Bola Internasional

Kala Manchester United dan Liverpool Terseret Kasus Pengaturan Skor

Senin, 3 Mei 2021 21:11 WIB
Editor: Zulfikar Pamungkas Indrawijaya
© Indosport.com
Pengaturan Skor Sepak Bola Copyright: © Indosport.com
Pengaturan Skor Sepak Bola
Good Friday Betting Scandal

Pengaturan skor yang menyeret nama besar Manchester United dan Liverpool itu terjadi pada 2 April 1915 yang biasa juga disebut dengan ‘Good Friday Betting Scandal’.

Kala itu, Man United akan memainkan laga terakhirnya di Divisi Pertama (kasta teratas) di mana Liverpool menjadi lawannya. Laga ini sendiri adalah laga hidup mati bagi Setan Merah.

Pasalnya, saat itu Man United ada di tempat ke-18 dan hanya unggul satu poin dari Chelsea. Kemenangan menjadi harga mati bagi Setan Merah agar tak terdegradasi.

Dalam tuntutan harus menang, lahirlah ide pengaturan skor antara pemain Man United dan Liverpool itu sendiri.

Di laga itu, Man United menang 2-0 dari Liverpool lewat dua gol George Anderson. Di laga itu, pemain The Reds, Fred Pagnam, gagal mengeksekusi penalti dan membentur mistar gawang Setan Merah.

Kejadian itu membuat para pemain Liverpool memprotesnya. Hal ini pun tercium oleh FA yang lantas mengadakan investigasi.

Hasilnya? Tujuh pemain dari dua kesebelasan terlibat dalam pengaturan skor di mana anam Jackie Sheldon (Liverpool) disebut sebagai otaknya. Usut punya usut, Sheldon sendiri merupakan mantan pemain Man United.

Alhasil, ketujuh pemain tersebut dihukum larangan bermain seumur hidup. Keputusan ini diputuskan pada 27 Desember 1915. Lalu bagaimana nasib kedua tim?

FA memutuskan hanya menghukum para pemain tersebut dan tak menghukum klubnya karena pengaturan skor ini hanya melibatkan pemain. Sedangkan Man United dan Liverpool tak tahu menahu.

Sehingga, Man United tetap berhak mendapat dua poin (waktu itu kemenangan dihargai dua poin) dan terbebas dari degradasi karena unggul satu poin dari Chelsea yang ada di tempat ke-19.

Saat itu, liga sempat terhenti karena perang dunia pertama. Enam dari tujuh pemain yang dihukum sebelumnya pun terbebas dari hukuman karena dalih melayani negara dengan ikut berperang.

Lalu saat liga digulirkan kembali pada 1919/1920, Chelsea yang harusnya terdegradasi malah tetap bertahan karena terjadi perubahan format di mana tim peserta berubah dari 19 menjadi 20.