Bola Internasional

Dejan Antonic: Dongeng Yugoslavia Juara Dunia U-20 Bersama Legenda Real Madrid dan AC Milan

Senin, 13 April 2020 12:37 WIB
Penulis: Prabowo | Editor: Herry Ibrahim
© Ronald Seger/INDOSPORT
Pelatih PSS Sleman, Dejan Antonic menceritakan momen Timnas Yugoslavia yang bisa meraih gelar juara Piala Dunia U-20 1987 di Chile. Copyright: © Ronald Seger/INDOSPORT
Pelatih PSS Sleman, Dejan Antonic menceritakan momen Timnas Yugoslavia yang bisa meraih gelar juara Piala Dunia U-20 1987 di Chile.

INDOSPORT.COM - "Kita (Timnas Yugoslavia) berangkat ke Chile seperti tim kecil yang tidak diperhitungkan. Orang melihatnya saat itu Brasil, Jerman Barat dan Timur, Italia dan tuan rumah (Chile) yang punya tim bagus," ungkap Dejan Antonic berkait prediksi masyarakat tentang siapa juara Piala Dunia U-20 1987 dalam perbincangan dengan INDOSPORT, Minggu (13/04/20) malam.

Gelaran FIFA World Youth Championship atau Piala Dunia U-20 di Chile 1987 jadi berbuah tinta emas bagi Timnas Yugoslavia U-20. Pasukan muda The Plavi atau Si Biru saat itu membalikkan prediksi hingga tampil sebagai kampiun alias juara perdana.

Dejan Antonic, pelatih PSS Sleman saat ini merupakan satu dari 18 pemain yang dibawa head coach Mirko Jozic ke tanah Amerika Selatan. Dejan muda saat itu memperkuat Red Star Belgrade bersama Slavoljub Jankovic dan Robert Prosinecki si pemain terbaik di akhir turnamen.

Skuat Yugoslavia saat itu memang tak dihuni pemain mentereng. Namun, talenta-talenta muda itulah yang akhirnya bermetamorfosa menjadi bintang dan legenda dunia.

Mulai kuartet Real Madrid, Prosinecki, Robert Jarni, Predrag Mijatovic, dan Davor Suker yang menyumbang gelar La Liga maupun Liga Champions Eropa untuk El Real. Lalu Zvonimir Boban si bomber maut AC Milan yang turut meraih empat gelar Seri A.

Dejan sendiri juga melanglang buana ke daratan Asia, termasuk Hongkong dan Indonesia. Banyak prestasi yang dia torehkan, termasuk membawa Arema Indonesia hingga ke babak perempatfinal Piala AFC 2012 sebagai pelatih. Dia juga sukses mengantarkan Pelita Bandung Raya menjadi semifinalis Liga Super Indonesia 2014.

Cerita generasi emas itu dimulai sejak pembentukan Timnas U-17 tahun 1985. Selama tiga tahun, timnas muda Yugoslavia ditempa dengan seleksi ketat dan sistem promosi degradasi. Lambat-laun, proses itu terus menuai hasil, mereka bisa juara turnamen antarnegara Balkan yang jadi modal penting sebelum berangkat ke Piala Dunia.

"Dulu untuk masuk 18 pemain utama rasanya sulit, karena talenta pemain muda saat itu banyak sekali. Butuh kerja keras dan terus belajar lebih baik setiap latihan," kata Dejan.

"Saat kualifikasi melawan Spanyol, kita bisa membalikkan prediksi dan menang 3-0. Saat itulah kita smeua berfikir, kalau bisa mengalahkan Spanyol kenapa tidak sekalian target piala (juara)," tambahnya.

Berkumpul selama tiga tahun membuat Timnas Yugoslavia U-20 benar-benar matang baik secara permainan dan chimistry antarpemain. Bagi Dejan, timnasnya saat itu tidak sekadar tim, melainkan keluarga yang nyaris tidak ada jarak depan setiap pemain bahkan official.

© thejuandaonly
Skuat Yugoslavia di Piala Dunia U-20 1987. Copyright: thejuandaonlySkuat Timnas Yugoslavia di Piala Dunia U-20 1987.

"Semua seperti keluarga, termasuk sopir (bis) akrab dengan Boban dan juga sebaliknya. Kita tidak melihat siapa pemain utama dan cadangan, namun kita berangkat ke Chile untuk membuat prestasi yang bagus," papar eks Madura United tersebut.

Berangkat ke Chile dengan status tak diunggulkan dan harus menghadapi tuan rumah di partai pembuka jadi memori tersendiri bagi Dejan. Apalagi, Piala Dunia U-20 langsung dibuka Presiden Chile saat itu, Augusto Jose Ramon Pinochet seorang jenderal dan juga diktator besar.

