Bola Internasional

Perbandingan Program Indonesia, Malaysia, dan Thailand Agar Lolos ke Piala Dunia

Senin, 22 Juli 2019 14:19 WIB
Editor: Abdurrahman Ranala
© INDOSPORT
Bendera Indonesia, Thailand, Malaysia dan Piala Dunia. Copyright: © INDOSPORT
Bendera Indonesia, Thailand, Malaysia dan Piala Dunia.

INDOSPORT.COM - 3 negara ASEAN punya cara masing-masing agar bisa lolos ke Piala Dunia. Berikut perbandingan program dari Indonesia, Thailand, dan Malaysia agar lolos ke Piala Dunia. 

Piala Dunia FIFA, menjadi turnamen paling prestisius dan paling banyak ditonton di dunia sepak bola. Setiap penyelenggaraannya menjadi sorotan di berbagai belahan dunia. 

Banyak negara juga berlomba-lomba agar bisa lolos ke turnamen 4 tahunan tersebut. Tak terkecuali dengan negara-negara di Asia Tenggara. 

Setidaknya, Indonesia, Malaysia, dan Thailand menjadi 3 negara terdepan yang serius untuk bisa tampil di Piala Dunia. 

3 negara ini juga berlomba-lomba untuk lolos ke Piala Dunia dengan berbagai program yang dimiliki. Berikut ini perbandingan program Indonesia, Malaysia, dan Thailand. 

Thailand

Apa yang dilakukan Thailand agar bisa lolos ke Piala Dunia, sebenarnya cukup mirip dengan program dari Jepang di erah 90-an. 

Saat itu, Jepang mulai mendorong pesepak bola yang mereka miliki untuk bermain di Eropa. Sebut saja mulai dari Shinji One (Feyenoord Rotterdam), Junichi Imamoto (Arsenal, Fulham), hingga Hidetoshi Nakata (Perugia, AS Roma). 

Bedanya, program tersebut dilakukan Thailand dengan mengirim pemain-pemain yang mereka miliki ke kompetisi yang kompetitif, J-League. 

Dalam beberapa tahun terakhir, banyak pesepak bola Thailand yang bermain di J-League. Mulai dari Chanatip Songkrasin (Consadole Sapporo), Sittichok Passo (Kagoshima United FC), Chaowat Veerachat (Cerezo Osaka), Jakkit Wachpirom (FC Tokyo). 

Selain itu ada juga Teerasil Dangda (Sanfrecce Hiroshima), Chakkit Laptrakul (Tokushima Vortis), Nattawut Suksum (FC Tokyo), Theerathon Bunmathan (Vissel Kobe, Yokohama F.Marinos), dan juga Thitipan Puangchan (Oita Trinita). 

Dengan program ini, Thailand berharap agar dapat lolos setidaknya di Piala Dunia 2022 Qatar. 

Malaysia

Berbeda dengan Thailand, Malaysia mengambil jalan yang lain untuk dapat lolos ke Piala Dunia. Malaysia melakukan program yang sebenarnya sudah umum dilakukan dimana-mana, naturalisasi. 

Salah satu pemain yang akan dinaturalisasi Malaysia adalah Kobe Chong yang pernah menimba ilmu di Cagliari U-17, dan Armin Meier eks Timnas U-22 Singapura keturunan Jerman. 

Sebelumnya Malaysia juga sudah pernah memainkan Mohamadou Sumareh yang kelahiran Gambia sebagai salah satu pemain naturalisasi. 

Kemudian ada La'Vere Corbin-Ong yang merupakan keturunan Inggris. Lalu ada Matthew Davies yang berdarah Australia. 

Dua pemain lagi adalah Guilherme de Paula Lucrecio asal Brasil, dan Liridon Krasniqi asal Kosovo. Pemain-pemain naturalisasi ini diharapkan mampu membawa Malaysia lolos ke Piala Dunia 2022. 

