In-depth

Usia Uzur dan 10 Bulan Tak Main Bola, Tepatkah AC Milan Rekrut Mario Mandzukic?

Senin, 18 Januari 2021 14:41 WIB
Editor: Prio Hari Kristanto
© Simon Holmes/NurPhoto via Getty Images
Mario Mandzukic saat membela klub Qatar, Al Duhail Copyright: © Simon Holmes/NurPhoto via Getty Images
Mario Mandzukic saat membela klub Qatar, Al Duhail
Mandzukic, Bukan Striker Gaek Biasa?

Mario Mandzukic memiliki rekam jejak cemerlang di masa jayanya dalam sepak bola Eropa. Bersama Bayern Munchen ia meraih treble winner yang meliputi Liga Champions, Bundesliga, dan DFB Pokal. 

Di Juventus, ia juga memenangkan 4 gelar scudetto dan 3 Piala Italia. Gelar lain yang digapainya adalah LaLiga Spanyol bersama Atletico Madrid. 

Sementara secara individu, prestasinya juga tak diragukan lagi. Ia pernah menyabet gelar top skorer Euro 2012 dan dua kali jadi pemain terbaik Kroasia. 

Namun karier Mario Mandzukic memasuki masa senja setelah ia memilih hengkang dari Juventus. Meski begitu, bukan berarti kariernya tamat. 

Manajemen AC Milan tentu tidak akan sembarangan dalam merekrut pemain,. Jelas ada alasan khusus mengapa Milan merekrut pemain yang 10 bulan tak turun dalam laga profesional.

Dalam tim transfer yang dipimpin Paolo Maldini tentu ada para scouting di lapangan yang memantau keadaan pemain incaran. Milan juga tentunya sudah berdiskusi panjang lebar dengan agen sang pemain. 

Maka bisa diasumsikan bahwa Mandzukic mampu menjaga kondisinya tetap fit untuk bisa turun lagi di level tertinggi. Selain itu, sama seperti Zlatan Ibrahimovcic, Mario Mandzukic bukanlah striker biasa. 

Ia adalah salah satu striker Eropa dengan penampilan konsisten. Mandzukic selalu menjadi mesin gol andalan di tim yang dibelanya. 

Catatan gemilang pun tak henti-hentinya ia dapatkan di usianya yang tak lagi muda. Mandzukic bergabung dengan Juventus pada awal musim 2015/16. Saat bergabung, Mandzukic sudah memasuki usia kepala tiga. 

Namun, selama kurun empat tahun di Juve, ia justru meraih banyak pencapaian seperti 4 scudetto, 3 Coppa Italia, dan 2 final Liga Champions. Justru dalam hal trofi, perolehannya lebih banyak di Juventus ketimbang saat di Munchen.  

Di usia 30-34 tahun, Mandzukic telah mencatatkan 44 gol dan 17 assist dari 162 pertandingan. Walau statistik individu agak menurun dari saat masa jayanya di Munchen, jumlah ini terbilang sangat bagus bagi pemain yang berduet dengan Gonzalo Higuain ini. 

© Getty Images
Selebrasi Mandzukic di pertandingan kontra Parma. Copyright: Getty ImagesSelebrasi Mandzukic di pertandingan kontra Parma.

Catatan lain adalah, Mario Mandzukic merupakan bomber yang jarang menderita cedera. Sepanjang kariernya, ia belum pernah menderita cedera lebih dari tiga bulan pemulihan.

Fakta ini menunjukkan bahwa Mandzukic adalah sosok pemain yang kuat. Lebih baik bagi Mandzukic 10 bulan berlatih di luar arena ketimbang 10 bulan harus terkapar tak berdaya karena cedera. 

Untuk itu, dengan biaya transfer nol serta gaji yang murah meriah, memilih Mario Mandzukic adalah pilihan ideal bagi Milan dalam rangka membantu perburuan scudetto 2020/21. 

Ditambah lagi, dengan usia yang tak lagi muda, Mario Mandzukic menjelma menjadi sosok yang berpengalaman. Harap diingat, Milan merekrut Mandzukic dengan tujuan mencari bomber pelapis.

Kerap kali, mentalitas dan pengalaman dari pemain seperti Mandzukic lebih dibutuhkan untuk perkembangan pemain yang lebih muda seperti Rafael Leao, Jens Petter Hauge, sampai Daniel Maldini. 

Faktanya, Mandzukic sudah tahu betul seluk-beluk tim juara di Liga Italia. Maklum, empat gelar scudetto sudah dikoleksinya bersama Juventus. 

Sama seperti Ibra, pengalaman dan mentalitas ini bisa ia tularkan kepada pemain muda AC Milan lainnya. Apalagi, 'King' Zlatan Ibrahimovic menyambut dan merasa senang dengan berabungnya Mandzukic di Liga Italia bersama AC Milan. Sinergi keduanya bakal sangat membantu Pioli dalam perburuan gelar tahun ini.