Liga Indonesia

Fakta Miris, Timnas Justru Terpuruk Jika Pakai Banyak Pemain Naturalisasi di Piala AFF

Kamis, 26 Maret 2020 16:35 WIB
Penulis: Arief Tirtana | Editor: Indra Citra Sena
© Herry Ibrahim/INDOSPORT
Timnas Senior Indonesia dikalahkan Persita Tangerang 1-4 pada laga uji coba di Stadion Madya Senayan, Jumat (21/02/20). Copyright: © Herry Ibrahim/INDOSPORT
Timnas Senior Indonesia dikalahkan Persita Tangerang 1-4 pada laga uji coba di Stadion Madya Senayan, Jumat (21/02/20).

INDOSPORT.COM - Naturalisasi pemain diharapkan bisa mengangkat sepak bola Indonesia. Namun, faktanya Timnas justru terpuruk setiap pakai banyak pemain naturalisasi di Piala AFF.

Naturalisasi pemain hingga kini masih jadi isu menarik di sepak bola Indonesia. Bukan hanya di level timnas Indonesia, bahkan belakangan justru klub-klub Liga 1 yang terlihat lebih aktif untuk membantu proses naturalisasi seorang pemain.

Di level Timnas Indonesia, jejak pemain asing saat ini masih bisa terus ditemukan. Seperti misalnya Stefano Lilipaly, yang karena kualitasnya selalu bisa menembus skuat Timnas Indonesia sejak dinaturalisasi tahun 2013.

Namun bicara mengenai pemain naturalisasi di skuat Timnas Indonesia, yang jelas tujuannya untuk mengangkat prestasi di level Internasional, kenyataan menarik justru terjadi.

Yaitu ketika Timnas Indonesia justru selalu terpuruk ketika mengandalkan banyak atau tepatnya lebih dari satu pemain naturalisasi di skuatnya dalam ajang Piala AFF.

Piala AFF dan Pemain Naturalisasi Timnas Indonesia

Dilihat mundur dari gelaran Piala AFF 2018 misalnya. Dengan banyak pemain muda, pelatih timnas Indonesia kala itu, Bima Sakti memanggil dua pemain naturalisasi Stefano Lilipaly dan Beto Goncalves.

Keduanya dipanggil memang lantaran penampilannya yang sangat baik di kompetisi Liga 1 saat itu. Namun hasilnya, jauh dari harapan. Timnas Indonesia terpuruk di Piala AFF 2018.

Ketika jangankan juara, bahkan untuk lolos dari fase grup saja Timnas Indonesia tak mampu. Timnas Indonesia kala itu hanya berada di peringkat empat dari lima klub di grup B. Setelah hanya bisa sekali menang melawan Timor Leste, imbang melawan Filipina dan kalah dua kali, dari Singapura serta Thailand.

Hasil Tersebut jelas sebuah penurunan drastis dari turnamen Piala AFF sebelumnya (2016). Padahal kala itu, timnas Indonesia hanya mengandalkan seorang pemain naturalisasi, Stefano Lilipaly.

Namun dengan dominasi pemain lokal saat itu, Timnas Indonesia mampu melaju hingga final. Meski akhirnya harus kalah dari Thailand, dalam agregat akhir tipis 2-3.

Jika mengacu pada dua contoh di atas, sangat mungkin memang itu hanya kebetulan belaka. Namun faktanya sejak 2010, hal tersebut justru kerap terjadi. Banyaknya pemain naturalisasi jutru menghadirkan keterpurukan buat timnas Indonesia.

Di Piala AFF 2010, saat hanya Cristian Gonzales, satu-satunya pemain naturalisasi yang jadi tumpuan Timnas Indonesia. Tim Garuda bisa melaju hingga final. Menantang Malaysia yang akhirnya menjadi juara dalam agregat skor 4-2.

Sebaliknya saat di dua gelaran Piala AFF, 2012 dan 2014. Saat banyak pemain naturalisasi yang dipanggil Timnas Indonesia. Hasilnya justru jauh dari kata bagus. Di dua gelaran itu, Timnas Indonesia harus langsung angkat koper sejak baru bermain di fase grup.

Padahal di 2012 ada dua pemain yang besar dan berkarier di Belanda Toni Cussel dan Van Beukering. Bahkan di tahun 2014 ada empat pemain naturalisi sekaligus yang menjadi andalan. Mulai dari Viktor Igbonefo, Raphael Maitimo, Cristian Gonzales hingga Sergio van Dijk.

Melihat fakta di atas, maka menjadi tanda tanya besar. Apakah masih perlu lagi Timnas Indonesia mengharapkan tuan dari pemain naturalisasi ke depannya di Piala AFF? Kita tunggu jawabannya di Piala AFF tahun ini, yang semoga saja bisa bergulir saat pandemi virus corona sudah mereda.

Prestasi Timnas dan Pemain Naturalisasi di Piala AFF

2010 - Final (Cristian Gonzales)

2012 - Fase Grup (Toni Cussell, Van Beukering)

2014 - Fase Grup: (Viktor Igbonefo, Raphael Maitimo, Cristian Gonzales, Sergio van Dijk)

2016 -  Final: (Stefano Lilipaly)

2018 - Fase Grup: (Beto Goncalves dan Stefano Lilipaly).