In-depth

Belajarlah dari Dimitar Berbatov, Harry Kane!

Selasa, 18 Mei 2021 10:10 WIB
Editor: Zulfikar Pamungkas Indrawijaya
© (Photo by Sebastian Frej/MB Media/Getty Images)
Harry Kane (Tottenham Hotspur) merayakan gol kedua Tottenham Hotspur saat melawan Dinamo Zagreb. Copyright: © (Photo by Sebastian Frej/MB Media/Getty Images)
Harry Kane (Tottenham Hotspur) merayakan gol kedua Tottenham Hotspur saat melawan Dinamo Zagreb.

INDOSPORT.COM – Harry Kane harusnya belajar dari Dimitar Berbatov yang rela meninggalkan Tottenham Hotspur demi memenuhi ambisinya meraih gelar.

Menjelang dibukanya bursa transfer musim panas, rumor mengenai bakal hengkangnya Kane dari Tottenham berhembus kencang.

Dilaporkan oleh ESPN, Kane menyatakan keinginannya untuk pergi saat dirinya melakukan tatap muka dengan CEO Tottenham, Daniel Levy.

Kane juga mengaku ingin tetap bermain di Liga Inggris. Artinya, Kane membuka peluang pindah ke klub rival Tottenham yang tergabung dalam The Big Six.

Daniel Levy pusing dibuatnya. Pasalnya, Tottenham Hotspur masih berat hati melepas Harry Kane ke klub sesama Inggris, terlebih rival-rivalnya.

Daniel Levy sendiri sejatinya sudah meminta Kane untuk tinggal setahun lagi di London Utara. Sang pemain saat ini masih memiliki tiga tahun tersisa pada kontraknya dengan gaji 200 ribu poundsterling  per pekannya.

Namun, Kane berharap masa depannya bisa diputuskan sebelum dirinya membela Timnas Inggris untuk Euro 2020 pada 11 Juni mendatang.

Keinginan Kane hengkang tak lepas dari ambisinya meraih titel. Kesempatan itu sebenarnya terbuka saat Tottenham lolos ke final Piala Liga Inggris atau Carabao Cup musim ini.

Sayang, di partai puncak Tottenham dan Kane harus menerima kenyataan tumbang dengan skor tipis 0-1 dari Manchester City.

Kegagalan meraih titel bersama Tottenham membuat hasrat Kane menggebu-gebu. Namun, ia dihadapkan pada problema bahwa dirinya harus menghargai Spurs yang telah memberinya kesempatan di kancah profesional.

Untuk menghadapi problema tersebut, ada baiknya Harry Kane belajar dari Dimitar Berbatov yang mengesampingkan urusan sentimen demi memenuhi ambisinya.