In-depth

Kebangkitan Gylfi Sigurdsson Berkat Tangan Dingin Carlo Ancelotti

Kamis, 11 Februari 2021 15:29 WIB
Editor: Nugrahenny Putri Untari
© Premierleague.com
Gylfi Sigurdsson bangkit di Everton setelah ditangani Carlo Ancelotti. Copyright: © Premierleague.com
Gylfi Sigurdsson bangkit di Everton setelah ditangani Carlo Ancelotti.

INDOSPORT.COM - Berkat asuhan Carlo Ancelotti, Gylfi Sigurdsson menampilkan performa yang brilian di pertandingan putaran kelima Piala FA yang mempertemukan Everton vs Tottenham Hotspur, Kamis (11/02/21) dini hari WIB.

Duel yang digelar di Goodison Park tersebut pun dimenangkan oleh tuan rumah dengan dengan skor dramatis 5-4. Gylfi Sigurdsson bersama Dominic Calvert-Lewin, Richarlison (dua gol), dan Bernard adalah pembawa mimpi buruk bagi Spurs.

Kemenangan sebuah tim memang diukur dengan keunggulan skor saat peluit panjang wasit dibunyikan. Akan tetapi, penampilan apik para pemain juga tidak boleh dilupakan begitu saja, seperti halnya Gylfi Sigurdsson.

Selain menjebol gawang mantan klubnya, ia juga mencetak hattrick assist untuk gol rekan-rekannya yang lain. Catatan ini pun menciptakan rekor tersendiri di kubu Everton.

Pasalnya, Sigurdsson adalah pemain pertama yang mencatatkan hattrick assist dalam sebuah pertandingan setelah Steven Pienaar pada tahun 2012. Kreativitasnya yang menonjol pun turut membantu The Toffees menekan permainan lawan.

Selain penampilannya yang layak mendapat pujian, Sigurdsson juga mengaku senang bisa ‘reuni’ dengan Tottenham Hotspur. Meski bertemu sebagai musuh, ia tetap menghormati mantan klubnya tersebut.

“Selalu spesial pernah bermain untuk Tottenham. Saya mencintai klub ini, para pemain dan staf. Bahagia bisa bertemu mereka lagi, tapi yang terpenting kami (Everton ) masih bertahan di kompetsi ini,” kata Gylfi Siggurdson, seperti diberitakan HITC.

Sebagai informasi, Sigurdsson sendiri pernah berseragam Tottenham Hotspur selama periode 2012 sampai dengan 2014. Namun sayang ia belum pernah merasakan satu gelar pun bersama The Lilywhites.

Sempat mengembara sejenak ke Swansea City, pemain berusia 31 tahun ini pun mendarat di Everton pada tahun 2017. Selama berada di Merseyside sendiri, Sigurdsson sudah mengalami banyak naik dan turun dalam kariernya.

Pada musim pertamanya, Sigurdsson sempat kehilangan sejumlah menit bermain akibat cedera lutut. Ketika kembali, ia sempat mencatatkan performa yang lumayan dengan 13 golnya pada musim 2018-2019.

Setelah itu, karier Sigurdsson bagai sebuah roda yang terus berputar, kadang di atas dan kadang pula di bawah. Musim lalu misalnya, ia terlihat melempem dan kurang bergigi, ditambah performa Everton yang juga tidak stabil.

Kombinasi seperti ini adalah mimpi buruk bagi setiap pesepak bola. Untuk bangkit pun, jelas tidak semudah membalikkan telapak tangan dan pastinya membutuhkan proses, tenaga, serta waktu.

Untungnya, berkat tangan dingin Carlo Ancelotti, Sigurdsson bisa bangkit. Setidaknya, ia berhasil membuktikan bahwa harga mahal yang dibayarkan Everton untuk memboyongnya dari Swansea tidak sia-sia.

Ia kini adalah pemain yang bisa memimpin rekan-rekannya di lapangan, mampu melihat bahaya, dan mengontrol lapangan tengah dengan sangat baik. Rasa-rasanya, nilai 40 juta pounds tidak terbuang percuma.

Carlo Ancelotti datang pada akhir tahun 2019 dan sudah membawa banyak perubahan untuk Everton. Berkembangnya Gylfi Sigurdsson pun jelas tidak lepas dari campur tangannya, karena manajer selalu punya peran penting soal pembinaan pemain.

Don Carlo bisa mengeluarkan potensi terbaik dari anak asuhnya, membuat mereka merasa penting bagi tim.

Sigurdsson didatangkan Everton dengan kocek yang lumayan, menandakan betapa berharganya ia bagi The Toffees. Akan tetapi, sejak merapat pada tahun 2017, baru sekarang imejnya yang penting tersebut nampak di permukaan.

Bermain di bawah asuhan Carlo Ancelotti, Sigurdsson yang berposisi sebagai gelandang serang, digeser ke peran yang lebih mendalam. Menit bermainnya pun aman-aman saja dengan berpartisipasi di seluruh kompetisi musim ini.