In-depth

Bicara Mistis dan Sepak Bola Indonesia

Sabtu, 31 Agustus 2019 14:18 WIB
Penulis: Luqman Nurhadi Arunanta | Editor: Ivan Reinhard Manurung
© Grafis: Indosport.com
Mistis & Sepak Bola Indonesia. Copyright: © Grafis: Indosport.com
Mistis & Sepak Bola Indonesia.
Mistis dan Sepak Bola Indonesia

Kisah mistis ini dikutip dari buku Mencintai Sepakbola Indonesia Meski Kusut yang ditulis Miftakhul F. S. Kejadian mistis laga playoff Divisi Utama 2006 berawal dari sebuah gado-gado.

Manajer Deltras Sidoarjo, Saiful Ilah, mendapatkan telepon dari nomor tak dikenal. Ia diminta makan gado-gado jika ingin timnya meraih kemenangan.

Meski tidak tahu siapa yang menelepon, Saiful lantas memutuskan untuk mencari gado-gado. Sepanjang perjalanan menuju Stadion Si Jalak Harupat, Soreang, Saiful ditemani Wakil Bupati Sidoarjo waktu itu, Hadi Sutjipto, terus mencari penjual gado-gado.

Keduanya tidak menemukan warung yang menjual gado-gado sepanjang jalan. Sopir mereka lantas mencarikan gado-gado sampai ke Kota Bandung.

Sopir baru kembali ke stadion membawa 2 bungkus gado-gado saat pertandingan Deltras vs Pelita Jaya memasuki babak kedua. Gado-gado itu lantas langsung disantap Saiful dan Effendi di bench pemain.

Seketika itu, Leandro Braga mencetak gol di menit ke-70. Begitu Effendi selesai makan, Leandro kembali mencetak gol dan membawa Deltras menang 2-0 atas Pelita.

Masih kisah dari buku yang sama, kejadian mistis terjadi di pinggir lapangan saat pertandingan Persekabpas Pasuruan vs Persmin Minahasa pada babak 8 besar Liga Indonesia 2006 di Stadion Tri Dharma, Gresik.

Seorang Sakeramania, suporter Persekabpas, yang mengaku bernama Jama’ali menyamar sebagai Buto berkepala pelontos yang sekujur tubuhnya dicat warna putih.

Sepanjang pertandingan, ia bergerak aktif ke mana-mana, mulai dari lari-lari kecil, mondar-mandir, sampai memanjatkan doa-doa. Aksi Jama’ali tersebut rupanya tidak berbuah apa pun bagi Persekabpas.

Laskar Sakera bahkan tertinggal 0-2 lewat gol Eugene Gray dan Daniel Campos. Beberapa penonton lantas menyindir kalau doa Jama’ali tidak manjur.

Meski begitu, Jama’ali tidak sakit hati dan terus mendukung tim asuhan Subangkit tersebut. Puncak usaha Jama’ali ditandai dengan pemecahan buah melon dan semangka bercat putih yang diletakkannya di atas bench pemain ketika masuk tambahan waktu.

Seketika, Persekabpas mencetak gol balasan lewat Zah Rahan pada menit ke-91 saat Jama’ali memecahkan melon, sedangkan gol Akhmad Junaedi menit ke-94 terjadi saat Jama’ali memecahkan semangka.

Begitulah sepak bola. Percaya atau tidak, ada-ada saja hal mistis yang tak masuk akal dan sulit dijelaskan dengan logika yang terjadi di lapangan.