Liga Indonesia

Tragedi Berdarah Era Liga 1: Kerusuhan Kanjuruhan Buktikan Sepak Bola Indonesia Belum Aman

Minggu, 2 Oktober 2022 20:04 WIB
Penulis: Izzuddin Faruqi Adi Pratama | Editor: Isman Fadil
© Ian Setiawan/INDOSPORT
Kerusuhan suporter usai laga Arema FC vs Persebaya pada Liga 1 pekan ke-11 di Stadion Kanjuruhan, Malang, Sabtu (01/10/22) malam. Copyright: © Ian Setiawan/INDOSPORT
Kerusuhan suporter usai laga Arema FC vs Persebaya pada Liga 1 pekan ke-11 di Stadion Kanjuruhan, Malang, Sabtu (01/10/22) malam.
Korban Didominasi Anak Muda

2. Bobotoh Dikeroyok di GBLA (2017)

Hanya dua bulan setelah peristiwa pertama, peristiwa kedua sudah menyusul. Kali ini korbannya adalah Bobotoh alias loyalis Persib Bandung.

Yang miris adalah korban yang bernama Ricko Andrean tersebut tewas karena dihantam oleh sesama pendukung Persib saat menonton laga klasik kontra Persija Jakarta di Stadion Gelora Bandung Lautan Api.

Korban yang masih berusia 22 tahun sudah berusaha menunjukkan identitasnya sebagai warga Bandung namun pengeroyok sudah dikuasai kadung iblis.

Akhirnya Ricko tidak sadarkan diri dan dibawa ke rumah sakit namun nyawanya tidak lagi bisa tertolong. Pasca lima hari dirawat ia menghembuskan nafas terakhir.

3. Bonek Remaja Tewas di Solo (2018)

Menyaksikan pertandingan tandang tim kesayangan seharusnya bisa menjadi perjalanan yang menyenangkan bagi siapa saja. Sayangnya tidak bagi Micko Pratama.

Suporter Persebaya Surabaya berusia 17 tahun itu pulang tinggal nama saat menyertai Bajul Ijo menghadapi PS Tira di Stadion Sultan Agung, Bantul, pada 13 April 2018 silam.

Kala hendak pulang ke Kota Pahlawan, Micko dan rekan-rekan Boneknya dilempari dengan batu oleh sekelompok orang saat tengah melewati Surakarta dan harus membayarnya dengan nyawa.

4. Aremania Muda Terinjak-injak di Kanjuruhan (2018)

Empat tahun sebelum insiden yang lebih akbar, Stadion Kanjuruhan sudah menjadi saksi lebih dulu atas kematian Dhimas Duga Romli. Fans muda tersebut meninggal usai jadi korban kekacauan yang mewarnai duel Arema FC vs Persib Bandung.

Dhimas yang baru berumur 16 tahun tidak terlibat dalam kericuhan antar suporter namun ia terseret kala coba meloloskan diri dari TKP. Sayangnya ia malah terinjak-injak.

Sempat bisa pulang, namun Aremania remaja itu justru wafat karena luka dalam yang lambat diketahui meski telah merasakan nyeri di dada.