In-depth

Benci Hasil 0-0, Mauricio Pochettino Bisa Bawa Manchester United Kembali Menakutkan

Sabtu, 7 November 2020 19:03 WIB
Editor: Isman Fadil
© Getty Images
Mauricio Pochettino dianggap bisa membawa kembali kejayaaan Manchester United Copyright: © Getty Images
Mauricio Pochettino dianggap bisa membawa kembali kejayaaan Manchester United

INDOSPORT.COM - Mauricio Pochettino dikenal sebagai pelatih sepak bola yang menyukai kekuatan menyerang total, menekan, dan membuat lawan kelelahan dalam hal penguasaan bola. Apakah dia cocok untuk Manchester United?

Pelatih asal Argentina itu pernah mendapatkan pujian dari dua manajer ternama, Pep Guardiola dan Sir Alex Ferguson karena filosofi bermainnya saat masih mengarsiteki Tottenham Hotspur dan Southampton.

"Tottenham adalah tim yang brilian dan kompetitif. Mereka dipimpin oleh manajer top. Tim kami Kewalahan luar biasa, saya sudah mengatakan ini berkali-kali," kata Guardiola tentang Pochettino saat itu.

"Southampton adalah tim terbaik yang bermain di Old Trafford musim ini," kata Sir Alex Ferguson kala Mauricio Pochettino masih membesut The Saints.

Filosofi Pochettino bukanlah hal baru dalam dunia sepak bola modern. Dia membangun gaya bermain klub berdasarkan prinsip-prinsip dasar.

Ia menyukai pemainnya mengontrol bola, bersabar sepanjang pertandingan, mengatur ritme permainan dan selalu menjaga intensitas tinggi dalam fase serangan. 

Terkadang, tim asuhan Pochettino juga berisiko, tetapi bisa mengurangi kelalaian. Hal ini disampaikan oleh mantan asisten Pochettino saat masih di Tottenham Hotspur, Jesu Perez.

"Kami tidak pernah memberikan saran kepada bek untuk berhati-hati dengan memainkan bola, atau untuk memaksanya melakukan ini atau itu," kata Jesu Perez kepada Football London.

"Sebaliknya, kami ingin mereka mencoba membaca situasi dengan lebih baik. Dan terkadang seorang pemain harus membuat keputusan yang berisiko, karena jika tidak skornya mungkin selalu 0-0," imbuhnya.

Pochettino juga selalu menginginkan pemain menyerang untuk bermain secara dinamis dan kreatif. Mereka diminta bertukar posisi secara terus menerus dan fleksibel, untuk membuka ruang bagi rekan sekitarnya. 

Lebih penting lagi, pria yang pernah menukangi Espanyol itu selalu mendorong anak asuhnya untuk menyelesaikan banyak hal.

Manchester Evening News mencatat, Tottenham Hotspur era Mauricio Pochettino memiliki rata-rata 17 tembakan per pertandingan Liga Inggris dalam periode 2016-2018. Mereka juga hanya menghadapi ancaman rata-rata 9,4 tembakan per laga.

Dari 2016-2018, Tottenham dan Manchester City menjadi dua tim dengan jumlah tembakan terbanyak dengan 1.298 kali. Manchester United hanya berada di urutan keenam dengan 1.107 peluang tembakan.

Biasanya, ketika sebuah tim sering melancarkan serangan secara terus menerus, peluang akan terbuka dan potensi gol juga muncul lebih banyak. Tak hanya Tottenham, Liverpool menjadi salah satu tim besar yang menerapkan formula ini.

Pada musim 2019/2020, Liverpool memiliki rata-rata 15,4 tembakan per pertandingan di Liga Inggris. Mereka juga hanya membiarkan lawan melakukan rata-rata 8,9 peluang tepat sasaran per pertandingan.

Tottenham asuhan Pochettino juga selalu unggul dalam penguasaan bola dengan rata-rata 60% per pertandingan. Ini menjadi bukti bahwa pria yang pernah berseragam Paris Saint-Germain (PSG) semasa aktif bermain selalu gemar menekan lawannya dengan intensitas yang kuat.

