In-depth

Menakar Untung Rugi Bila PSIS Terus Berkandang di Magelang

Minggu, 21 Juli 2019 19:48 WIB
Penulis: Alvin Syaptia Pratama | Editor: Ivan Reinhard Manurung
© INDOSPORT/Arief Setiadi
Stadion Moch Soebroto, kandang sementara PSIS Semarang di Liga 1 2019. Copyright: © INDOSPORT/Arief Setiadi
Stadion Moch Soebroto, kandang sementara PSIS Semarang di Liga 1 2019.

INDOSPORT.COM – Klub sepak bola asal Ibukota Jawa Tengah PSIS Semarang saat ini menjadi tim musafir untuk bermain di kompetisi Shopee Liga 1 2019.

Hal ini dikarenakan Stadion Jatidiri yang menjadi markas asli mereka masih dalam tahap renovasi besar-besaran untuk menjadi salah satu venue sepak bola bertaraf internasional.

Sudah hampir dua tahun Laskar Mahesa Jenar bermain di Kota Getuk sejak stadion legendaris mereka direnovasi pada tahun 2017.

Pertandingan pertama kandang PSIS di Stadion Moch Soebroto ditandai saat Hari Nur Yulianto dan kolega menjamu Persibat Batang pada babak 16 besar kompetisi Liga 2 tahun 2017. Sejak saat itu, klub yang berdiri pada tahun 1932 ini terus menggunakan Stadion Moch Soebroto hingga sekarang.

Bahkan sekarang tim tersebut sudah menyewa mess pemain, pelatih, dan official di Kota Magelang. Sebelumnya mereka ke kota tersebut hanya saat mendekati hari pertandingan.

Membengkaknya Dana Operasional

Hampir dua tahun jauh dari kota asal membuat PSIS mau tidak mau, suka tidak suka harus menerima kenyataan ini. Jika berbicara untung rugi pun, pihak manajemen klub mengutarakan banyak kerugian yang harus didapat saat home base bukan di Semarang.

“Jika berbicara untung rugi, kami bermain di Magelang tidak ada keuntungan. Manajemen setiap tahun harus menutup biaya pengeluaran hingga Rp15 Miliar."

"Biaya itu terdiri dari operasional tim selama di sana, untuk sewa stadion, mess pemain, serta hotel untuk pemain asing,” ujar Chief Executive Officer (CEO) PSIS Yoyok Sukawi kepada redaksi berita olahraga INDOSPORT.

“Belum lagi pajak di sana cukup besar bila dibandingkan dengan daerah kota lain, namun kami tetap bersyukur bisa bermain di Moch. Soebroto yang jaraknya masih terjangkau oleh para suporter,” jelas pria yang juga anggota DPRD Jawa Tengah ini.

Pajak di Kota Magelang memang cukup tinggi, 35 persen pendapatan PSIS saat menggelar laga kandang harus dibayarkan ke pihak terkait karena memang itu sudah diatur di dalam peraturan daerah kota yang diapit beberapa gunung tersebut. Hal ini semakin memperberat manajemen dalam mengelola keuangan klub.

Walaupun belum bisa mendapatkan keuntungan bagi timnya, Yoyok Sukawi tetap bersyukur dengan adanya PSIS di kota tersebut bisa menumbuhkan ekonomi kota dan masyarakat sekitar stadion. Ia bisa bertutur seperti itu setelah mendapat laporan dari Walikota Magelang Ir. H. Sigit Widyonindito, M.T.

“Pak Walikota bercerita ke saya bahwa setelah PSIS main di Magelang bisa menumbuhkan ekonomi dengan warung-warung makan semakin ramai, hotel penuh saat hari pertandingan hingga warga sekitar stadion yang bisa membuka lahan parkir saat kami bermain, itu cukup bagus untuk pertumbuhan ekonomi,” jelas Yoyok.

Bahkan Sigit sebagai orang nomor satu di Kota Magelang juga turut menjadi sponsor PSIS dengan adanya adboard dari dirinya di pinggir stadion saat anak asuh Jafri Sastra bertanding.