In-depth

Newcastle United dan Kisah Klub-klub 'Mendadak Tajir' Liga Inggris

Jumat, 17 April 2020 19:56 WIB
Editor: Prio Hari Kristanto
© mirror.co.uk
Andai benar dimiliki pangeran Arab Saudi, klub Newcastle United berpotensi mengikuti jejak kesuksesan para
Andai benar dimiliki pangeran Arab Saudi, klub Newcastle United berpotensi mengikuti jejak kesuksesan para "klub kaya baru' di Liga Inggris.

INDOSPORT.COM - Andai benar dimiliki pangeran Arab Saudi, klub Newcastle United berpotensi mengikuti jejak kesuksesan para "klub kaya baru' di Liga Inggris. 

Klub Liga Inggris, Newcastle United, akan resmi menjadi milik putra mahkota Arab Saudi,  Pangeran Mohamed bin Salman, pada akhir bulan April 2020.

Newcastle United tampaknya akan segera meresmikan status baru mereka sebagai klub kaya baru menyusul pendekatan yang dilakukan Pangeran Mohamed bin Salman.

Dilansir Independent, proses peralihan kepemilikan Newcastle dari tangan Mike Ashley kepada sang putra mahkota Arab Saudi akan beres akhir April ini.

Pangeran Salman, melalui Dana Investasi Publik Arab Saudi (PIF) telah mengajukan tawaran senilai 300 juta poundsterling, atau kurang lebih Rp5,9 triliun, yang telah disepakati oleh pemilik Newcastle saat ini, Mike Ashley.

Angka 300 juta poundsterling ini sejatinya bukanlah harga yang dipatok oleh Mike Ashley. Sebelumnya pengusaha asli Inggris ini mematok Newcastle dengan mahar 340 juta poundsterling. 

Namun, wabah pandemi virus corona membuatnya menurunkan harga yang disanggupi oleh keluarga kerajaan Arab Saudi.

Kabar ini sendiri tidaklah mengejutkan di Liga Inggris. Di banding kompetisi lain di 5 liga top Eropa, Liga Inggris memang terbiasa dengan kehadiran klub-klub kaya baru. 

Dalam dua dekade ini saja sudah ada tiga klub kaya baru di dataran Inggris Siapa saja mereka? Berikut ulasannya. 

1. Chelsea

Chelsea merupakan contoh terbaik transformasi sebuah klub di era sepak bola modern di mana uang memegang peranan penting. 

Pada 2003 silam, seorang pengusaha kaya asal Rusia, Roman Abramovich, mengambil alih klub Chelsea dengan biaya 140 juta pound. Masuknya investasi Abramovich pun mengubah wajah Chelsea sepenuhnya. 

Sebelum kedatangan Abramovich, Chelsea sudah dikenal sebagai klub papan atas Inggris dengan sejumlah trofi penting yang diraih. Namun, The Blues belum bisa bersaing di level yang dimiliki Manchester United, Arsenal, atau pun Liverpool baik di Inggris maupun Eropa (dalam finansial dan prestasi). 

Chelsea di bawah Abramovich pun bertransformasi menjadi klub kaya raya baru di Inggris. Pemain-pemain bintang datang silih berganti ke Stamford Bridge.

Di tahun-tahun awal kepemimpinannya, Abramovich mendaratkan Adrian Mutu, Hernan Crespo, dan Shevchenko. Namun Chelsea baru benar-benar meraih kesuksesan di masa kepemimpinan Jose Mourinho. 

Menggantikan Ranieri, Mourinho sukses membawa Chelsea menjuarai Liga Inggris dua musim beruntun (2004-2005, 2005-2006). Sebuah prestasi yang belum mereka raih semenjak Perang Dunia II. 

Mengandalkan legenda-legenda seperti Frank Lampard, Didier Drogba, Michael Essien, Joe Cole, John Terry, dan lainnya, Chelsea menjuarai berbagai gelar domestik dan sempat menginjakkan kaki di final Liga Champions 2008 sebelum ditumbangkan Man United. 

Cerita kesuksesan Chelsea pun terus berlanjut saat dipegang oleh Carlo Ancelotti dan Antonio Conte. Semenjak kedatangan Roman Abramovich, Chelsea mempekerjakan 10 pelatih (belum termasuk Frank Lampard). 

Tak terhitung lagi berapa ratus juga poundsterling yang telah digelontorkan Abramovich untuk mendatangkan bintang-bintang dunia. 

Selama periode itu, Chelsea merengkuh 5 gelar Liga Inggris, 2 Liga Europa, dan 1 Liga Champions Eropa, 5 FA Cup, dan 3 Piala Liga. Ini merupakan periode terbaik Chelsea sepanjang sejarah klub dan bahkan salah satu yang terbaik di Inggris. 

