT.COM - Klub sepak bola Italia, AC Milan seringkali mengandalkan kombinasi pemain asing dalam setiap era kejayaan. Trio Swedia 1950-an (Gunnar Gren-Gunnar Nordhal-Nils Lieldholm), Duet Brasil 1960-an (Dino Sani-Jose Alfatini), dan Trio Belanda 1980-an (Marco van Basten-Ruud Gullit-Frank Rijkaard) merupakan contohnya. 

Memasuki era 1990-an, tepatnya saat Fabio Capello menduduki kursi kepelatihan, Milan kembali bertumpu kepada para stranieri yang berasal dari wilayah Balkan (Eropa Tengah), yakni Zvonimir Boban (Kroasia) dan Dejan Savicevic (Yugoslavia).

Kolaborasi Boban-Savicevic menghasilkan tujuh titel bergengsi. Perinciannya adalah Serie A (1992/93, 1993/94), Supercoppa Italiana (1992, 1993, 1994), Liga Champions (1993/94), dan Piala Super Eropa (1994).  

Sepasang gelar yang disebut terakhir merupakan prestasi puncak kedua pemain. Boban dan Savicevic sama-sama mentas sebagai starter plus tampil memukau dalam partai penentuan juara Liga Champions serta Piala Super Eropa.

Di final Liga Champions kontra Barcelona, kontribusi Savicevic lebih terlihat karena namanya masuk papan skor, sedangkan Boban cuma sekadar menebar ancaman tanpa mencetak gol maupun membuat assist.

Peran vital Duet Balkan baru benar-benar tampak di Piala Super Eropa versus Arsenal, tepat hari ini 24 tahun silam (8 Februari 1995). Boban membuka keunggulan Milan lewat sepakan mendatar menyambut operan terobosan Daniel Massaro pada menit ke-41.

Berikutnya, giliran Savicevic unjuk kemampuan. Umpan silang akurat gelandang yang kini menjabat Presiden Federasi Sepak bola Montenegro (FSCG) itu via sepak pojok memudahkan Massaro menanduk bola guna menggandakan skor Milan.

Jadilah Milan berhak merengkuh trofi Piala Super Eropa dengan keunggulan agregat 2-0 (kejuaraan masih menggunakan sistem home-away). Laga leg I di markas Arsenal, Highbury, berakhir imbang tanpa gol.

"AC Milan adalah tim terbaik Eropa, bahkan dunia, kala itu. Kami seharusnya bisa berbuat lebih, tapi para pemain sepertinya terlalu menaruh respek kepada lawan, kata pelatih Arsenal kala itu, George Graham, seperti dilansir situs UEFA.

Ikuti Terus Berita Sepak Bola Internasional dan Olahraga Lainnya di INDOSPORT.COM