Liga Inggris

Mark Viduka, Striker Legendaris Leeds yang Pemalas Nan Tajam

Minggu, 11 Oktober 2020 14:55 WIB
Editor: Yosef Bayu Anangga
© Martin Rickett - PA Images/PA Images via Getty Images
Legenda Leeds United, Mark Viduka, merayakan ulang tahunnya ke-45, Jumat (09/10/20), ketika mantan timnya berhasil kembali ke Liga Inggris setelah 16 tahun. Copyright: © Martin Rickett - PA Images/PA Images via Getty Images
Legenda Leeds United, Mark Viduka, merayakan ulang tahunnya ke-45, Jumat (09/10/20), ketika mantan timnya berhasil kembali ke Liga Inggris setelah 16 tahun.

INDOSPORT.COM – Legenda Leeds United, Mark Viduka, merayakan ulang tahunnya ke-45, Jumat (09/10/20), ketika mantan timnya berhasil kembali ke Liga Inggris setelah 16 tahun.

Penantian panjang Leeds United kembali ke Liga Inggris selama 16 tahun akhirnya berakhir. Akhir musim 2019/2020 lalu, The Peacocks meraih tiket promosi usai finis sebagai pemuncak klasemen Divisi Championship.

Tim asuhan Marcelo Bielsa itu tampil dominan dengan raihan 93 poin, hasil dari 28 kemenangan – 9 imbang – 9 kalah. Mereka unggul 10 poin dari West Brom yang menjadi runner up.

Di Liga Inggris 2020/2021, Leeds United pun tampil menggebrak. Mereka kini bertengger di peringkat 8 dengan 7 poin dari 4 laga. The Whites bahkan berhasil menyulitkan Liverpool sebelum kalah 3-4 dan menahan imbang Manchester City 1-1.

Meski kini berstatus tim promosi, Leeds United sejatinya merupakan tim berpengalaman di Liga Inggris. Pada era 2000-an awal, The Whites merupakan salah satu tim papan atas. Mereka bahkan sempat menembus semifinal Liga Champions pada musim 2000/2001.

Ketika itu, Leeds yang diasuh David O’Leary diperkuat sejumlah bintang termasuk Ian Harte, Robbie Keane, Alan Smith. Sebagai ujung tombak, mereka memiliki penyerang andalan asal Australia, Mark Viduka.

Mark Viduka diboyong ke Elland Road di awal musim 2000/2001 dari Glasgow Celtic dengan nilai 6 juta pounds. Di musim perdananya, berkat dukungan Harry Kewell dan Alan Smith, Viduka langsung menjadi top skor klub dengan 22 gol di semua kompetisi, dan meloloskan timnya ke semifinal Liga Champions.

Musim-musim berikutnya, Viduka bahkan selalu konsisten mencetak minimal 12 gol di semua kompetisi dalam satu musim. Secara total, ia mencetak 72 gol untuk Leeds selama 4 tahun berseragam putih-putih.

Meski demikian, ia gagal mempersembahkan satu gelar pun untuk Leeds United, sebelum dijual ke Middlesbrough pada musim panas 2004 akibat krisis finansial yang menimpa The Peacock.

Viduka pun kemudian bermain tiga musim untuk The Boro, sebelum membela Newcastle United selama dua musim dan kemudian gantung sepatu. Sepanjang kariernya, ia tercatat mencetak 258 gol di level klub dan 11 gol di level internasional bersama timnas Australia.

Menariknya, meski dikenal sebagai penyerang tajam khususnya ketika membela Leeds United, Mark Viduka sejatinya bukanlah pemain yang rajin.

Dilansir Planet Football, ketika ditanya kegiatan favoritnya selain bermain sepak bola, Viduka menjawab dengan singkat, “tidur”.

Ia bahkan sempat enggan bermain di Inggris karena menilai permainan di sana terlalu cepat.

“Saya rasa saya akan cocok bermain di sebagian besar Eropa. Tapi saya tidak terlalu tertarik ke Inggris. Saya rasa permainan di sana terlalu cepat untuk saya, dan saya jenis pemain yang malas. Saya tidak suka berlari sebanyak itu.”

Meski demikian, seperti diketahui justru di Inggris-lah Viduka kemudian mencapai puncak permainannya. Ketajamannya bersama Leeds bahkan membuat dirinya diincar AC Milan dan Manchester United meski kepindahan ke dua klub itu tak terwujud.

Mark Viduka sendiri, yang berulang tahun ke-45 pada Jumat (09/10/20) lalu, kini tak lagi berkecimpung di dunia sepak bola. Ia kini tinggal di Kroasia, yang merupakan negara asal kedua orang tuanya.

Di sana, ia membangun usaha dengan membuka kedai kopi. Dilansir ESPN, peraih Australian Sports Medal ini memiliki cafe yang terletak di atas bukit Sestine yang bernama Non Plus Ultra.

"Sangat menyenangkan melakukan sesuatu yang berbeda," ucap Viduka. "Jika Anda membuat kopi yang buruk, Anda membuangnya ke tempat sampah. Tapi aku mencoba membuat kopi yang terbaik yang aku bisa. Kupikir aku sudah cukup pandai dalam hal itu." ujarnya.