In-depth

Bedah Kualitas Atilla Szalai, Bek Hungaria Pengganti Rudiger yang Merapat ke Chelsea

Jumat, 12 November 2021 18:55 WIB
Editor: Zulfikar Pamungkas Indrawijaya
© Grafis: Yuhariyanto/Indosport.com
Attila Szalai. Copyright: © Grafis: Yuhariyanto/Indosport.com
Attila Szalai.
Profil dan Kualitas Attila Szalai

Attila Szalai merupakan penggawa tim nasional Hungaria. Namanya naik sejak paelaran Euro 2020 di mana negaranya mampu tampil solid di grup neraka.

Szalai lahir di Budapest, Hungaria pada 20 Januari 1998. Kariernya sendiri dimulai dari Austria di mana ia membela Rapid Vienna pada 2016.

Setelahnya ia kembali ke Hungaria dengan bergabung Mezokovesd dan sempat berpetualang ke Siprus dengan bermain untuk Apollon Limassol.

Barulah pada Januari 2021, Szalai dipinang oleh Fenerbahce dan bermain untuk raksasa Turki tersebut hingga musim 2021/22 ini.

Kariernya di tim nasional Hungaria dimulai sejak 2019. Konsistensinya dalam permainan di lini belakang membuatnya selalu menjadi pilihan, termasuk di Euro 2020.

Berbicara soal kualitasnya, Szalai punya atribut yang sama dengan Rudiger, yakni bek yang tak segan berduel dengan lawan dan andal dalam urusan blok.

Dengan postur tubuh raksasa atau setinggi 1,92 meter, Szalai unggul dalam duel-duel udara dan juga andal dalam berduel dengan lawan, persis seperti Rudiger.

Hal ini bisa dilihat dari statistiknya selama bermain. Dilansir dari laman Whoscored, Szalai punya rata-rata tekel 2,1 per 90 menit, rata-rata 1,8 intersep per 90 menit, rata-rata 0,5 blok per 90 menit.

Karena kengototannya dalam bertahan seperti Rudiger, Szalai tak jarang melakukan pelanggaran. Rata-rata ia membuat 0,8 pelanggaran ke lawan per 90 menit.

Kemiripan Szalai dengan Rudiger terletak pada kemampuan dalam melepaskan operan, konsentrasi dalam bertahan dan caranya memblok bola baik itu dengan tekel maupun dengan badan.

Perihal operan, Szalai punya rataan umpan kunci dan dribel sebanyak 0,3 per 90 menit. Berbeda tipis dengan Rudiger yang punya rataan umpan kunci sebanyak 0,4 per 90 menit dan dribel sebanyak ,3 per 90 menit.

Hanya saja, Szalai punya kelemahan. Karena posturnya, ia tak cepat dalam melakukan sprinting, berbeda dengan Rudiger yang dikenal cepat saat berlari tanpa bola.

Kelemahan ini terlihat saat Szalai diobok-obok oleh penyerang muda Chelsea, Armando Broja saat Hungaria bertanding melawan Albania.

Di laga itu, Broja mampu membuat Szalai mati kutu dengan pergerakannya dan berhasil mencetak gol setelah melewatinya sebanyak dua kali.

Dengan fakta ini, Chelsea seakan hanya buang-buang uang saja untuk merekrut Szalai. Apalagi jika ia diproyeksikan sebagai pengganti Rudiger yang telah mencatatkan namanya sebagai salah satu bek terbaik di dunia.

Mungkin Chelsea lebih baik memilih memperpanjang kontrak Rudiger dan memberikan kesempatan kepada pemain mudanya, Levi Colwill, untuk belajar dengan bek senior tersebut dan menjadi penggantinya.