Bola Internasional

Penonton Disabilitas Diperlakukan bak 'Binatang' di Markas PSG, Pejabat Prancis Diminta Mundur

Rabu, 22 Juni 2022 22:15 WIB
Penulis: Yudha Riefwan Najib | Editor: Prio Hari Kristanto
© REUTERS/Dylan Martinez
Gol Karim Benzema di laga Liverpool vs Real Madrid yang dianulir wasit (29/05/22). (Foto: REUTERS/Dylan Martinez) Copyright: © REUTERS/Dylan Martinez
Gol Karim Benzema di laga Liverpool vs Real Madrid yang dianulir wasit (29/05/22). (Foto: REUTERS/Dylan Martinez)
Ted Morris Ungkap Beberapa Kekerasan di Prancis

Dengan adanya pengakuan dari Menteri Dalam Negeri, Gerald Darmanin, yang memberi tuduhan kepada suporter Liverpool=lah yang menjadi penyebab terjadinya kekerasan, Ketua Komisi Hukum Prancis angkat bicara.

"Kita tahu bahwa penggemar sepak bola Inggris (Liverpool) bukanlah penyebab dari masalah kekerasan (ditujukan kepada penyandang disabilitas] yang terjadi di Parc des Princes." ujar Francois-Noel Buffet.

Dirinya menambahkan bahwa ada kesalahan teknis tentang sebagian dari suporter dari Liverpool yang tidak mendapatkan tiket untuk menonton ajang bergengsi, Liga Champions edisi 2021/22.

Selain itu, atas tuduhan Darmian, Emilio Dumas mengungkapkan kekecewaanya, “Saya sama sekali tidak mengerti peristiwa versi menteri dalam negeri Gérald Darmanin.”

Berikut adalah beberapa kekerasan yang menimpa penyandang disabilitas di Parc des Princes :

1. Anak laki-laki berusia 14 tahun dengan kelainan bawaan langka sindrom Williams di semprot gas air mata.

2. Seorang pria dikejar dan dilempari botol kaca oleh sebagian geng
3. Wanita cacat, ditemani oleh ayahnya yang berusia lanjut pergi untuk menonton pertandingan mendapat serangan aneh & kejam oleh sebagian orang.
4. Pengguna kursi roda di semprot gas air mata.
5. Seorang anak laki-laki autis berusia delapan tahun dipisahkan dari keluarganya, kemudian diserang.

Selain itu, Joe Blott juga menyarankan kepada pemerintahan Prancis untuk mengusut dan melakukan penyeledikan secara transparan agar dunia tahu apa yang terjadi ketika final Liga Champions tersebut.

Para demonstran akan tetap memaksa Gerald Darmanin untuk turun dari jabatannya, kecuiali dirinya mau untuk bertanggung jawab, dan mengakui kesalahannya serta belajar dari kegagalan tersebut.

Setelah itu, Darmanin menyadari beberapa kesalahan yang dibuat oleh pihaknya, kemudian dia meminta maaf kepada seluruh orang yang hadir.

"Saya ingin menyampaikan penyesalan kami sehubungan dengan penyelenggaraan final karena beberapa orang tidak dapat melihat keseluruhan pertandingan. Saya menyesalkan kesalahan yang terjadi sebelumnya." kata Darmanin.