In-depth

Bagaimana Absennya Virgil van Dijk Pengaruhi Mandulnya Lini Serang Liverpool?

Jumat, 22 Januari 2021 10:34 WIB
Editor: Coro Mountana
© Bob Thomas Sports Photography via Getty Images
Dua pemain Liverpool John Barnes dan Peter Beardsley saat juara Liga Inggris 1989-90. Copyright: © Bob Thomas Sports Photography via Getty Images
Dua pemain Liverpool John Barnes dan Peter Beardsley saat juara Liga Inggris 1989-90.
Rusaknya Keseimbangan Antarlini Liverpool

Jika mengacu pada komentar legenda Liverpool, John Barnes, tidak adanya Van Dijk sedikit merubah gaya main Liverpool. Sehingga itu berdampak pada kreatifitas dan mental para pemain Liverpool ketika bertanding.

“Ketika Anda terbiasa memainkan gaya tertentu dengan cara tertentu dengan tiga pemain lini tengah pekerja keras, Anda memiliki Van Dijk di belakang sehingga memungkinkan full-back untuk maju dengan keyakinan dan menjadi kreatif," kata Barnes kepada talkSPORT.

Perlu diketahui jika Liverpool selama ini memang bermain tanpa playmaker. Oleh karena itu secara tidak resmi, kreatifitas serangan Liverpool pun diserahkan pada duet bek sayap yaitu Alexander-Arnold dan Robertson.

Barnes melihat jika kedua bek sayap Liverpool itu tidak bisa dengan fokus membangun serangan tim karena khawatir terkena counter attack. Itu juga yang menjadi penyebab garis pertahanan Liverpool kini tak setinggi saat masih ada Van Dijk.

Sebenarnya Liverpool sudah memiliki Fabinho yang didapuk sebagai bek pengganti Van Dijk, ia terkadang ditemani Jordan Henderson karena Joel Matip sempat cedera. Tapi justru duet Fabinho dan Henderson dianggap sebagai kelemahan oleh legenda Manchester United, Garry Neville.

© Mark Robinson
Jamie Carragher dan Gary Neville saat tampil bersama untuk game Fifa 16 Copyright: Mark RobinsonJamie Carragher dan Gary Neville saat tampil bersama untuk game Fifa 16

“Pemain lini tengah Liverpool yang paling kuat (Fabinho dan Henderson) bermain sebagai bek tengah. Tidak ada ritme yang sama dan kohesi yang mungkin menyebabkan masalah pada tiga striker Liverpool,” kata Neville.

Maksud Neville di sini, ketika Fabinho dan Henderson diduetkan, lini tengah Liverpool yang diisi oleh Wijnaldum, Thiago dan Shaqiri malah menjadi titik lemah. Soalnya tidak ada koordinasi baik untuk menciptakan ritme dan kohesi yang harmoni di antara 3 gelandang itu.

Thiago seperti rindu akan sosok Leon Goretzka yang terbiasa melindunginya, Wijnaldum tidak bisa bekerja sama dengan Shaqiri yang terlalu lama mengontrol bola. Oleh karena itu koneksi antara lini tengah dengan depan pun menjadi tidak mengalir seperti biasa.

Belum lagi, sentuhan dari Firmino, Mane dan Salah pun juga seperti hilang begitu saja. Sehingga ketika duet bek sayap dan lini tengah sudah mati-matian berkoordinasi mengkreasi sebuah peluang, ketiga striker utama Liverpool itu malah gagal mengeksekusi.

Kesimpulannya, wajar saja jika pelatih Jurgen Klopp dalam suatu wawancara mengaku bingung dengan masalah mandulnya lini serang. Soalnya seperti telah terjadi kerusakan keseimbangan antarlini Liverpool yang begitu kompleks dan rumit.

Berawal dari tidak adanya Van Dijk membuat duet bek sayap jadi kena mental sehingga ragu untuk maju dan akurasi umpan silang sangat buruk. Fabinho yang bertugas menjaga keseimbangan lini tengah dipaksa menjadi bek.

Hal itu membuat lini tengah jadi kehilangan harmonisasi karena kurangnya gelandang petarung seperti Fabinho. Kacaunya sirkulasi bola dari belakang dan tengah diperparah dengan finishing touch buruk para striker, jadilah lini serang Liverpool mandul sejadi-jadinya.