In-depth

Mereka yang Tersenyum dan Menangis jika Liga Inggris 2019/20 Tak Selesai

Rabu, 8 April 2020 16:59 WIB
Editor: Prio Hari Kristanto
© Catherine Ivill/Getty Images
Wacana penghentian permanen Liga Primer Inggris 2019/20 menyisakan sejumlah keuntungan dan kerugian bagi sejumlah pihak terkait. Copyright: © Catherine Ivill/Getty Images
Wacana penghentian permanen Liga Primer Inggris 2019/20 menyisakan sejumlah keuntungan dan kerugian bagi sejumlah pihak terkait.

INDOSPORT.COM - Wacana penghentian permanen Liga Inggris 2019/20 menyisakan sejumlah keuntungan dan kerugian bagi sejumlah pihak terkait. 

Wabah virus corona yang melanda Inggris semakin tak terkendali. Kasus positif Corona di Inggris telah mencapai 55.940 kasus dengan tingkat kematian sebanyak 6.171 orang hingga Rabu (08/04/20). 

Kondisi ini pun semakin membuat penyelenggaraan kegiatan sepak bola di Negeri Ratu Elizabeth terkatung-katung. Liga Primer Inggris dan seluruh kompetisi profesional di sana telah menghentikan kompetisi sejak 14 Maret lalu. 

Sampai saat ini tanda-tanda keberlanjutan kompetisi pun belum ada. Hal ini menimbulkan wacana untuk menghentikan liga musim 2019/20 secara permanen

Namun, tentu saja hal ini menimbulkan pro dan kontra. Maklum, tak hanya memiliki sisi positif, penghentian kompetisi seluruhnya juga memiliki sisi negatif yang besar. 

Dampak positif dan negatif ini pun dirasakan oleh semua sektor dan stakeholder.  Meski begitu, keputusan tetap harus diambil di tengah masa krisis. 

Mereka yang Menangis

Tentu saja pihak paling pertama yang dirugikan adalah seluruh klub peserta Liga Primer Inggris. Dengan berhentinya kompetisi, itu artinya mereka akan kehilangan pemasukan besar dari sembilan laga sisa. 

Kerugian itu mencakup kehilangan pemasukan dari hak siar tv, tiket penonton, merchandise, dan sponsor. Kerugian ini juga tentunya dirasakan oleh penyelenggaraan Liga Primer Inggris. 

Pihak Liga Inggris sudah menerima pembayaran penuh hak siar di musim ini  dari pihak Sky Sports dan BT Sport. Apabila dihentikan, maka Liga Inggris dianggap berutang pada dua media siaran.

Dilansir dari Daily Mail, jika ditotal dengan kerugian klub dan penyelenggara liga, maka Liga Inggris kemungkinan bisa mengalami kerugian mencapai 1,2 miliar pounds atau setara Rp25 triliun. 

Estimasi angka yang sangat fantastis dan menyedihkan tentunya. Beberapa klub akhirnya memaksa untuk tetap bermain secara tertutup dengan jaminan pertandingan tetap disiarkan. 

Analis sponsor olahraga, Dr Peter Rohlmann mengatakan kerugian ini bisa ditekan menjadi 170 juta pounds atau Rp3,3 triliun bila Liga Inggris diselesaikan secara tertutup.

Kerugian dari aspek finansial klub pun berdampak pada penggajian pemain dan karyawan. Klub dipastikan bakal memangkas gaji pemain dan pegawai. 

Bahkan, hampir semau klub akan melakukan pengurangan pegawai yang itu artinya adalah PHK massal. Gaji pemain pun bakal mengalami pemotongan. 

Di atas kertas, hal ini akan merugikan para pemain karena telah melanggar isi kontrak. Namun, dengan kondisi darurat yang ada, setiap pemain diyakini bisa menerima dengan lapang dada. 

Selain dari aspek finansial, beberapa klub pun merasakan kerugian teknis lainnya. Misalnya saja Liverpool. 

The Reds tak bisa dipungkiri tampil sangat dominan di Liga Inggris musim ini. Mohamed Salah dkk memimpin klasemen dengan selisih sampai 25 poin dari penghuni peringkat kedua, Man City. 

Cukup dengan dua kemenangan lagi Liverpool sudah dikalungi gelar juara. Itu artinya pada pekan ke-31 Liga Inggris sudah bisa menemukan pemenangnya. 

Namun penghentian liga bakal menghapus euforia tersebut. Andai Liverpool tetap dinobatkan sebagai juara, tentu kegembiraan yang dirasakan akan sangat berbeda.

Tak ada lagi perayaan di stadion, konvoi di jalanan, dan sensasi pertandingan akhir yang menegangkan. Perjuangan Liverpool pun seperti antiklimaks. Apalagi mereka juga batal mencanangkan sejumlah rekor penting musim ini. 

Kerugian Liverpool bahkan bisa berlipat ganda andai saja pihak FA menetapkan musim ini berakhir tanpa juara. Bukan mustahil opsi ini dipilih. Maka menjadi sebuah mimpi buruk bagi Liverpool untuk kembali puasa gelar liga musim ini. 

Selain Liverpool, klub-klub yang memperebutkan zona Liga Champions pun juga bakal dirugikan. Ada kemungkinan UEFA bakal melarang klub-klub Inggris berlaga lantaran mereka gagal menyelesaikan kompetisi. 

Mereka yang Tersenyum

Tentu saja penghentian kompetisi diambil demi kebaikan banyak orang. Dengan berhentinya kompetisi itu artinya FA telah menyelamatkan Liga Inggris di masa depan. 

Pasalnya, jika liga tetap dilangsungkan, maka akan berdampak pada penjadwalan liga musim depan. Klub-klub cuma punya waktu singkat untuk mempersiapkan musim baru. 

Selain itu, tak mudah tentunya kembali menyusun jadwal padat untuk musim depan demi mengakomodir keberlanjutan liga musim ini. 

Selain aspek teknis, penghentian kompetisi juga berdampak baik bagi kondisi fisik pemain. walau secara mental mereka terpukul, namun fisik mereka diyakini bakal siap sepenuhnya untuk musim mendatang. 

Sebelum ini, dokter-dokter tim sepak bola di Inggris keberatan jika liga tetap dilanjutkan sampai akhir Juli. Sebab, itu artinya pemain cuma punya persiapan efektif kurang dari sebulan untuk musim baru. 

Kondisi ini dianggap tidak ideal karena biasanya jeda ideal antarkompetisi adalah dua setengah sampai tiga bulan. Jika terlalu mepet, maka dapat mengancam keselamatan pemain dalam hal cedera dan ketahanan fisik.