Liga Indonesia

Panpel PSIS Tindak Lanjuti Usulan Suporter Soal Kandang di Yogyakarta

Senin, 27 Juli 2020 20:55 WIB
Penulis: Alvin Syaptia Pratama | Editor: Indra Citra Sena
© Alvin Syaptia Pratama/INDOSPORT
Ketua Panpel PSIS Semarang, Danur Rispriyanto (hitam), saat berkeliling Stadion Moch Soebroto bersama wakil ketua Pujianto. Copyright: © Alvin Syaptia Pratama/INDOSPORT
Ketua Panpel PSIS Semarang, Danur Rispriyanto (hitam), saat berkeliling Stadion Moch Soebroto bersama wakil ketua Pujianto.

INDOSPORT.COM - Panitia Pelaksana (Panpel) pertandingan PSIS Semarang akan menindak lanjuti usulan Panser Biru dan Snex supaya klub bermain di Yogyakarta seperti klub luar Pulau Jawa dalam lanjutan Liga 1 2020.

Usulan dari Panser Biru dan Snex telah mereka sampaikan ke manajemen dalam acara sarasehan di Rumah Makan Super Penyet, Semarang, Sabtu (25/7/20) kemarin.

Menurut kedua kelompok suporter, bermain di Yogyakarta akan lebih aman dari sisi perizinan karena kini Semarang berstatus Pembatasan Kegiatan Masyarakat (PKM) akibat angka penderita virus corona yang masih cukup tinggi.

Selain itu, Panser Biru dan Snex tidak ingin ada oknum suporter yang tetap menerobos ke stadion. Pasalnya jika bermain di Stadion Citarum cukup berisiko tinggi apabila ada oknum suporter tetap nekat.

Danur Rispriyanto selaku ketua Panpel PSIS mengaku akan membahas usulan Panser Biru dan Snex ini dalam kegiatan manager meeting dengan PT Liga Indonesia Baru (LIB).

“Teman-teman suporter usul supaya PSIS Semarang bermain di Yogyakarta. Semua itu akan kami komunikasikan dengan PT LIB dalam manager meeting selanjutnya,” tutur Danur, Senin (27/7/20).

“Kalau kami inginnya tetap di Semarang karena kalau di Yogyakarta dan panpelnya kami sendiri itu costnya cukup tinggi. Kemarin usulan dari suporter bermain di Jogja, tapi panpelnya dari PSSI atau PT LIB,” ungkapnya.

Aturan PKM di Kota Semarang memang membuat panpel PSIS Semarang harus sedikit memutar otak agar mendapat izin dari Pemkot dan satuan pemerintah lainnya seperti kepolisian.

Pasalnya, di Semarang hanya diizinkan ada kegiatan yang dihadiri 50 orang. Padahal pada sebuah pertandingan Liga 1 tanpa penonton sudah dihadiri sekitar 200 orang, termasuk panpel, anak gawang, medis, dan komponen lainnya.