Liga Indonesia

3 Format Kompetisi Pengganti Liga 1 Paling Ideal

Sabtu, 18 April 2020 14:50 WIB
Editor: Prio Hari Kristanto
© Amanda Dwi Ayustri/INDOSPORT
PSSI dan PT LIB tengah menyusun wacana untuk kompetisi pengganti Liga 1 2020 andai tak bisa dilanjutkan, kira-kira format apa yang cocok untuk saat ini? Copyright: © Amanda Dwi Ayustri/INDOSPORT
PSSI dan PT LIB tengah menyusun wacana untuk kompetisi pengganti Liga 1 2020 andai tak bisa dilanjutkan, kira-kira format apa yang cocok untuk saat ini?

INDOSPORT.COM - PSSI dan PT LIB tengah menyusun wacana untuk kompetisi pengganti Liga 1 2020 andai tak bisa dilanjutkan, kira-kira model kompetisi seperti apa yang cocok untuk kondisi saat ini?

Pandemi virus corona yang semakin mengkhawatirkan di Indonesia memaksa kompetisi sepak bola Tanah Air terhenti. Baik PSSI maupun klub-klub kini makin tak yakin kompetisi Liga 1 2020 bisa dilanjutkan. 

Kondisi ini akhirnya memunculkan wacana soal kompetisi pengganti Liga 1. PT LIB baru-baru ini menyiapkan opsi turnamen pengganti Liga 1 2020. 

Direktur PT LIB sekaligus wakil ketua PSSI, Cucu Somantri, mengaku telah menyiapkan sejumlah opsi terkait turnamen pengganti apabila Liga 1 2020 tak bisa dilanjutkan. 

Namun begitu, format kompetisi masih sebatas konsep dan belum dibicarakan resmi ke klub-klub peserta. Atas dasar ini, kami pun mencoba untuk menerka format-format kompetisi pengganti paling ideal dan rasional untuk sepak bola kasta atas Indonesia. 

1. Model Inter Island Cup

Kompetisi berformat turnamen adalah pilihan paling masuk akal di masa serba kepepet ini. Salah satu model paling ideal dari format turnamen ini bisa mencontoh Inter Island Cup. 

Turnamen model Inter Island Cup cocok untuk diselenggarakan dalam waktu dua sampai tiga bulan. Selain cepat selesai, kompetisi ini juga dianggap bisa mewakili seluruh peserta di Tanah Air. 

Turnamen Inter Island Cup pertama kali digelar pada tahun 2010. Namun, edisi 2014 atau yang keempat dianggap paling ideal untuk dicontoh. 

Turnamen Inter Island Cup 2014 memiliki 3 fase, yakni zona kualifikasi, 8 besar, dan final. Pada fase kualifikasi ada empat zona yang dimainkan, yakni Sumatera, Jawa, Kalimantan, dan Sulawesi-Papua. 

Masing-masing perwakilan dari tiap pulau akan bertarung ke babak 8 besar. Pada edisi 2014, Sumatera diwakili oleh 2 klub (1 lolos ke 8 besar), Jawa 12 klub (3 lolos), Kalimantan 4 klub (2 lolos), dan Sulawesi-Papua 4 klub (2 lolos). 

Masing-masing zona akan melakoni babak kualifikasi. Formatnya pun berbeda-beda tergantung jumlah peserta. Sumatera misalnya, mereka hanya memainkan satu pertandingan yakni antara Sriwijaya FC vs Semen Padang. 

Lain lagi dengan Jawa yang memiliki 12 klub sehingga harus dibagi ke dalam tiga grup di mana masing-masing juara grup akan ke 8 besar. 

Format ini dianggap bisa menampung representasi seluruh peserta. Hanya saja kekurangannya adalah tim-tim di Inter Island CUp tidak bertanding secara adil. 

Sumatera hanya melakoni satu laga kualifikasi, sementara di Jawa harus memainkan tiga laga untuk bisa lolos ke 8 besar. Namun begitu, setelah lolos ke babak 8 besar semua tim bertarung secara adil. 

2. Model Piala Presiden

Model kompetisi kedua yang bisa diadopsi PSSI adalah Piala Presiden. Piala Presiden merupakan kompetisi mini yang paling ideal di Indonesia. 

Beda dengan Inter Island Cup, tiap tim bertanding secara adil di Piala Presiden. Pada edisi 2019 ada 20 tim yang ikut berpartisipasi. 

Ke-20 tim ini dibagi ke dalam lima grup beranggotakan empat klub. Mirip seperti Piala Dunia, tiap tim bermain hanya tiga kali di tiap grup. 

Juara grup dan tiga runner-up terbaik berhak lolos ke babak gugur (8 besar). Selebihnya, kompetisi berjalan sebagaimana layaknya turnamen pada umumnya. Pertandingan dua leg sendiri baru berlaku di semifinal dan final. 

Opsi ini lebih masuk akal dari Inter Island Cup karena tiap tim bertanding secara adil. Selain itu, kompetisi tidak membutuhkan waktu lama karena sistem dua leg baru berlaku di semifinal dan final. 

3. 2 Wilayah

Turnamen berbentuk dua wilayah bisa saja jadi opsi di tengah keterbatasan ini. Tentu saja dengan sejumlah penyederhanaan. 

Jika tetap ingin mempertahankan atmosfer kompetisi penuh, PSSI bisa membuat turnamen dua wilayah layaknya Liga 2. 

Dari 18 klub, para peserta akan dibagi ke dalam dua wilayah. Masing-masing wilayah berisi 9 tim dan bertarung dalam pertandingan satu leg. 

Lalu dua tim teratas masing-masing grup bisa langsung ke semifinal. Mungkin laga dua leg bisa diterapkan di fase semifinal. Sementara untuk final lebih baik digelar satu pertandingan saja. 

Model seperti ini akan memakan waktu lebih lama dibanding dua model turnamen lainnya. Namun begitu, kelebihan dari 2 wilayah adalah sisi kompetitif tetap terjaga.