In-depth

Aston Villa: Kuda Hitam di Pekan-pekan Awal Liga Inggris 2020/21

Senin, 19 Oktober 2020 12:31 WIB
Editor: Zulfikar Pamungkas Indrawijaya
© twitter.com/AVFCOfficial
Menelisik lebih dalam cara Aston Villa menjadi kuda hitam di pekan-pekan awal Liga Inggris 2020/21. Copyright: © twitter.com/AVFCOfficial
Menelisik lebih dalam cara Aston Villa menjadi kuda hitam di pekan-pekan awal Liga Inggris 2020/21.

INDOSPORT.COM – Liga Inggris musim 2020/21 memang baru berjalan selama lima laga saja. Namun di lima laga awal ini, tim-tim besar nampak goyah sedangkan tim-tim semenjana di musim lalu mulai bangkit. Salah satunya adalah Aston Villa.

Pada pekan keempat, Aston Villa membuat kejutan dengan membantai juara bertahan, Liverpool dengan skor 7-2. Skor ini dirasa cukup diluar dugaan apalagi melihat kualitas materi kedua tim.

Liverpool yang memang tampil tanpa Sadio Mane dan Alisson Becker dibuat tak berdaya dengan serangan dan solidnya pertahanan Aston Villa.

Siapa sangka tim yang di musim lalu berjuang untuk bertahan di Liga Inggris hingga pekan terakhir mampu menggelontorkan tujuh gol ke gawang Liverpool yang dikenal akan solidnya pertahanannya.

Bahkan di pekan kelima ini, Aston Villa yang baru menjalani empat laga mampu meraih hasil maksimal dan mengumpulkan 12 poin. Hasil ini membuat The Villans berada di posisi kedua sementara di belakang Everton yang telah menjalani lima laga.

Secara kasat mata, mungkin apa yang ditampilkan hingga pekan kelima, Aston Villa bisa saja hanya memanfaatkan momentum di mana tim-tim papan atas tengah terpuruk.

Namun jika ditelisik lebih jauh, Aston Villa malah wajar mendapat hasil maksimal di pekan-pekan awal Liga Inggris 202/21. Hal ini tak lepas dari persiapan The Villans selama jeda kompetisi.

Usai promosi pada musim 2019/20 silam, Aston Villa mulai berbenah mendatangkan pemain dengan dana besar. Namun pemain yang didatangkan jauh dari harapan dan bisa dikatakan tak dibutuhkan sama sekali oleh The Villans.

Sebagai contoh, pada awal musim 2019/20, Aston Villa mendatangkan Wesley sebagai pembelian termahal sepanjang sejarah klub saat itu. Namun, pemain asal Brasil ini malah tak mampu nyetel dengan permainan Liga Inggris.

Di musim perdananya di Inggris, ia hanya tampil 21 kali di liga dan mencetak lima gol saja. Berbeda jauh dengan apa yang ditampilkannya saat bersama Club Brugge di musim 2018/19 d mana ia mencetak 10 gol dan sembilan assist dalam 28 pertandingan.

Kesalahan transfer ini dan cedera yang didapat Wesley membuat Aston Villa kesulitan membobol gawang lawan. Alhasil di musim 2020/21 ini, The Villans kembali mencetak rekor pembelian termahal saat mendatangkan Ollie Watkins dari Brentford.

Siapa sangka meski berasal dari Divisi Championship (kasta kedua), pemain berusia 24 tahun ini mampu menggelontorkan tiga gol dari empat laga awal Liga Inggris (yang semuanya ia cetak di laga melawan Liverpool).

Permainan apik Aston Villa di awal musim 2020/21 ini juga tak lepas dari kedatangan Ross Barkley. Pemain milik Chelsea ini didatangkan dengan status pinjaman dan bermain sebagai pemain bernomor 8 bagi The Villans.

Dalam formasi 4-2-3-1, gelandang berpaspor Inggris ini memberi keleluasaan untuk Jack Grealish membangun serangan tanpa perlu turun ke lini kedua untuk bertahan. Adanya Barkley dan John McGinn memudahkan tugasnya untuk fokus pada serangan semata.

Barkley pun sebagai pemain yang telah malang melintang di Inggris juga mampu memberi ancaman lewat gol-golnya dari lini kedua. Hal ini terbukti dari gol yang ia cetak lawan Liverpool dan gol semata wayangnya kala Aston Villa melawan Leicester City (19/10/20).

Sorotan penting lain di balik kehebatan Aston Villa di pekan-pekan awal Liga Inggris tak lepas dari hadirnya Emiliano Martinez. Kiper asal Argentina ini melengkapi keseimbangan The Villans dari lini depan ke lini belakang.

Sejak ia datang ke Villa Park, Aston Villa  telah mencetak tiga clean sheets di mana Martinez hanya kebobolan dua gol saja. Performa kiper satu ini merupakan sesuatu yang hilang dari The Villans di musim 2019/20 silam.

Pada musim 2019/20, Aston Villa mengandalkan Tom Heaton dan kiper gaek, Pepe Reina di paruh kedua. Keduanya tak cukup tampil apik untuk mengorganisir pertahanan maupun memberi rasa aman untuk para bek The Villans.

Sedangkan Emiliano Martinez dikenal akan reflek cepat dan kejeliannya dalam mementahkan setiap peluang lawan seperti yang telah ia tunjukkan sejak menggantikan Bernd Leno di Arsenal.

Datangnya para pemain anyar yang cepat beradaptasi dan dikenal berpengalaman secara tidak langsung memberi Aston Villa keuntungan di pekan-pekan awal Liga Inggris ini.

Tak heran jika Aston Villa menjadi satu-satunya tim Inggris yang mampu membuat perbedaan gol hingga dua digit (mencetak 12 gol dan hanya kebobolan dua gol) yang menjadi bukti bahwa pembelian The Villans dari lini depan dan lini belakang membuahkan hasil.

Mungkin terlalu dini menyebut Aston Villa adalah kuda hitam Liga Inggris musim 2020/21. Namun jika tren ini terus dilanjutkan, tak usah heran jika The Vilans bersama Everton bisa mengulang sejarah Leicester City di musim 2015/16.