Indonesia

Indonesia sudah mencoba berbagai cara untuk dapat lolos ke Piala Dunia. Cikal bakalnya sudah dimulai dengan program-program seperti Primavera, Baretti, dan SAD Uruguay pada masa lalu. 

Naturalisasi juga sudah beberapa kali dilakukan oleh Timnas Indonesia dalam kurun waktu 10 tahun terakhir. Meskipun Indonesia masih gagal untuk tampil di Piala Dunia. 

Kini ada dua program lagi yang dijalankan oleh PSSI agar Timnas Indonesia bisa tampil di Piala Dunia. 

1. Pembinaan Usia Dini 

Pembinaan Usia Dini sudah mulai masif dilakukan oleh Indonesia dalam beberapa tahun terakhir. Melalui program pembinaan usia muda di Liga 1 U-16 dan Liga 1 U-19 serta turnamen seperti Piala Soeratin. 

Pembinaan usia dini disertai program Filosofi Sepak Bola Indonesia (Filanesia) menjadi ujung tombak bagi PSSI untuk menghasilkan pesepak bola yang berprestasi. 

Salah satu hasil dari program ini sebenarnya sudah mulai terlihat di Piala AFF U-16 2018 dimana Indonesia berhasil tampil sebagai juara. 

Sayangnya Timnas U-16 yang dilatih Fakhri Husaini dan diperkuat Bagas-Bagus gagal lolos ke Piala Dunia U-17 2019. 

Setelah Piala Asia U-16 2018, sejumlah pemain jebolan Timnas U-6 pun dikirim ke Inggris untuk berlatih dalam program Garuda Select. 

Pembinaan usia dini di Indonesia sudah mulai menunjukkan hasilnya setelah cukup lama dirintis. Saat masih merintis program ini, ada nama-nama pelatih terkenal yang pernah digandeng oleh PSSI. 

Salah satunya adalah Timo Scheunemann yang menjabat sebagai Direktur Pembinaan Usia Muda PSSI pada tahun 2011 lalu. 

Ditunjuknya coach Timo sebagai Direktur Pembinaan Usia Muda bukannya tanpa sebab. Pelatih keturunan Jerman itu sendiri pernah merintis dan memprakarsai liga remaja di Malang Raya. 

Selain Timo Scheunemann, ada juga Jackson F.Tiago yang sempat menjadi pelatih tim Indonesia untuk ajang Danone Nation Cup 2014 dan 2016. 

Pembinaan usia dini pun terus dilakukan oleh PSSI dan program Filanesia diproyeksikan untuk mewujudkan mimpi Indonesia lolos ke Olimpiade 2024 dan juga Piala Dunia 2030. 

2. Mencalonkan Diri Menjadi Tuan Rumah

Cara lain yang dilakukan oleh Indonesia agar bisa mengikuti Piala Dunia adalah dengan mencalonkan diri menjadi tuan rumah. 

Indonesia memulai langkah serius ini dengan mencalonkan diri menjadi tuan rumah Piala Dunia U-20 2021. Piala Dunia U-20 2021 juga menjadi batu loncatan untuk tampil di Olimpiade 2024. 

Indonesia pun sudah mendaftarkan diri secara resmi sebagai calon tuan rumah Piala Dunia U-20 2021 dan juga sudah menyiapkan stadion untuk diverifikasi. 

Selain Piala Dunia U-20, Indonesia juga menunjukkan hasrat untuk menjadi tuan rumah Piala Dunia di level senior pada tahun 2034. 

Pada awalnya Indonesia ingin maju bersama Thailand sebagai calon tuan rumah Piala Dunia. Namun belakangan Thailand menyatakan tidak siap. 

Kini, Indonesia ingin menggandeng Australia untuk maju dalam pencalonan tuan rumah Piala Dunia 2034. 

Selain lewat pembinaan usia dini, tentunya menjadi tuan rumah adalah langkah realistis bagi Indonesia untuk dapat tampil di Piala Dunia.