In-depth

Ketika Kemenangan Joe Biden Jadi Malapetaka bagi Liverpool

Senin, 9 November 2020 05:25 WIB
Editor: Prio Hari Kristanto
© PAUL ELLIS/AFP/Getty Images
Siapa sangka, kemenangan Joe Biden atas Donald Trump dalam pemilu AS ternyata bisa  memengaruhi nasib bisnis klub Liga Inggris, Liverpool. Copyright: © PAUL ELLIS/AFP/Getty Images
Siapa sangka, kemenangan Joe Biden atas Donald Trump dalam pemilu AS ternyata bisa memengaruhi nasib bisnis klub Liga Inggris, Liverpool.

INDOSPORT.COM - Siapa sangka, kemenangan Joe Biden atas Donald Trump dalam pemilu AS ternyata bisa  memengaruhi nasib bisnis klub Liga Inggris, Liverpool.

Politikus partai Demokrat, Joe Biden, akhirnya keluar sebagai presiden baru Amerika Serikat setelah memenangi pemilu melawan rivalnya, Donald Trump, dengan mengantongi 290 suara elektoral. 

Jumlah 290 suara ini sudah cukup bagi Biden untuk memenuhi syarat 270 suara elektoral di 50 negara bagian AS. Kabar ini pun jadi perbincangan dunia. 

Dan yang mengejutkan, kemenangan dari mantan wakil presiden Barrack Obama tersebut ternyata berpotensi berdampak besar terhadap klub sepak bola Inggris, Liverpool

Kekalahan Donald Trump dikabarkan merubah rencana finansial The Reds. Fenway Sport Group (FSG) sebagai pemilik Liverpool saat ini tengah mengamati perkembangan pemilihan presiden AS. 

Sebab, mereka tengah berencana menjalin kerjasama dengan RedBall Acquisitions. Seperti dilaporkan sebelumnya, rencana kerjasama antara FSG pimpinan John Henry & Gerry Cardinale dengan RedBall pimpinan Billy Beane yang bernilai 6 miliar pounds bisa berubah jika Joe Biden jadi presiden. 

Biden dalam kampanyenya berencana menaikkan pajak capital gain dari 23,8 persen menjadi 43,4 persen. Jelas hal itu bakal membuat Henry dan Cardinale pikir-pikir untuk melakukan kerjasama lebih cepat dengan RedBall yang berpusat di Amerika Serikat.

Butuh Dana Segar

FSG sebetulnya sangat berharap untuk bisa bekerjasama dengan RedBall meski harus mengorbankan 25 persen saham klub. Sebab, nilai kerjasama ini mencapai 6 miliar pounds. 

Ada sejumlah alasan mengapa FSG memutuskan untuk menjalin kerja sama dengan perusahaan Amerika Serikat tersebut. Salah satu yang paling utama tentu saja adalah dampak dari pandemi COVID-19. 

Dengan kerja sama tersebut, Liverpool bisa mendapat dana segar 430 juta euro. Mereka juga bisa meningkatkan pemasaran klub. 

© Andrew Powell/Liverpool FC via Getty Images
Roberto Firmino, Diogo Jota, dan pelatih Liverpool, Jurgen Klopp Copyright: Andrew Powell/Liverpool FC via Getty ImagesRoberto Firmino, Diogo Jota, dan pelatih Liverpool, Jurgen Klopp

Uang sebanyak itu tak hanya untuk bisnis klub Liverpool saja, melainkan juga Boston Red Sox, Fenway Park, dan tim NASCAR Roush Fenway Racing yang dimiliki FSG. 

Salah satu ekonom dari Smith College, Boston, pun menyarankan agar FSG dan RedBall segera menyelesaikan kesepakatan sebelum akhir 2020. Sebab, akan butuh waktu bagi Biden untuk menyelesaikan undang-undang baru tersebut. 

"Jika Biden menang maka dia akan menjadi Presiden pada 20 Januari dan membutuhkan waktu sebelum ia memperkenalkan undang-undang Capital Gain," ujarnya dilansir dari ECHO

© Getty Images
John W. Henry Copyright: Getty ImagesPetinggi FSG, John W. Henry

Liverpool benar-benar beruntung ketika tampuk kekuasaan berpindah ke tangan Fenway Sports Group (FSG) sekitar sembilan tahun lalu. Pimpinan mereka, John W Henry, jelas lebih baik daripada keluarga Glazers, yang memiliki Manchester United.

Kini, perlahan-lahan FSG mulai berhasil membangkitkan klub Liverpool sebagai salah satu raksasa di Inggris dan Eropa. Pemilik Liverpool sanggup menepati sejumlah janji penting. 

Janji-janji itu adalah mengurangi utang klub yang dibuat pemilik di masa lalu, bersaing merebut trofi, mengembalikan kejayaan klub di dalam dan luar lapangan, serta mengembalikan kultur juara Liverpool. 

Itu artinya, Liverpool saat ini dibangung untuk kesuksesan jangka panjang. Maka dari itu, jika hal ini terus berjalan sebagaimana mestinya, The Reds memiliki modal yang cukup untuk bisa mendominasi Liga Inggris dalam waktu cukup lama.