In-depth

Menimbang Untung Rugi AC Milan jika Dilatih Luciano Spalletti

Sabtu, 28 September 2019 11:53 WIB
Editor: Prio Hari Kristanto
© Getty Images
Eks pelatih Inter Milan, Luciano Spalletti. Copyright: © Getty Images
Eks pelatih Inter Milan, Luciano Spalletti.

INDOSPORT.COM - Pelatih AC Milan, Marco Giampaolo, tengah digoyang menyusul hasil buruk yang diraih timnya. Sejumlah nama pengganti pun muncul ke permukaan.

AC Milan lagi-lagi harus menelan kekalahan kala melakoni laga tandang ke markas Torino di Stadion Olimpico Grande Torino, Jumat (27/09/19) dini hari WIB. 

Ini adalah kekalahan beruntun Milan setelah pekan sebelumnya dihajar Inter 2-0 dalam laga Derby della Madonnina.

Sinyal tanda bahaya pun mulai dibunyikan. Sportitalia melaporkan selepas kekalahan atas Inter, manajemen langsung menggelar pertemuan dengan Marco Giampaolo.

Dalam pertemuan itu, manajemen memberi ultimatum kepadanya untuk meraih hasil bagus di tiga laga berikutnya. Sayang, baru juga lawan Torino, Giampaolo sudah kehilangan poin. 

Nama eks pelatih Luciano Spalletti pun disebut-sebut tengah dipertimbangkan manajemen untuk menggantikan Giampaolo. 

Luciano Spalletti merupakan salah satu pelatih top Italia yang tengah nganggur usai berpisah dengan Inter Milan akhir musim lalu. 

Melatih klub-klub besar bukan hal baru bagi Spalletti. Sebelum memegang Inter, pelatih berkepala plontos itu pernah memegang AS Roma dan Zenit St. Petersburg. 

Membangun dari Reruntuhan

Mengembang misi mulia untuk mengembalikan AC Milan ke level teratas sepak bola Eropa tentu bukan tugas mudah. Namun, Spalletti tahu apa yang akan diperbuatnya di AC Milan. 

Selain terbukti memiliki kualitas oke dalam meramu tim juara, ia juga piawai memanfaatkan kondisi tim untuk mendapatkan hasil maksimal. 

Penggemar Liga Italia tentunya masih ingat bagaimana tangan dinginnya mampu membawa tim gurem udinese ke empat besar Serie A tahun 2005. 

Pindah ke Roma menjadi pembuktian lain kualitas Spalletti. Ia mampu membawa Roma dua kali juara Coppa Italia. 

Pada era kedua melatih Serigala Roma, Spalletti juga sanggup mengkhiri musim 2016/17 dengan 87 poin. Itu adalah musim terbaik Roma dalam waktu yang lama. 

Kemampuan Spalletti memanfaatkan skuat yang ada ini sangat cocok untuk AC Milan. Saat ini Milan bisa dibilang tengah dalam keterbatasan untuk belanja pemain-pemain bintang. 

Selain itu, pengalamannya membangkitkan AS Roma jadi pertanda bagus, bahwa (setidaknya) ia pun bisa menularkan kebangkitan itu ke AC Milan.

Fleksibilitas Taktik

Spalletti merupakan pelatih yang fleksibel soal taktik. Namun, secara umum ia sering menggunakan formasi 4-2-3-1 selain juga 4-3-3. 

Formasi 4-2-3-1 dan 4-3-3 diaplikasikan ke AS Roma dan Inter beberapa musim belakangan. 

Hasilnya tak buruk, AS Roma menjadi runner-up. Sementara Inter di bawa ke posisi empat musim lalu. 

Hebatnya, dengan formasi ini, Spalletti sanggup menciptakan tim dengan kekuatan ofensif yang bagus. Saat membesut AS Roma 2016/17, timnya sukses menjebol lawan sebanyak 90 kali (tersukses kedua) dan hanya kemasukan 38 gol (terbaik kedua). 

Dengan membayangkan formasi ini, AC Milan memiliki pemain-pemain yang bisa digunakan. Pada barisan empat bek jelas jadi milik Ricardo Rodriguez/Theo Hernandez, Alessio Romagnoli, Matteo Musacchio, dan Davide Calabria/Andrea Conti. 

Untuk posisi double pivot alias dua gelandang bertahan yang melindungi empat bek di belakang Milan bisa mengandalkan kerja Ismael Bennacer dan Lucas Biglia. 

Di posisi tiga gelandang tengah, Milan bisa mempercayakan kepada pemain-pemain seperti Lucas Paqueta, Hakan Calhanoglu, Franck Kessie, atau Rade Krunic. Bahkan, Milan bisa mencoba memainkan Rafael Leao di posisi gelandang kiri. 

Untuk ujung tombak sendiri Milan tinggal mengandalkan kemampuan Krzyzstof Piatek sang striker murni. Jika Piatek berhalangan, Ante Rebic sepertinya cukup tajam di posisi ini. 

Formasi 4-2-3-1 merupakan sistem yang paling distributif untuk semua pemain. Sistem ini adalah yang terbaik dalam urusan mengoper dan menekan. 

Dengan kualitas Ismael Bennacer yang dibantu pengalaman Lucas Biglia, harusnya Milan bisa memenangkan banyak bola di tengah. 

Pendekatan Personal

Tak banyak yang tahu, Spalletti merupakan sosok pelatih yang dekat dengan pemainnya. Ia mampu menjaga relasi dengan pemain sebaik mungkin. 

Contohnya saja saat membesut AS Roma. Atas keterpaksaan taktik, ia harus mengesampingkan sang legenda, Fransesco Totti. Namun Sang Kapten tak memprotes maupun menciptakan kegaduhan di ruang ganti. 

Kondisi ini cocok untuk Milan yang banyak dihuni pemain muda. Pemain-pemain muda cenderung mendapat waktu bermain yang kurang. 

Di sini peran Spalletti untuk membangun kebersamaan di dalam tim. Pengalaman musim lalu bagaimana Franck Kessie yang mengamuk saat diganti Gattuso diharapkan tak akan terjadi. 

Dengan datangnya Spalletti diharapkan sejumlah pemain yang underperform bisa menemukan sentuhan terbaiknya.

Terbentur Mentalitas

Walau memiliki banyak kelebihan, namun bukan berarti Milan tanpa risiko jika dilatih Spalletti. Formasi 4-2-3-1 merupakan formasi yang membutuhkan keseimbangan tinggi. 

Kesimbangan ini tak hanya pada aspek teknis, tetapi juga mental. Apakah Milan memiliki mental yang tinggi?

Jika para pemainnya tak memiliki mental sebagai tim papan atas, maka hasilnya pun tak akan maksimal. 

Selain itu, aspek risiko juga datang dari diri Spalletti sendiri. Eks gelandang AS Roma, Radja Nainggolan, pernah mengungkapkan tentang sikap Spalletti dalam menghadapi masalah. 

Menurut Nainggolan, Spalletti cenderung tidak bersikap tenang setiap ada persoalan yang melanda tim, termasuk dalam pertandingan.