Liga Indonesia

Sederet Julukan Klub Sepak Bola Indonesia yang Berasal dari Cerita Rakyat

Selasa, 3 Mei 2022 09:50 WIB
Penulis: Agung Wicaksono | Editor: Prio Hari Kristanto
© Ginanjar/INDOSPORT
Jelang lawatanya ke markas PSCS Cilacap, Sabtu (15/10/14) besok, tim Persis Solo sudah diperkuat beberapa pemain andalanya. Salah satunya Bayu Nugraha (92) yang siap menambah daya gedor tim Persis. Copyright: © Ginanjar/INDOSPORT
Jelang lawatanya ke markas PSCS Cilacap, Sabtu (15/10/14) besok, tim Persis Solo sudah diperkuat beberapa pemain andalanya. Salah satunya Bayu Nugraha (92) yang siap menambah daya gedor tim Persis.
Laskar Sambernyawa dan Mahesa Jenar

Julukan pertama datang dari klub asal kota Solo yakni Persis Solo yang merupakan salah satu klub tertua dan bersejarah di Indonesia. Klub kebanggan Pasoepati ini juga masuk dalam tujuh klub yang mendirikan PSSI di Yogyakarta.

Selain dengan jersey merahnya, Persis Solo juga terkenal dengan julukan Laskar Sambernyawa. Julukan ini tentu saja diadaptasi dari cerita Pangeran Sambernyawa yang telah melegenda di kota Solo.

Dalam perjalanan sejarah Kota Solo, Raden Mas (RM) Said atau Pangeran Sambernyawa merupakan salah satu sosok melegenda. Dia  merupakan penguasa pertama Kadipaten Mangkunegaran.

RM Said dikenal sebagai sosok pemberontak yang ditakuti di era kepemimpinan Paku Buwono (PB) II di Kerajaan Mataram Islam. Bersama pasukannya, Pangeran Sambernyawa bertahun-tahun memerangi Belanda dan Mataram.

Pemberontakan itu berakhir pada 17 Maret 1757 dengan Perjanjian Salatiga antara RM Said dengan PB III yang membagi wilayah Kerajaan Mataram untuk kali kedua setelah Perjanjian Giyanti.

Tokoh Fiktif Mahesa Jenar yang Jadi Julukan PSIS Semarang

Mahesa Jenar merupakan tokoh fiksi yang dibuat dan muncul dalam cerita Nagasasra dan Sabuk Inten atau Agung Sedayu dalam Api di Bukit Menoreh sudah seperti legenda.

Bagi sebagian orang, mereka dianggap sebagai sosok yang pernah ada. Sang pengarang Singgih Hadi Mintardja memang begitu hidup berkisah dalam karya-karyanya yang berjilid-jilid itu yang dimuat setiap hari di harian Kedaulatan Rakyat, Yogyakarta.

Herry Wibowo, atau disingkat WIB, makin menghidupkan tokoh-tokoh tersebut lewat gambar kulit atau sampul versi buku karya SH Mintardja tersebut. Entah bagaimana ceritanya, Mahesa Jenar dapat menjadi seperti sekarang.

Namun yang jelas melalui gambar-gambar kulit yang dibuatnya, Herry Wibowo secara visual mengomunikasikan teks yang dibuat SH Mintardja. Sehingga banyak orang beranggapan Mahesa Jenar merupakan tokoh asli.

Herry Wibowo sebagai sosok yeng bertanggung jawab atas kesuksesan cerita Mahesa Jenar ternyata merpakan pria asli Semarang. Dia mulai menggarap gambar sampul cerita karya SH Mintardja, Nagasasra dan Sabuk Inten,sejak tahun 1966.