In-depth

El Hadji Diouf-Steven Gerrard, Musuh dalam Selimut di Liverpool

Selasa, 13 Oktober 2020 19:54 WIB
Editor: Nugrahenny Putri Untari
 Copyright:
Mengapa El Hadji Diouf dan Steven Gerrard Tidak Cocok?

Setelah hengkang dari Liverpool, El Hadji Diouf seolah masih menyimpan dendam pada Steven Gerrard. Kalimat-kalimat tajam pun terus keluar dari mulutnya, mengkritik pedas apa pun soal Stevie G.

Ia memang pernah mengaku tidak punya masalah dengan Gerrard, hanya saja ia pernah menyebut eks pemain Timnas Inggris tersebut tidak banyak berkontribusi untuk negaranya.

Seperti diketahui, skuat The Three Lions era Gerrard dan Frank Lampard memang tidak bisa berbuat banyak di ajang internasional meski dihuni segudang pemain bintang. Mereka pun kerap tersingkir dari kompetisi-kompetisi besar.

“Dia punya karakter kuat, saya juga begitu. Dia adalah pemain hebat dan orang-orang di Liverpool sangat menyukainya, tapi dia tidak pernah melakukan apa-apa untuk negaranya,” ucap Diouf suatu hari.

“Saya El Hadji Diouf, saya Mr Senegal dan dia Mr Liverpool. Senegal lebih besar dari Liverpool dan dia harus tahu itu,” lanjutnya.

Stevie G sendiri sempat mengkritik keputusan pelatih yang mendatangkan Diouf ke Liverpool pada tahun 2002, Gerard Houllier. Secara pribadi ia tidak menyetujui sang juru taktik mendatangkan bintang asal Senegal tersebut.

“Diouf datang dengan potensi besar tapi dia berakhir sebagai sebuah penyesalan. Ketika Gerard mulai memainkannya di sisi kanan, saya tahu dia adalah pembelian yang salah,” ucap Stevie G dalam autobiografinya.

Menurutnya, Diouf adalah salah satu pemain gagal yang didatangkan Houllier ke Liverpool, apalagi ketika sang pelatih tidak mengenal betul karakternya dan hanya melihat berdasarkan penampilan di Piala Dunia 2002.

“Bagi saya, Diouf tidak benar-benar tertarik pada sepak bola dan dia tidak mempedulikan Liverpool,” kata Gerrard dalam bukunya, Steven Gerrard My Story.

Beberapa orang bahkan sempat bertanya pada Gerrard tentang perbandingan Diouf dengan Mario Balotelli dan sang kapten fantastis pun langsung menjawab ia memiliki rasa hormat pada Balotelli tapi tidak pada Diouf.

“Satu-satunya aspek positif dari pembelian payah Diouf adalah, dia sangat berusaha keras di lapangan dan tidak pernah bersembunyi. Akan tetapi, saya kemudian sadar dia bukan pemain pada umumnya, sepertinya sepak bolalah yang ‘nyasar’ ke kehidupannya,” kata Gerrard lagi.

Jika saja waktu dapat diputar kembali, mungkin Steven Gerrard akan memilih tidak mengenal El Hadji Diouf sebagai rekan setimnya di Liverpool. Selain ketidakcocokan dari segi teknis, mereka ternyata malah jadi musuh dalam selimut.