In-depth

Man United Punya Class of '92, Liverpool Punya Geng Spice Boys

Selasa, 10 November 2020 17:19 WIB
Editor: Nugrahenny Putri Untari
 Copyright:
Spice Boys Saingi Class of '92?

Sir Alex Ferguson, yang sudah punya Class of ‘92 di Manchester United sempat mengomentari penampilan skuat Liverpool saat final Piala FA 1996. Menurutnya, tampilan mereka saat itu terlihat begitu konyol.

The Devils tampil sebagai pemenang laga tersebut dengan skor 1-0 berkat gol tunggal Eric Cantona jelang akhir babak kedua. Fergie pun kemudian menyenggol topik soal outfit jas para pemain Liverpool dalam sebuah tayangan dokumenter BBC.

Ia melihat kembali foto rivalnya tersebut dalam balutan jas yang konon berasal dari rumah mode Armani - dan berkata, “Kenapa mereka melakukan itu?”

Mungkin Sir Alex Ferguson merasa kaget ketika melihat pemandangan yang tersaji di hadapannya kala itu. Ironisnya, The Reds yang tampil keren tersebut malah jadi tim yang kalah.

“Entah arogan atau telalu percaya diri, saya tidak tahu, benar-benar konyol. Kemeja biru, dasi merah putih, dan jas putih. Siapa yang mendesainnya? Jamie Redknapp sampai menggunakan kacamata hitamnya,” kelar Fergie.

Spice Boys vs Class of ‘92

Tentu ada perbedaan mencolok jika membandingkan Spice Boys Liverpool dengan Class of ‘92 Manchester United, walaupun ada juga persamaannya.

Istilah Spice Boys merupakan sebuah perwujudan kultur sosial di Inggris, yang mana mengombinasikan sepak bola dan salah satu sensasi yang tengah populer di masyarakat kala itu, yakni musik - Spice Girls.

Spice Girls sendiri adalah selebritas, yang biasanya identik dengan gaya hidup glamor. Jadi, tidak heran apabila istilah Spice Boys pada akhirnya membuat para pemain Liverpool tersebut lekat dengan citra dan persepsi serupa.

Sementara itu, Class of ‘92 lebih mendeskripsikan sepak bola itu sendiri, yakni kumpulan para pemain muda Manchester United yang berprestasi hingga berhasil memenangkan FA Youth Cup.

Saking hebatnya, sejumlah bintang seperti David Beckham, Gary Neville, Phillip Neville, Ryan Giggs, Paul Scholes, dan Nicky Butt mendapat kesempatan untuk bermain di tim utama meski masih berusia belia.

Meski demikian, persamaan keduanya adalah sama-sama istilah yang terbentuk dari sebuah fenomena. Satu contoh lainnya adalah The Invincibles milik Arsenal dan Preston North End.

Jadi, siapa lebih keren?