Bola Internasional

Alessio Tacchinardi, Legenda Juventus yang Hilang karena Kedatangan Capello

Senin, 6 April 2020 20:31 WIB
Penulis: Subhan Wirawan | Editor: Arum Kusuma Dewi
© juvefc.com
Alessio Tacchinardi, Legenda Juventus yang Tersingkir Karena Capello Copyright: © juvefc.com
Alessio Tacchinardi, Legenda Juventus yang Tersingkir Karena Capello

INDOSPORT.COM - Mengenal Alessio Tacchinardi, salah satu legenda Juventus yang tersingkir dan hilang dari skuat usai kedatangan Fabio Capello ke Turin.

Bagi pecinta sepakbola khususnya liga Serie A Italia era 90-an, mungkin sudah tidak asing lagi dengan sosok Alessio Tacchinardi, salah satu gelandang terbaik Eropa yang pernah menghiasi lapangan hijau.

Pemain yang identik dengan rambut gondrong belah tengah serta bandana tersebut, pernah menjadi bagian The Dream Team Juventus musim 96 hingga 2000-an.

Duetnya bersama Zinedine Zidane di lini tengah, pernah membawa Juventus melangkah ke partai final Liga Champions dua musim berturut yakni pada 1996/97 dan 1998/99. 

Meski gagal mempersembahkan gelar juara pada dua kesempatan itu, namun Alessio Tacchinardi tetap menjadi idola publik Turin berkat kepiawaiannya mengatur dan menjaga kedalaman lini tengah Juventus.

Alessio Tacchinardi biasanya menempati posisi sebagai gelandang tengah atau gelandang bertahan, namun ia kerap kali bermain sebagai pemain sayap hingga bek sayap.

Kelebihan bermain di berbagai posisi inilah yang membuat Alessio Tacchinardi begitu disukai Marcello Lippi, pelatih yang menangani Juventus saat itu.

Selain mampu tampil di berbagai posisi, gelandang kelahiran Crema ini juga terkenal akan kemampuan menembak jarak jauh yang kuat dan akurat, serta tendangan voli yang membuatnya kerap mencetak gol dari jarak jauh.

Selama berseragam Juventus, Alessio Tacchinardi dikenal sebagai pemain yang pekerja keras dan ulet, serta kepekaan dalam membaca posisi pemain lawan.

Sebuah kemampuan yang membuatnya sangat efektif baik menyerang atau bertahan, bahkan memungkinkan bagi pelatih untuk memainkannya sebagai bek tengah.

Alessio Tacchinardi sendiri memulai karier sepak bolanya dengan memperkuat Atlanta. Bersama La Dea dirinya hanya bertahan dua musim hingga Juventus merekutnya pada tahun 1994.

Pada musim debutnya bersama Juventus, Alessio Tacchinardi yang masih berusia 18 tahun berhasil mencatatkan 38 pertandingan di semua ajang termasuk Liga Champions. 

Sebuah catatan yang sangat impresif buat Tacchinardi, apalagi jika mengingat bench pemain tengah Juventus saat itu sudah diisi beberapa bintang seperti Antonio Conte, Paulo Sousa, Didier Deschamps hingga Zidane.

Digadang-gadang bakal menjadi legenda Juventus yang setia dengan satu klub, namun Alessio Tacchinardi harus menerima kenyataan pahit setelah dirinya dilepas ke Villareal tahun 2005 silam.

Bukan karena performa yang buruk, bahkan musim sebelumnya Tacchinardi masih bisa menghantarkan Juventus meraih gelar Serie A Italia. Namun Juventus melepas sang pemain lantaran kondisi keuangan yang cukup kering.

Pada musim 2004-05, Juventus melakukan perubahan besar-besaran dengan mendatangkan sejumlah muka baru termasuk pelatih anyar Fabio Capello dan menggantikan peran Marcello Lippi.

Tidak cuma Capello, nama-nama tenar macam Patrick Vieira dan Federico Balzaretti juga menjadi pembelian Juventus, sehingga Tacchinardi harus rela angkat kaki untuk bisa mengisi kas keuangan klub.

Awalnya ia hanya menjadi pemain pinjaman bersama Villarreal selama semusim, namun penampilan gemilangnya dengan membawa El Submarino Amarillo ke semifinal Liga Champions 2005/06 ditambah dengan kasus Calciopoli yang menimpa Juventus, akhirnya Tacchinardi menolak pulang ke Italia dan memperpanjang masa pinjaman di Spanyol.

Pada musim 2007/08, Tacchinardi memutuskan pulang ke Italia namun bukan untuk memperkuat Juventus melainkan Brescia di Serie B, sekaligus menjadi klub terakhir yang ia bela sebelum pensiun di akhir musim.

Sepanjang karier, Tacchinardi berhasil memenangkan 17 trofi bersama Juventus, dan membuatnya masuk dalam daftar 50 Legenda Si Nyonya Tua yang terpampang di stadion baru mereka, Juventus Stadium.