Liga Indonesia

Tragedi Berdarah Era Liga 1: Kerusuhan Kanjuruhan Buktikan Sepak Bola Indonesia Belum Aman

Minggu, 2 Oktober 2022 20:04 WIB
Penulis: Izzuddin Faruqi Adi Pratama | Editor: Isman Fadil
© Ian Setiawan/INDOSPORT
Truk kepolisian yang dibakar pasca kerusuhan suporter. Copyright: © Ian Setiawan/INDOSPORT
Truk kepolisian yang dibakar pasca kerusuhan suporter.
Kanjuruhan 2022 Paling Parah

5. Derby Jogja Pembawa Maut (2018)

Betapa malannya nasib Iqbal Setyawan. Bocah berusia 16 tahun yang hanya ingin merasakan serunya derby Jogja antara PSIM Yogyakarta vs PSS Sleman pada Juli 2018 silam tanpa mendukung tim manapun justru masuk dalam catatan kelam rivalitas kedua tim.

Ia jadi korban pengeroyokan enam oknum fans Laskar Mataram yang lebih tua dan termakan fanatisme buta lantaran terjaring sweeping di gerbang Stadion Sultan Agung.

6. Persib vs Persija Makan Tumbal Lagi (2018)

Haringga Sirla tidak menyangka jika perjalanan away day untuk menonton Persija Jakarta ke Bandung pada September 2018 lalu adalah caranya menjemput ajal.

Hanya karena swafoto dengan gestur khas The Jakmania, ia langsung dihajar habis-habisan oleh Bobotoh pendukun Persib Bandung hingga tewas dan video insiden itu sempat beredar di jagat media sosial.

Yang membuat tragedi ini semakin menyedihkan adalah ada oknum yang tega untuk mengedit video sadis tersebut untuk kepentingan pribadi dan politik.

Buntut dari meninggalnya Haringga adalah semakin panasnya hubungan The Jakmania dan Bobotoh yang sebelumnya juga sudah sangat tidak bersahabat.

7. 180 Jiwa Melayang di Kanjuruhan (2022)

Hanya karena tidak puas timnya kalah dari Persebaya Surabaya, sejumlah fans Arema FC menyerbu lapangan akhir pekan ini sebagai tanda protes. Mereka pun juga merusak sejumlah fasilitas termasuk mobil-mobil di area Kanjuruhan.

Polisi berusaha menertibkan massa dengan gas air mata namun cara ilegal di mata FIFA tersebut justru berakibat fatal. Mereka yang tak berdosa pun akhirnya ikut jadi korban entah karena sesak nafas dan lain sebagainya.

Dengan lebih dari 180 nyawa meregang, insiden ini jadi yang terparah dalam sejarah sepak bola lokal dan kini mendapat perhartian dunia. Bukan tidak mungkin FIFA akan menjatuhkan lagi sanksi pembekuan seperti tujuh tahun lalu.

Tragedi ini masih butuh penyelidikan lebih lanjut namun yang jelas baik suporter dan klub Arema, penyelenggara Liga 1, penyiar laga, sekaligus aparat sama-sama punya andil besar dan harus diberi hukuman setimpal.