In-depth

Pasang Surut 1 Dekade FSG Selamatkan Liverpool dari Hicks dan Gillett

Jumat, 16 Oktober 2020 21:10 WIB
Editor: Nugrahenny Putri Untari
© Andrew Powell/Liverpool FC via Getty Images
Bagaimana Liverpool setelah jadi milik Fenway Sports Group? Copyright: © Andrew Powell/Liverpool FC via Getty Images
Bagaimana Liverpool setelah jadi milik Fenway Sports Group?
Bagaimana Liverpool di Tangan Fenway Sports Group?

Kedatangan John W Henry dan FSG sempat menjadi perbincangan dan bahkan perdebatan di kalangan penikmat sepak bola Inggris. Mampukah perusahaan yang berbasis di Amerika ini membawa perubahan berarti bagi Liverpool?

Seperti diketahui, Inggris terkenal tradisional dan elegan jika sudah menyangkut olahraga si kulit bundar. Pada waktu itu, mungkin tidak pernah terlintas di benak mereka bahwa perusahaan yang menaungi klub baseball juga bisa terjun ke sepak bola.

Di sisi lain, Inggris dan Amerika memiliki perbedaan yang cukup signifikan, entah itu soal budaya maupun karakteristik orang-orangnya. Akan tetapi, bergabungnya FSG membawa sensasi baru yang tidak buruk-buruk amat.

Setelah diakuisisi FSG, Liverpool pun berkesempatan menggelar pertandingan pramusim di stadion baseball yakni Fenway Park yang berlokasi di Boston, Massachusetts.

Namun itu hanya sisi lain semata, karena ada hal yang jauh lebih penting dari sekadar ‘bermain sepak bola di lapangan baseball’ yakni keberhasilan Fenway Sports Group memperbaiki Liverpool dalam kurun waktu satu dekade setelah melakukan take over.

Kedatangan Jurgen Klopp pada tahun 2015 menandai separuh jalan John W Henry dan kolega menyelamatkan The Reds dari tangan Hicks dan Gillett. Namun upaya mereka tidak semudah membalikkan telapak tangan.

Meski sempat finis di posisi kedelapan Liga Inggris, motivasi Liverpool untuk berjaya lagi berhasil diangkat oleh Klopp, yang mengubah ‘doubter’ menjadi ‘believer’. Langkah FSG untuk yang satu ini pun akhirnya membuahkan hasil.

The Reds mulai meraih trofi bersama eks pelatih Borussia Dortmund tersebut dan menjadi kampiun Liga Inggris setelah puasa gelar tersebut selama 30 tahun.

Selain mendatangkan Jurgen Klopp dan bahkan sempat membawa kembali King Kenny Dalglish ke Anfield, FSG juga membawa angin segar perihal finansial. Pada akhir musim 2017-2018, klub melaporkan profit 106 juta pounds sudah termasuk pajak.

Lalu, para penggemar juga bisa tersenyum bahagia jika melihat perubahan yang terjadi pada stadion kebanggan Liverpool. Alih-alih membangun markas baru di Stanley Park, pemilik lebih memilih merenovasi dan mempercantik Anfield.

Namun di balik hal-hal tersebut di atas, bukan berarti sepak terjang FSG bersama Liverpool mulus-mulus saja. Mereka sempat bermasalah dengan penanganan public relations yang cukup fatal.

Belum lama ini ketika pandemi Covid-19 menyerang dunia, Liverpool sempat mengumumkan akan merumahkan para staf nonpemain dan hanya membayar 80 persen gaji mereka. Hal ini sempat menuai protes besar-besaran hingga akhirnya pihak klub pun meminta maaf secara terbuka.

Setelah satu dekade bersama Fenway Sports Group, layak dinanti bagaimana nasib Liverpool selanjutnya. Apakah kebersamaan mereka masih akan berlangsung lama atau klub akan berganti kepemilikan lagi?