Liga Indonesia

Ovan Tobing: Jejak dan Suka Duka Sang Pendiri Klub Arema

Minggu, 5 Mei 2019 16:11 WIB
Penulis: Ian Setiawan | Editor: Lanjar Wiratri
© Ian Setiawan/INDOSPORT
Ovan Tobing dalam acara tasyakuran hari ulang tahun Arema Cronus ke 29. Copyright: © Ian Setiawan/INDOSPORT
Ovan Tobing dalam acara tasyakuran hari ulang tahun Arema Cronus ke 29.
Suka Duka Awal Mendirikan Arema

INDOSPORT: Tapi di era dulu, keterlibatan Anda cukup penting di Arema?

Ovan Tobing: Ya, sewaktu tim ini menjadi juara di kompetisi Galatama tahun 1991/1992. Waktu itu, saya berani mengambil resiko untuk mengisi jabatan manajer tim, karena tidak ada orang yang mau mengisinya. Kondisi Arema sedang sangat sulit sekali dalam hal finansial, sehingga merembet kepada situasi internal klub. 

Dari situ saya belajar, bahwa membangun komunikasi antar manusia memang tidak mudah. Berbicara dari hati ke hati, adalah solusi terbaik yang bisa diambil. Karena dengan keterbatasan finansial, sangat sulit sekali untuk melihat Arema bertanding dengan komposisi terbaiknya. 

Membuat pemain seperti Kuncoro, Mecky Tata, hingga Singgih Pitono memakai kostum saja sangat sulit. Karena kondisi tim sangat sulit sekali, dan mereka berhak melakukan itu. Tapi dengan perjuangan yang panjang, peluang besar untuk meriah juara kompetisi bisa kita dapatkan.

INDOSPORT: Lalu, bagaimana kiat anda bisa meyakinkan pemain hingga mencapai juara?

Ovan Tobing: Saya terus berbicara dari hati ke hati. Bahwa Arema itu adalah klub rakyat, klub proletar. Bukan klub milik pemerintah seperti era perserikatan yang makmur dari segi finansial. 

Saya bertanya, apa yang bisa membuat kalian bangga terhadap Arema? Mereka menjawab, menang bos. Oke, itu yang kalian mau, maka lakukan lah. Soal hal-hal lainnya (seperti gaji dan bonus), biar tugas kami untuk menyelesaikannya.