Liga Indonesia

Djoko Pekik: Eks Kemenpora yang Kaget Saat Jadi Pelatih Fisik PSS

Minggu, 17 Mei 2020 18:48 WIB
Penulis: Prabowo | Editor: Yohanes Ishak
© Ronald Seger Prabowo/INDOSPORT
Ketua Umum KONI DIY, Djoko Pekik Irianto, memaparkan pihaknya menyambut baik terpilihnya Indonesia sebagai tuan rumah Piala Dunia U-20. Copyright: © Ronald Seger Prabowo/INDOSPORT
Ketua Umum KONI DIY, Djoko Pekik Irianto, memaparkan pihaknya menyambut baik terpilihnya Indonesia sebagai tuan rumah Piala Dunia U-20.

INDOSPORT.COM- Mantan Deputi Bidang Peningkatan Prestasi Olahraga Kemenpora, Djoko Pekik Irianto memiliki pengalaman menarik saat bergabung PSS Sleman. Djoko sempat jadi pelatih fisik tim Super Elang Jawa di pentas Divisi Utama musim 2008/2009.

Dia saat itu ditunjuk manajemen untuk melengkapi pos pelatih. Selain Djoko, ada Yudi Suryata sebagai pelatih kepala sebelum digantikan Maman Durachman, Lafran Pribadi (asisten pelatih), dan M Susanto sebagai pelatih kiper.

"Ada satu hal menarik saat itu, setelah masuk saya baru tahu kondisi fisik atlet kita itu ternyata parah, padahal di Divisi Utama. Artinya apa, kemungkinan besar tim yang lain juga sama," ungkap Djoko mengawali perbincangan dengan INDOSPORT.

"Tidak hanya lokal saja. Pemain pemain yang kita impor (asing) kondisinya juga sama," tegasnya.

Dia memaparkan, fakta pertama bobroknya fisik pemain terlihat dari sisi VO2Max. Djoko menyebut rata-rata pemain PSS  Sleman saat itu berkisar angka 45, jauh dari standar 55.

"Hanya ada dua pemain satu bek dan kiper yang sampai angka standar. Lha kalau VO2Max hanya 45, ya baru bermain 20 menit saja sudah selesai (habis). Kondisinya sangat parah," ujar Ketua Umum KONI DIY tersebut.

Fakta kedua, lanjut Djoko, kebutuhan nutrisi para pemain disebutnya juga tidak seimbang. Dari catatanya saat itu, kadar hemoglobin (hb) skuat Laskar Sembada bahkan di bawah orang biasa yakni di level 12. Padahal untuk atlet, hb normalnya di level 15-16.

"Bisa dibilang atlet saat itu tidak seimbang gizinya. Makanan yang disediakan manajemen secara kualitas sebenarnya cukup. Namun yang masuk ke tubuh atlet itu tidak pas," ucap dia.

"Kenapa bisa begitu? Karena pemain tidak diberikan edukasi yang benar berkait porsi makanan. jadi mereka sesukanya saja ambil yang penting kenyang," paparnya.

Untuk itu, langkah konkret yang dirinya lakukan saat itu adalah memberikan edukasi soal makanan dengan gizi seimbang. Pihaknya juga memberikan masukan ke manajemen untuk memberikan menu makanan yang bervariatif, baik sisi karbohidrat maupun protein.

"Kondisi itu memang karena tidak tahuan pemain dan minimnya edukasi soal nutrisi yang pas dalam hal makanan. Saya sampai membuat catatan di ruang makan soal menu makanan dan porsi yang harus diambil, seperti nasi, sayur, dan lauk seberapa. Sehingga lambat-laun pemain paham," pungkasnya.