Pochettino dikatakan juga sangat pandai dalam memoles bakat pemain muda. Dia membantu Adam Lallana, Luke Shaw dan Callum Chambers meningkat pesat saat masih di Southampton.

Datang ke Tottenham, Pochettino juga menaikkan level permainan Harry Kane, Dele Alli, Eric Dier dan Harry Winks. Saat ini, Kane adalah salah satu gelandang terbaik di dunia dan bernilai lebih dari 100 juta poundsterling.

Pochettino juga tidak terlalu menuntut para pemainnya untuk berhati-hati melakukan kesalahan. Dia percaya bahwa jika mereka berperilaku baik, memiliki tekad untuk berkembang, dan berusaha lebih keras, segalanya akan membaik.

"Pochettino tidak mengajari para pemain. Dia menyarankan cara-cara untuk bisa berkembang. Jika mereka menerima, semuanya akan ditingkatkan," kata Jesus Perez.

Pochettino bukanlah pelatih yang buruk. Diasumsikan bahwa dia buruk karena belum memenangkan gelar apa pun selama waktunya bersama Southampton dan Tottenham Hotspur.

Meski demikian, bukan berarti Pochettino gagal di Inggris. Pada musim 2016/17, Tottenham menjadi runner-up di Liga Inggris dengan torehan 86 poin.

Tottenham juga mencapai final Liga Champions , meski mereka tidak menghabiskan terlalu banyak uang untuk membeli pemain. Dulu, media Inggris banyak memuji Pochettino atas keterampilan strategi dan kemampuannya memaksimalkan kekuatan pemain dari sumber daya yang terbatas.

Bisakah Mauricio Pochettino Bawa Manchester United Bangkit?

Melansir dari laporan Manchester Evening News, menyebutkan manajemen Manchester United sudah menghubungi perwakilan Mauricio Pochettino, yang dikabarkan sangat tertarik untuk menukangi Setan Merah. 

Secara teori, Pochettino sangat cocok untuk Manchester United. Namun, mantan striker Manchester United dan Tottenham Hotspur, Dimitar Berbatov mengirimkan pesan peringatan kepada pria kelahiran Murhy, Argentina tersebut.

"Ketika ada pelatih baru, kami mendapatkan semacam motivasi. Tapi secara keseluruhan, sikap para pemain bisa tetap sama. Segalanya hanya akan lebih baik jika pemain mau mengubah sikap mereka," kata pria yang kini berkecimpung di dunia bisnis tersebut.

Pekerjaan rumah pertama Pochettino andaikan benar-benar menjadi pelatih Manchester United adalah membuat para pemain meminimalisir membuat kesalahan fatal. Contoh seperti yang dilakukan Paul Pogba saat melawan Arsenal yang membuat timnya takluk 0-1.

Pochettino mungkin pelatih yang bagus, tapi dia tidak bisa langsung memperbaiki kesalahan yang dibuat para pemain. Seperti yang dikatakan Berbatov, para pemain Manchester United-lah yang harus mengubah sikap dan menjadi lebih serius.

Manchester United tidak pernah kekurangan pemain bagus. Namun, mereka masih berjuang mengembalikan kejayaan setelah masa Sir Alex Ferguson. Sejumlah media Inggris percaya bahwa masalah inti dari Setan Merah terletak pada kurangnya identitas dan stabilitas.

Ole Gunnar Solskjaer belum melakukan ini, yang menyebabkan kursi pelatih Manchester United mulai digoyang.  Jika Manchester United kembali kalah melawan Everton pada, Sabtu (07/11/20) malam WIB, bisa saja juru taktik asal Norwegia kehilangan pekerjaannya, dan tongkat estafet dihadiahkan kepada Pochettino.

Akankah Manchester United menjadi lebih baik di bawah kepemimpinan Mauricio Pochettino? Hanya waktu yang akan menjawabnya. Tapi setidaknya, lewat filosofi menyerang yang dibangun saat membesut Tottenham Hotspur, Setan Merah bisa menunjukkan wajah yang jauh berbeda.