2. Manchester City

Cerita dongeng kesuksesan Chelsea kembali berulang di Inggris. Kali ini klub Manchester City yang jadi protagonisnya. 

Agak berbeda dari Chelsea, sebelum jadi tim kaya, Manchester CIty merupakan tim gurem yang minim prestasi. Kebangkitan Manchester City sebenarnya sudah mulai terlihat pada tahun 2008 kala taipan asal Thailand, Thaksin Shinawatra, mengakuisisi klub .

Namun kisah Thaksin bersama Man City cuma seumur jagung karena di akhir tahun tersebut, The Citizens dibeli oleh Abu Dhabi United Group yang dimiliki oleh Syekh Mansur. 

Di tahun yang sama, Man City langsung memecahkan rekor transfer termahal dengan 32 juta pound usai mendatangkan bintang Real Madrid, Robinho. 

Namun di musim itu Man City belum benar-benar berprestasi. Akhirnya pada musim panas 2009 mereka menggelontorkan lebih dari 100 juta pound untuk mendatangkan bintang-bintang seperti  Gareth Barry, Roque Santa Cruz, Kolo Touré, Emmanuel Adebayor, Carlos Tevez and Joleon Lescott.

Carlos Tevez dkk belum juga berhasil mempersembahkan trofi penting. barulah musim 2010-2011 mereka meraih trofi penting pertama setelah puluhan tahun, yakni Piala FA. 

Kesuksesan ini diikuti oleh gelar juara Liga Inggris musim 2011-2012 dengan mengandalkan pemain bintang seperti Sergio Aguero, Mario Balotelli, David Silva, Vincent Kompany, dll. 

Trofi dan rekor pun terus menghampiri City setelah momen itu. Total, City merebut 4 gelar Liga Inggris, 2 Piala FA, dan 5 Piala liga semenjak dimiliki oleh Syekh Mansur.

Man City pun kini tengah merintis masa keemasan bersama Pep Guardiola. Pep telah sukses mengantarkan dua trofi Liga Inggris beruntun untuk City dan beragam gelar domestik lainnya dalam tiga tahun terakhir.

Hanya trofi  Liga Champions dan Liga Europa saja yang belum bisa digapai City. Sayangnya, The Citizen harus menunggu lebih lama lantaran dua tahun ke depan mereka dilarang tampil di Eropa setelah sang pemilik klub terbukti melakukan sejumlah pelanggaran dalam aturan transfer pemain. 

3. Wolverhampton

Perlahan tapi pasti, klub Wolverhampton Wanderers mulai menggeliat di Liga Inggris. Kebangkitan Wolverhampton dimulai dari kasta divisi Championsip ketika mereka dibeli konsorsium kaya asal China. 

Walau sebagai tim sarat sejarah, Wolves sejatinya hanyalah klub medioker di Inggris. Tim ini sering naik turun di Liga Primer maupun Divisi Championship. 

Terakhir, klub berlambang serigala ini bermain di Liga Primer adalah tahun 2012 lalu. Semenjak itu, mereka tak lagi promosi hingga musim 2017/18 lalu. 

Awal dari kebangkitan Wolves terjadi di tahun 2016. Sebuah konsorsium kaya raya asal China bernama Fosun International mengakuisisi Wolves. Konsorsium yang berbasis di Sanghai ini bergerak di banyak bidang asuransi, travel, hiburan, hingga perminyakan.

Kedatangan Fosun membuat Wolves diperkuat pemain-pemain kelas dunia yang mana memudahkan mereka promosi dari Divisi Championsip. 

Wolverhampton pernah dilatih oleh eks pelatih FC Porto,  Nuno Espírito Santo, yang membawa tim tersebut ke peringkat dua klasemen Liga Portugal musim lalu. 

Tak hanya Nuno, Mendes juga mendatangkan dua pemain yakni Helder Costa senilai 13 juta pounds (Rp231 miliar) dari AS Monaco, dan Ruben Neves senilai 15,8 juta pounds (Rp281 miliar) dari FC Porto. 

Selain itu, Wolves juga menarik banyak legiun-legiun Portugal seperti Roderick Miranda, Pedro Goncalves, Boubacar Hanne, Jose Xavier, dan Tomas Reimao.

Debut Wolverhampton di Liga Primer Inggris setelah dimiliki Fosun pun terbilang gemilang, Pada musim 2018-2019 lalu Wolverhampton finis  di posisi ketujuh alias yang terbaik setelah The Big Six. 

Musim 2019/20 ini pun mereka cukup konsisten di posisi ke-6 klasemen sementara Liga Inggris. Kesempatan mereka untuk tembus ke empat besar sangat besar mengingat performa Spurs, Man United, dan Arsenal tengah loyo.