Bola Internasional

Gaji Pemain Malaysia Terancam Dipotong karena Corona, Eks Arema yang Jadi Presiden Masih Bungkam

Kamis, 19 Maret 2020 15:28 WIB
Penulis: Ade Gusti | Editor: Lanjar Wiratri
© ESPN.com
Presiden Asosiasi Sepak Bola Malaysia (PFAM), Safee Ali, yang juga merupakan legenda klub Liga 1 Indonesia, Arema, masih bungkam terkait dengan isu pemotongan gaji pemain Malaysia karena Virus Corona. Copyright: © ESPN.com
Presiden Asosiasi Sepak Bola Malaysia (PFAM), Safee Ali, yang juga merupakan legenda klub Liga 1 Indonesia, Arema, masih bungkam terkait dengan isu pemotongan gaji pemain Malaysia karena Virus Corona.

INDOSPORT.COM – Presiden Asosiasi Sepak Bola Malaysia (PFAM), Safee Ali, yang juga merupakan legenda klub Liga 1 Indonesia, Arema, masih bungkam terkait dengan isu pemotongan gaji pemain Malaysia karena Virus Corona.

Penundaan Liga Malaysia (Liga M) setelah munculnya wabah COVID-19 telah mempengaruhi pemasukan, salah satunya dari hasil penjualan tiket pertandingan.

Menurunnya pendapatan tersebut menimbulkan wacana bahwa klub-klub di Liga Malaysia tersebut akan memotong 25 persen gaji pemain untuk menutupi kerugian yang ditimbulkan.

Dilansir dari BHarian, wacana ini rupanya menjadi sorotan dua tokoh sepak bola lain di negara tersebut, yakni Presiden Asosiasi Sepak Bola Malaysia (PJNM) B. Sathianathan dan juru bicara senior Fakultas Olahraga dan Rekreasi UiTM Shah Alam Mohd Sadek Mustafa.

"Saya rasa itu bukan rencana yang baik kalau gaji dipotong karena tidak ada pertandingan. Memang sat ini pertandingan ditiadakan tapi perlu diingat bahwa jumlah pertandingan di Liga tetap 22 dan tidak berubah," ujar Sathianathan.

Sathianathan menilai bahwa pemotongan gaji pemain akibat Corona merupakan hal yang tidak masuk akal. Pasalnya ajang Liga Malaysia bukan dihentikan namun ditunda sehingga klub tidak perlu merasa khawatir akan merugi.

"Tidak masuk akal kalau gaji dipotong karena tidak adan pemasukan tiket karena menurut peraturan Liga Super Malaysia setiap klub ahrus punya dana pribadi untuk mengurus skuat," tambahnya.

Berbeda dengan Sadek Mustafa, dia tidak menampik tim akan kelimpungan jika tidak ada pemasukan dari pertandingan Liga, terutama tim yang memiliki finansial terbatas dan hanya mengandalkan penjualan tiket.

Sayangnya, Presiden Asosiasi Sepak Bola Malaysia (PFAM), Safee Sali, tidak dapat dihubungi untuk memberikan komentar terkait dengan isu tersebut. Kehadiran Safee Ali dalam masalah ini tentunya jadi pertanyaan mengingat sosoknya pernah sangat vokal memperjuangkan kesejahteraannya dan rekan setim. 

Safee Sali sendiri dikenal sebagai tokoh sepak bola Malaysia. Penunjukan Safee Ali sebagai Presien PFAM pun tak lepas dari pengalaman getirnya kala gajinya ditunggak oleh klubnya, Perlis FC.

Kala itu Safee pun melayangkan protes kepada PFAM dan Malaysia Football League (MFL). Ternyata, Perlis diketahui tak memiliki dana untuk musim 2019 dan akhirnya didiskualifikasi.

Pria asal Malaysia yang pernah memperkuat Arema ini kemudian resmi ditunjuk sebagai Presiden PFAM (asosiasi pemain sepak bola Malaysia) untuk periode 2019-2021.

Safee Sali dikenal sebagai salah satu pemain yang disegani di Malaysia. Ia pernah membawa Harimau Malaya menghancurkan mimpi Timnas Indonesia untuk menjuarai Piala AFF 2010. Meski telah berusia 35 tahun, Safee tercatat masih bermain untuk klub Petaling Jaya City FC.