In-depth

Didepak AC Milan Lalu Torino, Sepak Terjang Giampaolo Patut Disorot

Selasa, 19 Januari 2021 15:05 WIB
Editor: Nugrahenny Putri Untari
© Emilio Andreoli/Getty Images
Eks pelatih AC Milan, Marco Giampaolo, baru saja dipecat Torino. Copyright: © Emilio Andreoli/Getty Images
Eks pelatih AC Milan, Marco Giampaolo, baru saja dipecat Torino.

INDOSPORT.COM - Malang nian nasib Marco Giampaolo. Usai dipecat AC Milan, kini ia dipecat Torino lantaran dianggap gagal meningkatkan performa tim.

Pasalnya, klub asal Turin tersebut kini bercokol di peringkat 18 klasemen sementara Serie A Italia 2020-2021. Jelas saja, para penggemar maupun manajemen merasa khawatir bukan kepalang.

Apalagi, dari 18 pertandingan yang telah dilalui, mereka baru menelurkan dua kemenangan, dilengkapi tujuh hasil imbang dan sembilan kekalahan. Tidak ayal, karier Marco Giampaolo-lah yang jadi taruhannya.

Alih-alih memperbaiki Torino, ia malah membawa mereka melalui start yang buruk musim ini. Ketok palu pemecatan Giampaolo sendiri terjadi setelah timnya hanya bisa bermain imbang kontra tim promosi, Spezia.

Lewat sebuah pernyataan resmi, Torino pun menyampaikan kabar pahit ini kepada publik dan para suporter mereka.

“Torino Football Club mengumumkan bahwa klub sudah melepas Marco Giampaolo dari jabatan pelatih tim utama,” demikian penjelasan pihak Torino.

“Kami mengucapkan terima kasih kepada Giampaolo dan stafnya yang telah bersikap profesional dan menunjukkan komitmen selama beberapa bulan terakhir.”

Selain posisi yang memilukan di klasemen sementara Serie A Liga Italia, Torino juga baru saja terlempar dari ajang Coppa Italia setelah memaksa mantan klub asuhan Giampaolo, AC Milan, bertarung sampai babak penalti.

Pemecatan ini sekaligus menandai betapa sulitnya menjadi pelatih bagi Giampaolo. Ia baru bergabung dengan Torino pada bulan Agustus lalu namun sudah harus terdepak, kurang lebih sama seperti saat menukangi AC Milan.

Bersama Rossoneri, Giampaolo malah hanya bertahan selama kurang lebih empat bulan. Datang pada Juni 2019, ia hengkang pada Oktober 2019 setelah menangani tujuh pertandingan saja (tiga kali menang dan empat kali kalah).

Jika melihat sepak terjangnya sebagai pelatih, Giampaolo mungkin tidak sementereng rekan-rekannya yang lain. Ia sudah seperti Quique Setien-nya Italia ketika didapuk menangani AC Milan.

Ia tidak punya segambreng prestasi mentereng lantaran sebelumnya lebih sering melatih klub-klub kecil. Dalam portofolionya, nama-nama yang agak familier di telinga publik selain AC Milan mungkin hanya Cagliari, Sampdoria, Empoli, dan Torino.

Lalu berbicara soal masa jabatan sebagai pelatih, pria yang kini berusia 53 tahun tersebut termasuk yang mudah berpindah klub dalam waktu singkat.

Menangani klub-klub seperti Ascoli, Catania, Brescia, Cesena, Cremonese, dan Empoli misalnya. Hanya buttuh waktu setidaknya beberapa bulan sampai satu tahun baginya untuk lengser sebagai pelatih.

Kebanyakan alasan utamanya adalah gagal membawa tim yang diasuhnya meraih hasil bagus di liga. Meski demikian, ada beberapa kasus di mana Marco Giampaolo memutuskan mundur atau memutus kontrak secara mutual.

Setidaknya itu yang terjadi ketika ia menangani Sampdoria selama periode Juli 2016 sampai Juni 2019. Di klub ini pula ia mencatatkan waktu yang lebih lama ketimbang yang sebelum-sebelumnya.

Selain itu, Sampdoria juga jadi batu loncatan Giampaolo menuju AC Milan. Namun sayangnya masa-masanya bersama Rossoneri tidak berjalan sesuai ekspektasi.

Giampaolo pun kehilangan kesempatan besarnya untuk meraih trofi di klub besar. Ketika ia ingin membuka lembaran baru bersama Torino, mimpi indahnya kembali kandas setelah beberapa bulan saja.

Perginya Marco Giampaolo dari Torino adalah pemecatan keempat yang terjadi di ajang Serie A Italia musim ini. Sebelumnya, tercatat ada Fiorentina, Genoa, dan Parma yang melengserkan pelatihnya.

Torino sendiri belum mengumumkan siapa pengganti resmi Giampaolo, namun kabarnya mereka berkeinginan menunjuk mantan pemainnya, Davide Nicola, sebagai pelatih.

Tentu patut dinanti ke mana lagi kira-kira Giampaolo akan mendarat. Apakah menangani klub Italia atau hengkang ke liga top Eropa lainnya? Apakah masa kepelatihannya akan singkat lagi?