In-depth

Belajar dari 'Transfer Senyap' ala Liverpool

Sabtu, 26 September 2020 15:35 WIB
Editor: Prio Hari Kristanto
© Laurence Griffiths/Getty Images
Sadio Mane dan Virgil van Dijk melakukan selebrasi pada laga Liga Inggris di Anfield Copyright: © Laurence Griffiths/Getty Images
Sadio Mane dan Virgil van Dijk melakukan selebrasi pada laga Liga Inggris di Anfield
Tanpa Banyak Omong

Secara umum, Liverpool bukanlah tim yang dikenal suka belanja jor-joran. Filosofi itu pun rupanya sesuai dengan apa yang dipegang oleh Jurgen Klopp.

The Reds yang sekarang dibangun dengan proses atas bimbingan Jurgen Klopp dan pemilik yang mencintai klubnya. Klub-klub Liga Inggris pun mesti belajar dari Liverpool.

Mereka bukan tim yang terlalu banyak omong dan diliputi gosip di bursa transfer. Namun, selalu saja mereka bisa mendatangkan pemain yang mereka mau.

Thiago Alcantara misalnya, meski media sempat gencar memberitakan, fans The Reds sendiri tak yakin klubnya tersebut mau untuk mendatangkannya.

Sebab, baik pelatih maupun klub mengunci rapat-rapat mulutnya terkait rumor ini. Namun, kejutan pun terjadi, Thiago Alcantara ternyata 100 persen menjadi milik Liverpool dengan banderol hanya 20 juta euro.

Tak berhenti di situ, The Reds juga membuat manuver mengejutkan dengan mendatangkan Diogo Jota. Tak banyak yang menyangka The Reds mendatangkan Jota.

Jika itu Chelsea atau Man United, maka isunya sudah tersebar sejak berbulan-bulan sebelumnya. Di samping gaya transfer Liverpool yang "senyap", mereka juga terkenal efisien dalam merekrut pemain, setidaknya hal itu terlihat kental saat di bawah asuhan Jurgen Klopp.

Tak banyak yang tahu jika Diogo Jota telah lama menjadi pertimbangan dari Jurgen Klopp. Untuk diketahui, asisten Klopp, Pep Linders, merupakan asisten pelatih Porto sejak 2006-2014. Linders sudah tahu kualitas Diogo Jota saat pemain Portugal itu membela Porto di usia belia.

Beli Pemain yang Dibutuhkan

Kebangkitan Liverpool dimulai sejak Jurgen Klopp mengambil alih pada 2015. Sadio Mane, Roberto Firmino, dan Sadio Mane, satu persatu disatukan dan menjadi trio lini serang paling ganas di Eropa saat ini.

Dalam menyusun tim, Jurgen Klopp hanya mendatangkan pemain yang dibutuhkan. Ketika ada yang kurang pada lini serang, maka ia segera menambalnya.

Saat lini serang sudah sempurna namun pertahanan mudah ditembus, Liverpool pun bergerak dengan mencari bek. Maka datanglah Virgil Van Dijk dengan nilai tebusan 75 juta pounds.

Keputusan ini mendapat cibiran karena Van Dijk dianggap tak layak dihargai semahal itu. Namun, anggapan itu dipatahkan Van Dijk dengan membantu Liverpool mengangkat trofi Liga Champions dan Liga Inggris. Van Dijk juga masuk tiga besar nominasi Ballon d'Or.

Hal inilah yang membedakan Liverpool dengan Man United. Sama-sama memiliki banyak uang, Setan Merah mendatangkan pemain yang tidak tepat.

Meski telah mengeluarkan 80 juta euro untuk Harry Maguire, nyatanya tim mereka tetap tak bisa bersaing dan Maguire sendiri mencatatkan statistik mengecewakan.

Liverpool juga mengoreksi kesalahannya pada pos penjaga gawang. Setelah blunder memalukan Loris Karius, Liverpool langsung menambalnya dengan kiper terbaik Brasil, Alisson Becker.

Kedatangan dua pemain yang paling dibutuhkan Liverpool itu pun memang benar-benar berimplikasi pada prestasi klub. Terbukti, performa tim jauh membaik semenjak kedatangan Becker dan Van Dijk. Kini Liverpool masuk dalam jajaran tim terbaik dunia.

Tak perlu banyak omong dan belanja jor-joran di bursa transfer, cukup dengan menambal skuat dengan pemain-pemain yang paling mereka butuhkan, Liverpool mampu menjaga level permainan sambil tetap mengirit pengeluaran seperti kebiasaan mereka selama ini di Liga Inggris.