In-depth

Sejarah Laga Perpisahan Pele Si Mutiara Hitam, Muhammad Ali Jadi Saksi

Kamis, 1 Oktober 2020 12:25 WIB
Editor: Indra Citra Sena
© World Soccer Magazine
Edson Arantes do Nascimento alias Pele dalam laga perpisahannya di New York, Amerika Serikat, 1 Oktober 1977. Copyright: © World Soccer Magazine
Edson Arantes do Nascimento alias Pele dalam laga perpisahannya di New York, Amerika Serikat, 1 Oktober 1977.

INDOSPORT.COM - Edson Arantes do Nascimento. Belakangan seluruh dunia mengenalnya dengan nama yang lebih simpel, Pele. Dia tersohor sebagai pesepak bola terhebat Brasil sepanjang sejarah berkat prestasi tiada tanding menjuarai Piala Dunia sebanyak tiga kali (1958, 1962, 1970).

Pele merupakan keindahan sepak bola itu sendiri. Dia disebut-sebut sebagai pemain komplet yang jago mencetak gol menggunakan kaki dan kepalanya serta memiliki keahlian luar biasa dalam melakukan dribel melewati dua sampai tiga pemain lawan di masa jayanya.

Berdasarkan data Federasi Statistik dan Sejarah Sepak bola Internasional (IFFHS), total Pele menyarangkan 1.281 goals dalam 1.363 pertandingan di semua ajang, termasuk uji coba tak resmi dan tur-tur klubnya.

Hampir sepanjang karier Pele memperkuat Santos, yakni sekitar 18 tahun (1956-1974). Dia menyumbangkan 25 gelar bergengsi, yakni Campeonato Brasileiro Série A (6), Copa Libertadores (2), Piala Interkontinental (2), Intercontinental Supercup (1), Campeonato Paulista (10), dan Torneio Rio-Sao Paulo (4).

Setelah Santos, Pele sempat dua tahun memperkuat New York Cosmos (1975-1977) hingga memutuskan gantung sepatu di sana. Momentum perpisahan sang legenda terjadi pada laga eksibisi melawan mantan klubnya, Santos, di Stadion Giants, New Jersey, 1 Oktober 1977.

Perpisahan Pele menarik atensi 76.891 penonton menurut laporan Associated Press. Pesohor olahraga turut hadir menyaksikan aksi pamungkas legenda berjulukan The Black Pearl alias Si Mutiara Hitam ini, antara lain Muhammad Ali (petinju) dan Bobby Moore (kapten Inggris perengkuh titel juara Piala Dunia 1966).

Beberapa saat sebelum bertanding, Pele dipersilakan menyampaikan kata-kata perpisahan kepada fansnya. Dia sempat berurai air mata saat mengucapkan terima kasih kepada setiap orang yang mengikuti sepak terjangnya sejak 1956.

Turut bermain satu tim dengan Pele adalah kapten Jerman yang menjuarai Piala Dunia 1974, Franz Beckenbauer, dan bintang asal Italia, Giorgio Chinaglia. Duel berlangsung menarik meski sebatas eksibisi.

Santos membuka keunggulan pada menit ke-13 melalui aksi Reynaldo. Cosmos baru bisa membalas tiga menit menjelang turun minum lewat torehan terakhir Pele yang sekaligus melengkapi jumlah fantastis 1.281 gol sepanjang karier.

Memasuki babak kedua, Pele berganti haluan memperkuat Santos usai 45 menit berseragam Cosmos. Kondisi ini membuat serangan mereka semakin tajam, tapi terbentur nasib sial lantaran justru Cosmos yang sukses menceploskan gol kemenangan via Raymon Mifflin (49').

"Pele memang sudah berada di ujung karier, tapi saya masih bisa melihat kilatan sihir setiap kali ia beraksi di atas lapangan. Saya pernah menyaksikan sendiri ia melakukan sesuatu yang tidak mungkin dilakukan oleh pemain lain," kata rekan setimnya di Cosmos kala itu, Bobby Smith, seperti dilansir ESPN FC.

Usai pertandingan, New York Cosmos dan Santos kompak memberikan bunga mawar putih kepada Pele dan tak lupa mengarak sang legenda keliling stadion sebanyak satu putaran sambil meneriakkan kata "Love, love, love" berulang kali.

"Hadirin sekalian. Saya mengucapkan terima kasih banyak atas kehadiran Anda di momen paling mengharukan dalam karier sepak bola saya. Terima kasih telah mencintai dan menyaksikan aksi-aksi saya selama ini. Muito Obrigado," tutur Pele kala itu.

Begitulah akhir dari kisah legendaris Pele, pesepak bola terhebat Brasil sepanjang masa yang juga sering disebut berbagi predikat pemain terbaik dunia sepanjang masa bersama legenda Argentina, Diego Maradona.