Liga Inggris

Jesper Gronkjaer, Pahlawan Chelsea yang Hancur Akibat Revolusi Mourinho

Selasa, 7 April 2020 17:43 WIB
Penulis: Petrus Tomy Wijanarko | Editor: Isman Fadil
© Phil Noble - PA Images/PA Images via Getty Images
Jesper Gronkjaer (kiri) dan Frank Lampard semasa membela Chelsea Copyright: © Phil Noble - PA Images/PA Images via Getty Images
Jesper Gronkjaer (kiri) dan Frank Lampard semasa membela Chelsea

INDOSPORT. COM - Jesper Gronkjaer, kariernya begitu bersinar bersama Chelsea, menjadi pahlawan bagi publik Stamdford Bridge, tapi kemudian hancur akibat revolusi Jose Mourinho.

Kembali ke awal era milenium, tepatnya musim dingin 2001, Chelsea mendatangkan seorang gelandang sayap kiri baru dari Ajax Amsterdam, bernama Jesper Gronkjaer. The Blues memboyong pemain asal Denmark itu dengan mahar 11,85 juta euro.

Kedatangan Gronkjaer langsung dimanfaatkan betul oleh pelatih Chelsea, Claudio Ranieri. Paruh kedua Liga Inggris 2000/01, Gronkjaer main 14 kali, menyumbangkan satu gol-satu assists, sekaligus membawa Chelsea mengakhiri musim di peringkat enam.

Berlanjut ke musim 2002/03, peran Gronkjaer bagi Chelsea tampak makin krusial lagi. Gronkjaer bermain reguler 30 kali di Liga Inggris, dengan torehan empat gol dan lima assists.

Kiprah Gronkjaer bahkan mampu keluar sebagai pahlawan Chelsea. Laga terakhir Liga Inggris 2002/03, Chelsea sedang berjuang memperebutkan posisi empat, atau jatah terakhir menuju Liga Champions.

Lawan yang dihadapi pada laga terakhir adalah Liverpool, tim yang cuma berjarak satu poin saja di atas Chelsea. Kalau Chelsea kalah, Liverpool yang otomatis akan merebut tiket terakhir Liga Champions.

Kondisi makin darurat, sebab petinggi klub Chelsea kala itu, Trevor Birch, mengingatkan adanya kesulitan finansial klub. Trevor Birch menekankan pentingnya mendapatkan tiket Liga Champions, demi menyelamatkan keuangan klub.

"Saya ingat betul cerita tentang situasi keuangan klub yang sedang sulit. Laga lawan Liverpool begitu penting buat kami, jadi kami semua tahu tujuan utama kami bertanding," ujar Gronkjaer seperti dikutip dari Independent.

Liverpool membuka keran gol lebih dulu lewat Sami Hyypia pada menit ke-11. Tiga menit kemudian, Chelsea membalas berkat aksi Marcel Desailly yang memanfaatkan umpan Gronkjaer.

Menit ke-27, Gronkjaer memperlihatkan aksi memukaunya. Gronkjaer melepaskan tendangan kaki kiri yang melengkung indah menghujam gawang Liverpool.

Gol Gronkjaer sekaligus memastikan kemenangan Chelsea 2-1 atas Liverpool. Chelsea mendapatkan tiket Liga Champions, dan kondisi keuangan klub terselamatkan.

Menariknya, keberhasilan Chelsea menembus Liga Champions, menarik minat investor kaya raya asal Rusia, Roman Abramovich. Musim panas 2003, Abramovich resmi mengakuisisi Chelsea, yang otomatis makin menguatkan finansial klub.

Bayangkan saja jika Gronkjaer gagal mencetak gol penentu kemenangan ke gawang Liverpool, mungkin Abramovich tak akan pernah membeli Chelsea. Keuangan Chelsea pasti kian sulit atau berpotensi menuju kebangkrutan.

Benar, Gronkjaer secara tidak langsung menyelamatkan nasib Chelsea. Abramovich datang, dana segar hadir begitu melimpah, Chelsea pun berbelanja banyak pemain bintang, seperti Hernan Crespo, Damien Duff, Juan Sebastian Veron, Claude Makalele, Adrian Mutu, Scott Parker, Wayne Bridge, Joe Cole, Glenn Johnson, dan lain sebagainya. 

Chelsea yang kian kuat, tak mengubah peran krusial Gronkjaer. Sepanjang 2003/04, Gronkjaer memainkan total 48 laga berbagai ajang, membawa Chelsea menjadi runner-up Liga Inggris, dan menembus semifinal Liga Champions. Sungguh luar biasa bukan.

Namun apa daya, Abramovich ingin sesuatu yang lebih dari Chelsea. Musim 2003/04 berakhir, Abramovich langsung memecat Ranieri, dan menggantinya dengan Jose Mourinho, pelatih yang baru saja menjuarai Liga Champions bersama FC Porto.

Mourinho langsung mengambil kebijakan revolusi, demi mempersiapkan tim secara matang untuk musim 2004/05. Pemain-pemain bintang kembali didatangkan, Didier Drogba, Ricardo Carvalho, Paulo Ferreira, Arjen Robben, Petr Cech, yang akhirnya kini menjadi legenda Chelsea.

Masih ada banyak lagi sebenarnya bintang baru yang merapat di musim pertama Chelsea dilatih Mourinho. Namun, kebijakan belanja banyak bintang, membuat Chelsea harus melakukan cuci gudang pula.

Sialnya, Gronkjaer masuk ke dalam daftar pemain Chelsea yang dilepas untuk memuluskan revolusi Mourinho. Gronkjaer dilepas Chelsea ke Birmingham City dengan mahar 3,3 juta euro.

Pasca dibuang Chelsea, Gronkjaer tak pernah menemukan kesuksesan lagi. Gronkjaer mengembara dari Birmingham, Atletico Madrid, Stuttgart, hingga pulang ke klub kampung halamannya, FC Copenhagen pada musim 2006/07.

Memang, di FC Copenhagen Gronkjaer mampu meraih tiga trofi juara Liga Denmark. Tapi harus diakui lagi, FC Copenhagen sejatinya klub raksasa Liga Denmark, dan kekuatannya sulit tertandingi dalam kompetisi domestik.

Gronkjaer harus mendapati kariernya perlahan hancur, tersingkir dari level tertinggi benua biru. Torehannya musim 2002/03 yang menyelamatkan muka Chelsea, tak cukup kuat untuk mengamankan posisinya dari revolusi Mourinho.