In-depth

Suporter Rusuh Sepak Bola Indonesia Tak Bisa Maju, Kata Siapa?

Jumat, 6 September 2019 16:54 WIB
Editor: Matheus Elmerio Giovanni
© Mirror
Fans Timnas Inggris saat mendukung negaranya di Piala Dunia 2018. Copyright: © Mirror
Fans Timnas Inggris saat mendukung negaranya di Piala Dunia 2018.
Fans Timnas Inggris Berulah di Piala Dunia 2018

Jika melihat dari kategori yaitu pertandingan tim nasional, mari kita lihat fans Timnas Inggris yang ternyata juga berulah di Piala Dunia 2018 lalu.

Saat Piala Dunia 2018 baru saja dimulai, beredar video yang viral di mana sekumpulan fans Timnas Inggris mempraktekkan salam khas Nazi di sebuah bar di kota Volgograd, Rusia. 

PSSI Inggris, yaitu Football Association (FA) pun mengecam gesture yang ditujukan oleh fans Timnas Inggris itu saat sedang berkunjung ke Rusia.

Tidak hanya salam Nazi, beberapa fans di video tersebut juga dengan lantang menyuarakan dukungan untuk diktator Jerman, Adolf Hitler.

Ditarik lagi ke belakang, fans Inggris kembali berulah di kompetisi yang tak kalah bergengsi. Yaitu di Piala Eropa 2016, di mana suporter dari Inggris bentrok dengan pendukung Rusia di kota Marseille.

Menurut Daily Mail, kerusuhan antara suporter Inggris dan Rusia itu membuat petugas keamanan seperti polisi menindak tegas dengan menangkap beberapa orang dari kedua kubu karena merusak fasilitas umum di jalan raya.

Bahkan pihak Imigrasi di Inggris diperintahkan untuk benar-benar menyaring fans yang akan terbang ke Rusia. Jelang Piala Dunia 2018 dimulai, pihak aparat memerintahkan kepada lebih dari 1.200 orang untuk menyerahkan paspor mereka, yaitu yang memiliki riwayat biang rusuh di pertandingan sepak bola.

Jika memang kerusuhan suporter sudah melekat dalam dunia sepak bola, yang bisa dilakukan hanyalah meredamnya sedemikian rupa. Mungkin meredamnya dengan mengeluarkan kebijakan atau putusan-putusan yang positif.

Seperti yang dikeluarkan oleh badan liga yang menyelenggarakan kompetisi sepak bola di Inggris, baik itu Liga Inggris atau kasta-kasta di bawahnya, seperti Championship Division dan League One.

Badan Pengelola Sepak Bola Inggris yang Profesional

© efl.com
Ilustrasi anak-anak kecil di Inggris tidak takut datang ke stadion sepak bola Copyright: efl.comIlustrasi anak-anak kecil di Inggris tidak takut datang ke stadion sepak bola

Ya, kerusuhan suporter sepak bola tidak bisa dibilang hal yang maklum karena itu benar-benar ulah negatif yang tak mungkin diharapkan terjadi di sebuah pertandingan.

Tapi untuk meredam hal negatif, tentunya kita harus menimbunnya dengan keputusan-keputusan positif. Dengan tipe suporter yang suka rusuh seperti di Inggris, kita bisa mengintip apa yang dilakukan oleh badan liga dan federasi di sana untuk meredam kerusuhan yang ternyata masih kerap terjadi.

Jika di Indonesia ada PT. Liga Indonesia Baru (LIB) sebagai badan yang mengatur tentang kompetisi berbagai kasta di Tanah Air, di Inggris biasa dinamakan Football League.

Kita bisa melihat apa yang dilakukan oleh Football League untuk meredam kerusuhan suporter dengan kebijakan-kebijakan yang positif. Yaitu program untuk memperkenalkan sepak bola ramah dengan keluarga.

Di mana para penonton yang sebelumnya dikenal kebanyakan pria, program ini bertujuan untuk mengajak perempuan dan anak-anak untuk menyaksikan langsung pertandingan sepak bola di stadion.

Program ini pun bisa dibilang sukses dengan catatan para suporter Liga Inggris yang datang ke pertandingan dengan mengajak istri dan anak-anaknya meningkat sebesar 29%. Bahkan 13% dari keseluruhan tiket musiman yang dijual di pertandingan-pertandingan Liga Inggris di musim itu, dimiliki oleh para remaja.

Bahkan laporan terakhir yang dirilis di situs resmi efl.com, program ini mencatat kenaikan 37% untuk penjualan tiket musiman pada anak-anak remaja dalam 10 terakhir.

Situs tersebut juga mengungkapkan dengan adanya program ini, keuangan klub juga sedikit terbantu karena stigma stadion sepak bola menyeramkan tak lagi terlintas di pikiran para orang tua.

Bahkan laga-laga di akhir pekan kini menjadi tempat untuk keluarga berwisata dan menghabiskan waktu liburan. Bahkan menurut laporan tersebut, sebagian besar klub-klub sepak bola Inggris menghadirkan Family Fun Zones, hiburan untuk anak-anak, panduan untuk keluarga yang baru pertama kali menonton di stadion, dan berfoto bersama maskot, para pemain klub hingga staff.

Bahkan program ini disebut oleh mantan striker Preston dan Bolton Wanderers, Kevin Davies sebagai langkah konkret dari penyelenggara liga sepak bola di Inggris untuk mengubah stigma buruk masyarakat terhadap aktivitas menonton sepak bola di stadion.

"Luar biasa bahwa klub-klub bisa menarik dan mempertahankan ketertarikan para keluarga dan suporter-suporter remaja di era modern ini. Kami ingin klub-klub ramah dengan keluarga, menyambut mereka dan memberikan mereka hiburan di stadion," ucap Davies dilansir dari efl.com.

Kembali lagi ke insiden kerusuhan suporter yang juga beberapa kali masih terjadi di sepak bola Inggris. Tapi dengan program ini, terlihat bahwa stigma buruk tentang menonton langsung di stadion perlahan mulai bisa berubah.

Merubah stigma masyarakat menjadi anggapan bahwa menyaksikan pertandingan sepak bola di stadion adalah hal menyenangkan atau mencari hiburan, tentu perlahan bisa mengurangi kerusuhan yang seringkali pecah di antara suporter.

Mereka bisa datang ke stadion dengan tujuan untuk menghabiskan waktu liburan tanpa ada maksud untuk bentrok dengan suporter lawan. Seperti halnya kalian pergi ke tempat wisata saja.

Jika dengan program ini bisa meredam tingkat kerusuhan suporter, kenapa tidak dicoba saja oleh Badan Pengelola Liga di Indonesia? Semua kembali lagi ke niatan kita, asal kita mau pasti ada jalan agar kejadian memalukan di pertandingan Timnas Indonesia vs Malaysia tak terulang lagi di kemudian hari.