Liga Indonesia

Tiga Pemain Paling Loyal di Skuat Madura United

Sabtu, 2 Mei 2020 20:29 WIB
Penulis: Ian Setiawan | Editor: Yohanes Ishak
 Copyright:

INDOSPORT.COM - Sejauh ini, hanya ada tiga pemain yang paling loyal dari sejumlah pemain yang pernah membela klub Liga 1, Madura United, sejak klub itu mengakuisisi Pelita Bandung Raya pada awal 2016 silam.

Ketiganya adalah Guntur Ariyadi, Asep Berlian dan Slamet Nur Cahyono. Meski tidak bisa dibandingkan secara Apple to appe, namun loyalitas mereka kepada Madura United (MU) pantas disejajarkan dengan Ismed Sofyan di Persija Jakarta maupun Dendi Santoso di Arema FC.

Selama 5 musim, mereka menjadi sanksi dibalik jatuh bangunnya tim Laskar Sape Kerrab, sejak membangun image sebagai tim baru bermuka lama, hingga mampu bersaing di jajaran papan atas kompetisi Liga 1 2020.

Kolaborasi mereka juga mampu menghadirkan sejumlah catatan penting dalam kiprah MU.

Pada musim 2016, ketiganya membawa MU sebagai runner-up Piala Gubernur Kaltim dan finis di tiga besar Indonesian Soccer Championship A dengan 61 poin, di bawah Persipura (68) dan Arema (64).

Pada era Liga 1, kerja sama ketiganya masih membuat MU stabil dalam hal performa tim. Memulai kompetisi resmi di 5 besar (2017), MU sempat finis di 8 besar (2018) dan kemudian bangkit dengan meraih 5 besar klasemen (2019).

Lalu, bagaimana perjalanan mereka sebelum menjadi trio paling loyal di skuat Madura United? Berikut Indosport merangkum secara singkat sepak terjang ketiga pemain tersebut.

1. Guntur Ariyadi

© Bolamadura.com
Guntur Ariyadi Copyright: Bolamadura.comGuntur Ariyadi, pemain Madura United.

Madura United sungguh beruntung memiliki pemain kelahiran Banyuwangi, 33 tahun ini. Tak banyak gaya, punya attitude baik, dan selalu profesional pada tugasnya, adalah cerminan dari Guntur.

Keterampilan dalam memerankan dua hingga tiga posisi berbeda sebagai central midfielder, defender hingga wing back, menjadi nilai plus bagi Guntur. Maka tak heran, Guntur selalu punya kesempatan bermain lebih banyak meski pelatih berbeda-beda.

Awal kariernya sebagai pesepakbola profesional pun langsung mengkilap. Debut pada usia 19 tahun, Guntur langsung mengalungkan medali saat menjadi bagian Persik Kediri menjuarai Liga Indonesia 2006.

Dia lalu melanjutkan karir di Persema Malang pada edisi akhir Ligina 2007/2008 silam. Sebelum berjersey MU, Guntur sempat memperkuat Persik (2008-2010) dan Barito Putera (2011-2015).

2. Asep Berlian

© Ian Setiawan/INDOSPORT
Gelandang Madura United, Asep Berlian Copyright: Ian Setiawan/INDOSPORTGelandang Madura United, Asep Berlian

Gelandang tengah berusia 29 tahun ini menjadi paling muda dibanding dua nama lain. Meski kelahiran Bogor, Jawa Barat, namun kariernya sebagai pesepakbola justru dia jalani di Jawa Timur.

Kiprahnya semasa junior di Pelita Jaya U-21, Persika Karawang dan PON Jabar pada 2012, cukup memikat pemandu bakat. Persik Kediri menjadi tim pertamanya pada gelaran ISL 2014 lalu, dilanjutkan ke Persebaya pada 2015 yang terhenti, sebelum menetap di Madura.

Gaya bermain yang fight dan penuh daya jelajah di lapangan tengah, tak membuat Gomes De Oliveira banyak berpikir.

Pelatih kebangsaan Brasil itu lalu mendatangkan Asep pada gelaran ISC 2016, dan tampil dominan bersama Slamet Nur Cahyo maupun Dane Milovanovic.

3. Slamet Nur Cahyono 

© liga-indonesia.id
Slamet Nurcahyo berusaha melewati Patrick Mota dalam pertandingan Liga 1 2019 Madura United vs PSIS Semarang, Sabtu (24/08/19) malam. Copyright: liga-indonesia.idSlamet Nurcahyo berusaha melewati Patrick Mota dalam pertandingan Liga 1 2019 Madura United vs PSIS Semarang, Sabtu (24/08/19) malam.

Slamet menjadi paling senior diantara tiga sekawan di skuat Madura United saat ini. Berbeda dengan dua juniornya itu, dia datang ke MU sudah berbekal pengalaman dan jam terbang tinggi.

Gomes memang mendatangkannya sepaket dengan Asep Berlian dari Persebaya, saat kompetisi ISL 2015 mandek.

Namun, Playmaker kelahiran Jember berusia 36 tahun itu sudah makan asam garam kompetisi nasional dengan membela sejumlah klub ternama.

Kolaborasinya bersama Asep sejauh ini menjadi paling awet di lini tengah MU. Keduanya nyaris selalu bermain bersama sejak era kepelatihan Gomes De Oliveira, Milomir Seslija, hingga Rahmad Darmawan.

Debut profesional Slamet tercipta di Persebaya, pada era Liga Indonesia 2005. Karirnya lalu berlanjut membela PSS Sleman (2006-2009), Persiba Bantul (2009), Persibo Bojonegoro (2010), kembali ke Bantul (2011-2012), Semen Padang (2013) dan Persepam MU (2014).