In-depth

Leicester dan Lazio, Tim Kejutan Eropa yang Kejayaannya Ambruk Seketika

Selasa, 14 Juli 2020 13:31 WIB
Penulis: Petrus Tomy Wijanarko | Editor: Ivan Reinhard Manurung
© Yuhariyanto/INDOSPORT
Leicester City dan Lazio, dua tim tersebut mampu memberikan kejutan di pentas sepak bola Eropa, namun belakangan kejayaan mereka tampak ambruk seketika. Copyright: © Yuhariyanto/INDOSPORT
Leicester City dan Lazio, dua tim tersebut mampu memberikan kejutan di pentas sepak bola Eropa, namun belakangan kejayaan mereka tampak ambruk seketika.

INDOSPORT. COM - Leicester City dan Lazio, dua tim tersebut mampu memberikan kejutan di pentas sepak bola Eropa, namun belakangan kejayaan mereka tampak ambruk seketika.

Kejutan tak pernah lepas dari peta persaingan liga-liga top Benua Biru. Setidaknya dari dua kompetisi, Liga Inggris dan Serie A Italia, perhelatannya sepanjang musim 2019/20 mampu menghadirkan kiprah manis tim kuda hitam.

Liga Inggris memunculkan nama Leicester City yang mampu mendobrak persaingan papan atas. Ketika tim-tim 'Big Six', seperti Manchester United, Arsenal, dan Tottenham Hotspur, tercecer di papan tengah, Leicester City mampu menembus empat besar zona Liga Champions.

Kalau di Serie A Italia, kejutan muncul lewat kiprah Lazio. Tanpa diduga Lazio jadi tim yang berhasil menempel ketat Juventus di puncak klasemen, mengungguli sejumlah raksasa lainnya, seperti Napoli, AS Roma, dan Inter Milan.

Namun kejayaan tim kuda hitam Leicester dan Lazio tampak tak bisa berumur panjang. Terutama saat kompetisi dilanjutkan kembali pasca ditunda sementara akibat pandemi virus corona, kejayaan Leicester dan Lazio seakan ambruk seketika.

INDOSPORT lantas coba mengulas kisah ambruknya kejayaan Leicester dan Lazio tadi. Mari simak ulasannya dalam rangkuman singkat berikut ini.

Leicester City

Leicester City sejatinya tidak mengawali musim 2019/20 dengan baik. Dua pekan awal Liga Inggris kontra Wolverhampton Wanderers dan Chelsea, Leicester harus menerima hasil imbang beruntun.

Memasuki pekan ke-3, Leicester City bersua Sheffield United yang berakhir kemenangan 2-1. Sejak kemenangan perdananya itu, Leicester mampu menjaga konsistensi permainan hingga stabil di papan atas.

Setidaknya sampai pekan ke-29 atau momen ditundanya Liga Inggris akibat virus corona, Leicester dengan nyaman menduduki peringkat tiga berkat koleksi 53 poin. Kala itu torehan Leicester berjarak lima poin dari tim peringkat empat, Chelsea, yang terbilang cukup aman untuk mendapatkan tiket ke Liga Champions musim depan.

Kiprah Leicester jelas tak mungkin mengejar dua kekuatan besar di atasnya, Manchester City dan Liverpool. Leicester hanya perlu bermain konsisten sepanjang sisa kompetisi agar peringkat tiga yang didudukinya tetap terjaga keamanannya.

Namun saat kompetisi dilanjutkan kembali, kejayaan yang dibangun Leicester tiba-tiba hancur seketika. Bagaimana tidak, sedari laga pekan ke-30 sampai pekan ke-35, Leicester cuma bisa sekali meraih kemenangan.

Lima pertandingan lainnya, Leicester harus menelan dua kekalahan dan tiga hasil imbang. Padahal dua tim di bawah Leicester, Chelsea dan Manchester United, terus menunjukkan performa apik.

Alhasil, pada pekan ke-35, Leicester yang mengoleksi 59 poin, disalip Chelsea dan turun ke posisi empat. Mirisnya, Leicester kini torehan poinnya sama persis seperti Manchester United yang duduk di peringkat lima, hanya unggul selisih gol saja.

Jika tak hati-hati, Leicester bukan mustahil akan kian hancur lagi. Terlebih pada pekan ke-38 nanti atau laga pekan terakhir, Leicester bakal bersua Manchester United, yang mana jika kalah, konsekuensinya kemungkinan besar harus terlempar dari empat besar papan atas.