In-depth

Dongeng Leeds United di Liga Champions: Kalahkan AC Milan dan Lazio

Sabtu, 18 Juli 2020 21:53 WIB
Editor: Coro Mountana
© George Wood/Getty Images
Skuat Leeds United melakukan selebrasi Copyright: © George Wood/Getty Images
Skuat Leeds United melakukan selebrasi
Dongeng Leeds United di Liga Champions

Dongeng itu mengambil latar waktu saat diselenggarakannya Liga Champions 2000/2001. Perjalanan Leeds United sendiri saat itu tidaklah mudah karena harus memulai langkahnya dari babak kualifikasi melawan 1860 Munich dari Jerman.

Bermain dengan penuh kepercayaan diri, Leeds United berhak melaju ke babak utama fase grup setelah menang agregat, 3-1. Sayang, sebagai tim anak bawang karena sudah jarang main di Liga Champions, Leeds United harus menerima kenyataan tergabung ke dalam grup neraka.

Leeds United harus tergabung bersama AC Milan, Barcelona dan raksasa dari Turki, Besiktas. Di laga perdana pun, Leeds United dihajar babak belur oleh Barcelona dengan skor sangat telak, 0-4 berkat gol dari Rivaldo, Frank de Boer dan brace dari Patrick Kluivert.

© Zimbio.com
Patrick Kluivert saat berseragam Ajax. Copyright: Zimbio.comPatrick Kluivert saat berseragam Ajax.

Namun laga kedua yang diselenggarakan Elland Road pada 19 September 2000 melawan AC Milan, ternyata menjadi titik balik Leeds United untuk bangkit sekaligus memulai dongengnya di Liga Champions. Di luar dugaan, Leeds United berhasil mengimbangi permainan AC Milan saat itu.

Padahal AC Milan diperkuat sejumlah pemain bintang seperti Nelson Dida, Paolo Maldini, Billy Costacurta, Andriy Shevchenko, Oliver Bierhoff hingga Francesco Coco. Sedangkan Leeds United hanya dibintangi oleh Nigel Martyn, Alan Smith, Lee Bowyer, Ian Harte, Oliver Dacourt dan Gary Kelly.

Striker hebat macam Shevchenko di luar dugaan tak berkutik melawan barisan pertahanan Leeds United. Sebaliknya, di tengah guyuran hujan, Lee Bowyer yang melepaskan sepakan jarak jauh, ternyata tak bisa dibendung Dida sehingga Leeds pun meraih kemenangan perdana atas AC Milan, 1-0.

Selepas laga bersejarah mengalahkan tim sekelas AC Milan itu, langkah Leeds United di Liga Champions jadi tak bisa dihentikan. Menahan imbang Barcelona, AC Milan dan Besiktas serta sekali menang atas tim turki itu, sudah cukup membuat Leeds United lolos ke babak kedua Liga Champions.

Memasuki babak kedua (dulu formatnya fase grup lagi sebelum menuju 8 besar) Liga Champions, Leeds United sama sekali tidak diunggulkan dan benar-benar menjadi anak bawang. Bagaimana tidak, Leeds United masuk dalam pot keempat sekaligus koefisien tim terbawah di antara seluruh kontestan.

Fakta itu membuat Leeds United Kembali terjebak dalam grup neraka lagi di Liga Champions dengan tergabung bersama Real Madrid, Lazio dan Anderlecht. Seperti biasa, Leeds United selalu memulai perjalanannya dengan kekalahan, kali ini dari Real Madrid.

Namun bukan Leeds United namanya jika tidak bangkit dengan mengalahkan Lazio di Olimpico berkat gol sematawayang Alan Smith. Kemenangan atas Lazio dapat dikatakan sebagai kejutan juga mengingat mereka adalah juara Serie A Italia musim lalu.

Lazio saat itu dilabeli sebagai tim bertabur bintang karena diisi pemain macam Marcelo Salas, Hernan Crespo, Alessandro Nesta, Diego Simeone, Pavel Nedved, hingga Juan Sebastian Veron. Jangan lupakan juga, Lazio sendiri dilatih oleh pelatih bertangan dingin bernama Sven-Goran Eriksson.

© sportbible.com
Marcelo Salas, saat masih di Juventus. Copyright: sportbible.comMarcelo Salas, saat masih di Juventus.

Singkat cerita Leeds United pun berhasil meraih kemenangan dan hanya satu kekalahan saja saat jumpa Real Madrid. Itupun Real Madrid saat itu harus tertinggal terlebih dahulu di Santiago Bernabeu, sebelum akhirnya sukses membalikan keadaan berkat kerja keras Luis Figo dan Raul Gonzalez.

Lolos ke babak perempatfinal usai menyingkirkan Lazio, menjadi lanjutan dari dongeng Leeds United. Sayang di babak 8 besar, Leeds United sudah dinantikan oleh Deportivo La Coruna, juara LaLiga Spanyol musim lalu, yang artinya lebih kuat dari Barcelona ataupun Real Madrid.

Bermaterikan pemain bintang seperti Roy Makaay, Djalminha hingga Diego Tristan jelas membuat Leeds United menjadi underdog. Namun kejutan Kembali diciptakan Leeds United di leg pertama yang berlangsung di kandangnya, Elland Road.

Menurunkan Rio Ferdinand yang saat itu masih muda sebagai kapten, ternyata menjadi kartu truf Leeds United untuk mengalahkan Deportivo La Coruna. Penampilan apiknya dengan mencetak 1 gol serta menjaga gawang Leeds United tetap cleansheet, membuat skor akhir menjadi 3-0.

Penampilan luar biasa Rio Ferdinand saat itupun menggemparkan dunia hingga Yorkshire Post, sebuah media di Inggris memberikan rating 10 dari 10. Rio Ferdinand pun menjadi pemain pertama yang mendapatkan penilaian sempurna dari media Inggris itu.

© talkSport
Rio Ferdinand Copyright: talkSportRio Ferdinand saat didatangkan Mancheester United dari Leeds United.

Meski kalah di leg kedua dengan skor 0-2, Leeds United tetap berhak lolos ke semifinal Liga Champions berkat unggul agregat 3-2. Sayang dongeng Leeds United di Liga Champions akhirnya harus dihentikan oleh Valencia di babak semifinal.

Valencia yang diperkuat Santiago Canizares, Gaizka Mendieta, John Carew, Roberto Ayala, hingga Pablo Aimar, terlalu kuat untuk Leeds United, agregat akhir, 3-0. Meski dongeng Leeds United saat itu hanya sampai di semifinal, tapi tetap saja itu sudah menjadi cerita yang hebat.

Menyingkirkan Barcelona, menyulitkan Real Madrid, mengalahkan AC Milan dan Lazio adalah saksi bagaimana kehebatan Leeds United sebelum terdegradasi dari Liga Inggris beberapa tahun kemudian akibat miss management.

Kini Leeds United telah Kembali ke kasta teratas Liga Inggris, dapatkah mereka mengulangi dongeng indah di Liga Champions lagi?