In-depth

Drama Pekan Terakhir, Nostalgia Musim Juara Persebaya Surabaya 2004

Jumat, 3 April 2020 13:32 WIB
Editor: Prio Hari Kristanto
© bolajawara.com
Klub Liga 1, Persebaya Surabaya, pernah punya sebuah cerita nostalgia kejayaan yang berlangsung satu setengah dekade lalu. Copyright: © bolajawara.com
Klub Liga 1, Persebaya Surabaya, pernah punya sebuah cerita nostalgia kejayaan yang berlangsung satu setengah dekade lalu.

INDOSPORT.COM - Klub Liga 1, Persebaya Surabaya, pernah punya sebuah cerita nostalgia kejayaan yang berlangsung satu setengah dekade lalu. Cerita tersebut diwarnai dengan momen menundukkan Persija Jakarta dan lolos dari persaingan tersengit dalam sejarah Liga Indonesia. 

Liga Indonesia 2004 dikenang sebagai salah satu kompetisi terbaik di Tanah Air. Dikenal dengan sebutan Divisi Utama, musim 2004 menawarkan persaingan ketat laga terakhir antara tiga tim teratas. 

Persebaya yang kala itu tampil sebagai tim promosi tak banyak diprediksi dapat bersaing di tiga besar. Namun, reputasi besar hingga skuat yang mumpuni nyatanya membuat mereka sanggup mematahkan segala prediksi. 

Bak anomali, Persebaya yang tengah membangun tim kembali tampil mencuat bersaing bersama klub mapan Persija Jakarta dan PSM Makassar di tangga persaingan juara. 

Sampai pekan ke-33, Persija Jakarta (60 poin) memimpin klasemen dan ditempel ketat oleh Persebaya (58 poin) di posisi kedua dan PSM Makassar (58 poin) di posisi ketiga. 

Penentuan juara pun harus dibawa ke pekan terakhir atau 34. Menariknya, di laga pamungka Bajul Ijo harus menjadi sang rival, Persija Jakarta

Pada pekan terakhir Persebaya Surabaya dan Persija Jakarta harus berjumpa di Surabaya, Desember 2004. Kemenangan menjadi harga mati bagi Persija yang unggul selisih poin untuk bisa menggondol gelar juara. 

Sementara bagi Persebaya hasil imbang sama saja artinya dengan gagal juara. Kemenangan juga jadi harga mati bagi mereka lantaran PSM Makassar siap menyalip dari posisi ketiga. 

Partai yang ditunggu-tunggu fans kedua tim pun tersaji di Stadion Gelora 10 November, Surabaya. Puluhan ribu Bonek Mania memadati stadion. Sementara Persija didukung oleh segelintir Jakmania plus puluhan mahasiswa di Jakarta. 

Persebaya Surabaya memulai laga dengan cukup baik. Pertandingan baru berjalan lima menit, para Bonek langsung bergemuruh berkat gol yang dicetak Danilo.

Memasuki babak kedua, Persebaya Surabaya harusnya tampil lebih percaya diri berkat modal keunggulan satu gol. Akan tetapi, Mat Halil justru melakukan kesalahan yang membuahkan gol bunuh diri dan skor imbang jadi 1-1.

Usai disamakan, Persebaya Surabaya coba menemukan sentuhannya kembali. Persebaya juga coba melakukan pergantian dengan memainkan Luciano de Silva.

Keputusan Jacksen yang menurunkan Luciano ternyata tepat. Luciano sukses jadi aktor pencetak gol kedua Persebaya Surabaya lewat tandukannya yang tak mampu dihalau kiper Persija Jakarta, Syamsidar.

Persebaya yang main lebih semangat akhirnya memenangkan laga dengan skor 2-1. Dua gol Persija diciptakan oleh Danilo Fernando (5') dan Luciano de Souza (53'). 

Sementara gol balasan Macan Kemayoran lahir berkat bunuh diri pemain belakang Bajul Ijo, Mat Halil (50'). 

Klasemen akhir pun menempatkan Persebaya di posisi pertama dengan 61 poin unggul selisih gol atas PSM yang juga mengemas 61 poin. Sementara Persija yang sebelumnya memimpin klasemen harus puas duduk di posisi ketiga dengan margin tipis 60 poin. 

Pada musim itu Persebaya jadi tim yang tampil paling impresif dengan mencatatkan gol terbanyak (55) dan jumlah kebobolan paling sedikit (26). 

Skuat Legendaris Persebaya

Walau berstatus tim promosi, klub Persebaya saat itu dihuni pemain-pemain hebat. Pada posisi penjaga gawang, Persebaya Surabaya punya kiper legendaris, Hendro Kartiko. Sosok Hendro dilindungi oleh trio bek tangguh, Bejo Sugiantoro, Chairil Anwar, dan legiun asing asal Cile, Leonardo Gutierrez.

Selanjutnya, pada posisi bek sayap, pelatih Persebaya Surabaya, Jacksen F. Tiago, memasang Anang Ma'ruf di kanan, serta Mat Halil di kiri. Dua bek Sayap itu bertugas menyokong kinerja tiga gelandang tengah, Danilo Fernando, Uston Nawawi, dan Ricardo Ramos.

Pos yang paling menakutkan bagi skuat Persebaya Surabaya kala itu tentu saja ada di lini depan. Bajul Ijo mengandalkan duet Christian Carrasco dan Kurniawan Dwi Yulianto.