In-depth

Menyoal Badak Lampung FC dan Tren 'Klub Instan' di Liga Indonesia

Rabu, 3 April 2019 18:42 WIB
Editor: Prio Hari Kristanto
© Ronald Seger Prabowo/Indosport.com
Kunjungan ke Stadion Kapten I Wayan Dipta. Copyright: © Ronald Seger Prabowo/Indosport.com
Kunjungan ke Stadion Kapten I Wayan Dipta.
Mendukung Industri Sepak Bola Nasional?

Pertama-tama mari kita bahas terlebih dahulu aspek positifnya.  

Pada 2011 lalu terjadi perubahan besar pada sepak bola Indonesia. Di tahun itu klub sepak bola nasional tak diperbolehkan lagi menggunakan dana APBD. 

Kondisi ini pun memberikan dampak sangat besar. Klub dipaksa harus bisa mandiri mencari dana demi bisa mengarungi kompetisi. 

Akhirnya, tren investasi di klub pun mulai digalakkan di Indonesia yang mana sampai sekarang terus mengalami perkembangan pesat. 

Bali United misalnya. Munculnya Bali United tak lepas dari masalah keuangan yang mendera Persisam Putra samarinda. 

Dengan diakuisisi oleh pengusaha Yabes Tanuri, Persisam Putra Samarinda diubah menjadi tim super di Indonesia dengan wujud Bali United. 

Klub Bali United pun kini menjadi barometer klub profesional di Tanah Air. Pengelolaan dari seorang pengusaha layaknya klub-klub Eropa membuat Bali United selangkah lebih maju dari tim-tim lainnya. 

Alih-alih menggunakan dana APBD yang terbatas serta pengelolaan yang kuno, Bali United menjelma menjadi klub profesional yang disegani. 

© Ronald Seger Prabowo/Indosport.com
Kunjungan ke Stadion Kapten I Wayan Dipta. Copyright: Ronald Seger Prabowo/Indosport.comKunjungan ke Stadion Kapten I Wayan Dipta.

Sebuah sinyal bagus ketika ada orang-orang yang mau berinvestasi besar untuk klub sepak bola tanah air seperti yang dilakukan oleh Achsanul Qosasih di Madura, TNI dengan Tira Persikabo, atau Marco Gracia Paulo dengan Badak Lampungnya. 

Era merger dan akuisisi klub di Indonesia seakan sebagai tanda bahwa industri sepak bola di Indonesia telah berjalan. 

Patut digarisbawahi, banyak pula pengusaha atau pemilik modla lainnya yang berinvestasi di klub yang sudah mapan seperti Persebaya, Persija, Arema, Persib, dan lain-lain.

Mereka tidak perlu pindah base untuk mencari masa karena basis klub yang sudah kuat.  

Namun, tren 'klub instan' ini juga meninggalkan sisi negatif. Bahkan, cukup banyak celah yang bisa dikritik di dalamnya.

Ada sejumlah hal yang patut disoroti dari munculnya klub-klub ini di Indonesia.  

227