In-depth

Gian Piero Gasperini, Reinkarnasi Zdenek Zeman yang Disempurnakan

Kamis, 9 Juli 2020 13:48 WIB
Editor: Prio Hari Kristanto
© Goal.
Tangan dingin Gian Piero Gasperini di Atalanta sudah tak diragukan lagi, sejak datang pada tahun 2016, ia sukses mengangkat derajat Atalanta.  Copyright: © Goal.
Tangan dingin Gian Piero Gasperini di Atalanta sudah tak diragukan lagi, sejak datang pada tahun 2016, ia sukses mengangkat derajat Atalanta. 
Bertahan untuk Menyerang ala Gasperini 

Tangan dingin Gian Piero Gasperini di Atalanta sudah tak diragukan lagi. Sejak datang pada tahun 2016, ia sukses mengangkat derajat Atalanta. 

Di musim pertamanya saja eks allenatore Inter Milan ini membawa La Dea ke posisi keempat klasemen akhir. Sayang, saat itu Italia cuma dapat tiga jatah Liga Champions. 

Atalanta akhirnya baru benar-benar meraih tiket ke Liga Champions pada musim 2018-2019 lalu. Capaian ini membuat Gasperini semakin betah dan tak tergoyahkan. 

Gasperini memang bukan pelatih kacangan. Walau lebih sering melatih tim-tim gurem, ia memiliki segugang pengalaman yang membuatnya menjadi seperti sekarang ini. 

Salah satu kehebatan Gasperini adalah kemampuannya untuk mengadaptasi taktik bermain lawan. Seorang Jose Mourinho pernah mengakui kehebatan Gasperini yang satu ini. 

"Dia adalah pelatih yang paling membuatku kesulitan. Setiap kali aku mengubah taktik, dia selalu bisa beradaptasi. Ini adalah salah satu hasil 0-0 paling spektakuler, khususnya bagi mereka yang mencintai sepak bola," ujar Mou kala itu saat masih membesut Inter Milan. 

Gasperini adalah pelatih yang gemar dengan pakem formasi 3-4-3 dan beragam variasinya. Dengan formasi ini Gasperini menerapkan sepak bola bertahan sekaligus menyerang. 

Jika melihat Atalanta bermain, maka akan terlihat bagaimana pressing-pressing ketat yang dimainkan anak asuhnya. Ya, Gasperini memang tak ingin memberikan kesempatan pada lawan untuk berkembang. 

Strategi pressing dan marking ketat ini ditunjang dengan fleksibilitas. Biasanya tiga pemain Atalanta ditugaskan Gasperini untuk terus menekan bek lawan ketika sedang menguasai bola atau pun hendak melakukan operan. 

Di tim Gasperini tak terlihat perbedaan antara bertahan dan menyerang. Dengan pressing ketat ketika bertahan, Atalanta bisa langsung menyulapnya menjadi tekanan yang agresif ke pertahanan lawan. 

Kasarnya, untuk bertahan, mereka harus bermain agresif layaknya menyerang. Hal ini yang sering membuat pemain-pemain lawan kerepotan ketika Atalanta memegang bola. 

Para pemain Atalanta selalu siap untuk menyerang kapan pun itu. Maka tak heran mereka menjadi tim paling produktif di musim lalu dan musim ini. 

Kehebatan Gasperini dalam menerapkan taktiknya ini berkontribusi besar terhadap hasil gemilang Atalanta baik itu di Serie A Italia maupun Liga Champions musim ini.