"Tapi kami datang dengan semangat dan tidak takut meski bermain dihadapan Pinochet. Akhirnya dengan kerja keras semua kita bisa menang 4-2. Saat itu Jarni, Stimak, Mijatovic dan pemain lainnya bermain bagus sekali," ujar Dejan mengenang moment itu.

Unbeaten dan Sinar The Wizard

Dari statistik yang dilansir dari situs rsssf, Yugoslavia menyapu bersih alias unbeaten seluruh laga dengan kemenangan. Dongeng itu dimulai dengan menghajar tuan rumah dengan skor 4-2 lewat kontribusi gol Zvonimir Boban, Igor Stimac, dan brace Davor Suker.

Lalu dua laga sisa di fase penyisihan juga diakhiri dengan kemenangan telak. Masing-masing menang 4-0 atas Australia dan 4-1 saat menghadapi Timnas Togo.

Langkah mereka lantas berada di fase perempatfinal dan harus menghadapi tim kuat Brasil. Dalam laga di Estadio Nacional Santiago, Yugoslavia sempat tertinggal lebih dulu dari gol Alcindo Sartori. Namun, mereka membalikkan skor lewat Mijatovic dan gol dramatis Prosinecki, satu menit jelang waktu normal berakhir.

Lolos ke babak semifinal, Yugoslavia harus menghadapi Jerman Timur. Si Biru unggul lebih dulu berkat kontribusi Igor Stimac, sebelum disamakan Matthias Sammer. Namun Suker jadi pahlawan usai golnya menit ke-70 membawa timnya ke partai puncak melawan Jerman Barat (di semifinal kalahkan Chile 4-0).

Final yang berlangsung 25 Oktober 1987 di Estadio Nacional Santiago jadi saksi bisu duel sengit kedua tim. Yugoslavia unggul lebih dulu lewat Boban. Namun, kemenangan di depan mata pupus usai Marcel Witeczek menyamakan skor lewat titik putih. Skor 1-1 juga tak berubah hingga dua kali babak tambahan waktu hingga laga berlanjut ke adu tos-tosan.

© theghostgoal.wordpress.com
Skuat Yugoslavia di Piala Dunia U-20 1987. Copyright: theghostgoal.wordpress.comSkuat Timnas Yugoslavia saat menjuarai Piala Dunia U-20 1987.

Lima algojo Yugoslavia masing-masing Pavlicic, Suker, Brnovic, Zirojevic, dan Boban sukses menjalankan tugas. Sementara di kubu Jerman Barat, Witeczek yang jadi eksekutor utama justru jadi satu-satunya pemain yang gagal. Yugoslavia pun menang 5-4 dan berhak mengangkat trofi juara.

"Brasil datang (ke Piala Dunia) dengan target besar (juara) dan kita bisa menang 2-1. Lalu lawan Jerman Barat di final moment yang tidak pernah saya lupakan, karena pertandingan paling berat," tukas Dejan.

Ajang itu juga bak sinar terang bomber Davor Suker. Meski gagal keluar sebagai top scorer yang diraih Miteczek (7 gol), namun 6 gol pemain berjuluk The Wizard jadi pijakan menuju bomber kelas wahid.

Terbukti, sosok yang saat ini berusia 52 tahun itu lantas jadi bintang Real Madrid medio 1996-1999. Saat jadi warga negara Kroasia yang pecah dari Yugoslavia, Suker pernah membawa negaranya jadi semifinalis Piala Dunia 1998 di Perancis sekaligus top scorer dengan enam gol.

Bukti Hasil Tak Pernah Menghianati Proses

Namun, jika berkaca pada proses panjang persiapan dan pembentukan tim, Yugoslavia memang pantas menyandang gelar itu. Sepanjang hampir tiga tahun mereka terbentuk tentu bukan sebuah proses yang sebentar.

Dejan selalu mengingatkan tentang pentingnya sebuah kematangan dalam proses pembentukan tim untuk meraih prestasi. Sebab, gelar juara tidak bisa diraih dengan proses yang instant.

"Satu kuncinya kita memang tidak bisa instant, semua harus step by step. Itu juga selalu saya katakan saat ditunjuk jadi pelatih PSS Sleman," ujar dia.

"Bayangkan saja sebelum juara, kita ditempa dan mengikuti tiga ajang penting mulai kualifikasi Eropa, Piala Dunia, dan turnamen antarnegara Balkan. Ada proses promosi dan degradasi dari pelatih yang cukup panjang untuk mencari komposisi tepat sebelum berangkat ke turnamen," tambah sosok yang sementara tinggal di Hongkong tersebut.

Berkaca apa yang dilakukan Yugoslavia U-20, bisa menjadi pelecut semangat Timnas Indonesia U-20 yang akan berlaga di Piala Dunia U-20 tahun depan. Apalagi, David Maulana dan kawan-kawan selalu bersama-sama sejak di level Timnas U-16. Belum lagi Indonesia berstatus tuan rumah, tentu bukan hal mustahil gelar juara bisa diraih layaknya pasukan The Plavi.