In-depth

Keras Kepala Chelsea yang Tak Mau Belajar dari AC Milan dan Man United

Rabu, 3 Februari 2021 14:30 WIB
Editor: Coro Mountana
© Julian Finney/Getty Images
Selebrasi pelatih Manchester United, Ole Gunnar Solskjaer, saat mengalahkan PSG di Liga Champions 2018/2019. Copyright: © Julian Finney/Getty Images
Selebrasi pelatih Manchester United, Ole Gunnar Solskjaer, saat mengalahkan PSG di Liga Champions 2018/2019.
Kepercayaan yang Berbuah Hasil

Jauh-jauh hari sebelum Lampard diisukan bakal dipecat Chelsea, pelatih Stefano Pioli dan Ole Gunnar Solskjaer sudah merasakan goyangan itu sejak 2019. Bagaimana tidak, tim yang mereka pimpin yaitu AC Milan dan Manchester United memang tampil sangat buruk.

Sempat ada isu jika Mauricio Pochettino sudah bertemu dengan Ed Woodward tentang peluangnya gabung Manchester United. Lalu di Milan, mantan pelatih RB Leipzig, Ralf Rangnick juga sudah jauh-jauh hari dibocorkan oleh media Jerman kalau akan melatih Setan Merah.

Bahkan bisa dikatakan, badai pemecatan yang menerpa Pioli dan Solskjaer saat itu lebih kencang ketimbang Lampard. Tagar seperti #PioliOut dan #OleOut terasa begitu nyata ketimbang #LampardOut.

Tapi AC Milan dan Manchester United akhirnya mengambil tindakan anti mainstream dalam dunia sepak bola modern yaitu mencoba percaya pada pelatih. Pelan tapi pasti, isu pemecatan Pioli dan Solskjaer pun mereda seiring meningkatnya peforma Man United dan AC Milan.

Lihat saja bagaimana saat ini, AC Milan dan Manchester United sekarang tengah bersaing dalam jalur perebutan gelar Serie A Italia dan Liga Inggris. Mencoba percaya pada pelatih merupakan salah satu kunci sukses AC Milan dan Manchester United bangkit seperti sekarang.

Sayangnya budaya percaya pada pelatih tak ada di dalam kamus Roman Abramovich. Bahkan pelatih Tuchel pun hanya diberi kesempatan melatih satu setengah tahun, yang artinya sewaktu-waktu ia bisa langsung dipecat juga.

Rekam jejak Tuchel yang kerap bertengkar dengan manajemen dan kekhawatiran ia tak bisa mengontrol ruang ganti tim, tampaknya menjadi pertimbangan utama mengapa Chelsea tak mau berikan kontrak jangka panjang. Dari sini saja sudah terlihat kalau Chelsea tak begitu percaya dengan Tuchel.

Tapi bagi Tuchel, apa boleh buat, mengambil pekerjaan jadi pelatih Chelsea, akan menaikan nama dan reputasinya setelah dipecat PSG. Namun satu catatan khusus untuk Chelsea, kebiasaannya yang memecat pelatih juga patut menjadi sorotan.

Entah sampai kapan manajemen Chelsea meneruskan tradisi langsung ganti pelatih begitu peforma tim menurun. Padahal sudah ada contoh seperti AC Milan dan Manchester United yang tetap percaya pada Pioli dan Solskjaer, mau sampai kapan Chelsea keras kepala?