Bola Internasional

AC Milan, Sang 'Setan' yang Tak Lagi Menakutkan

Sabtu, 27 Juli 2019 16:11 WIB
Penulis: Subhan Wirawan | Editor: Theresia Ruth Simanjuntak
© Emilio Andreolli/Getty Images
Hampir selusin pemain AC Milan akan dijual demi merealisasikan target kembali ke Liga Champions. (Foto: Emilio Andreolli/Getty Images) Copyright: © Emilio Andreolli/Getty Images
Hampir selusin pemain AC Milan akan dijual demi merealisasikan target kembali ke Liga Champions. (Foto: Emilio Andreolli/Getty Images)

INDOSPORT.COMAC Milan pernah menjadi tim yang paling ditakuti dan disegani seantero Italia bahkan dunia. Mereka juga mendapat julukan il Diavolo alias 'setan' akibat keganasan kekuatannya. Namun, perlahan julukan tersebut mulai memudar dan tampak tak layak untuk disematkan ke kubu i Rossoneri.

Para penggemar AC Milan mungkin masih sangat merindukan masa kejayaan tim mereka di era 80-an, di mana tim Merah-Hitam tersebut menjadi satu-satunya klub Italia yang meraih gelar Liga Champions serta UEFA Super Cup dua kali secara beruntun.

Hingga sekarang rekor AC Milan sebagai tim Serie A dengan gelar Liga Champions terbanyak masih belum dapat dipecahkan, bahkan dengan Juventus sekalipun yang dalam delapan tahun terakhir sukses menguasai Liga Italia.

Tak tanggung-tanggung, akibat keganasan AC Milan di ranah Eropa pada era 80-an, awal 90-an, dan awal 2000-an, mereka mendapat julukan Il Diavolo atau 'si setan' lantaran setiap lawan yang berjumpa AC Milan lebih dulu ketakutan akan kekuatan mereka.

Namun, julukan serta keagungan AC Milan perlahan mulai memudar. Dalam beberapa musim terakhir, I Rossoneri tampak tak lagi menakutkan, malah terlihat 'lucu' akibat terlalu sering memberikan poin mudah kepada tim yang levelnya jauh di bawah mereka.

Masalah keuangan yang berujung pada hukuman Financial Fair Play (FFP) pun membuat AC Milan kian terpuruk di kancah Eropa dan juga level domestik.

Demi menjaga kestabilan neraca keuangan, AC Milan di tahun 2012 harus menjual dua bintang mereka yakni Zlatan Ibrahimovic dan Thiago Silva dengan harga mahal ke klub kaya raya asal Prancis, Paris Saint-Germain (PSG).

Padahal, di dua musim sebelumnya, dua pemain tersebut sukses memberikan gelar Scudeto kepada AC Milan dan kini menjadi gelar Serie A terakhir yang pernah diraih AC Milan.

Musim depan, AC Milan, salah satu tim tersukses di Liga Champions, harus kembali menjadi penonton turnamen akbar itu setelah timnya hanya finis di peringkat kelima. Milan sesungguhnya bisa tampil di ajang Liga Europa, namun manajemen tim menolak berpartisipasi lantaran ingin fokus dalam perbaikan neraca keuangan.

FFP tak hanya mendera AC Milan, sang rival sekota mereka yakni Inter Milan juga mengalami hukuman serupa sejak 2015 silam. Namun, Nerazzurri berhasil keluar dari sanksi FFP musim ini, dan mulai berbenah dengan mendatangkan Antonio Conte sebagai pelatih.

Lain halnya dengan AC Milan. Sempat tampil konsisten dalam dua musim dengan kekuatan seadanya di bawah komando Gennaro Gattuso, musim depan mereka dilatih oleh Marco Giampaolo.

Bukan pelatih kelas kakap yang didatangkan AC Milan, melainkan juru latih tim papan tengah yang bahkan belum pernah meraih satu gelar bergengsi pun saat menjabat sebagai pelatih.

Julukan 'Setan' AC Milan juga bakal semakin hilang jika melihat pergerakan mereka di bursa transfer musim ini, di mana para rival macam Inter Milan, Juventus, dan Napoli tengah jor-joran mengamankan tanda tangan pemain bintang, namun AC Milan masih terlihat pasif.

Hanya dua pemain yang berhasil mereka datangkan yakni Rade Krunic dan Theo Hernández. Bahkan, dua pemain tersebut memilliki catatan tak terlalu menonjol.

Theo Hernández misalnya. Meski dianggap sebagai salah satu wingback potensial, namun musim 2018/19 lalu, pemain berusia 21 tahun ini hanya tampil 13 kali bersama Real Madrid di ajang LaLiga dan hanya mengoleksi satu gol.

Melihat pergerakan dan kebijakan AC Milan di bursa transfer musim ini, menarik untuk dinanti apakah AC Milan sebagai salah satu tim raksasa Eropa bisa kembali bangkit dan membuktikan kelayakan julukan 'setan' mereka, atau malah sebaliknya sang setan tak lagi mampu menakutkan dan berubah nama menjadi il pagliaccio (si badut).