Liga Italia

Jadi Penyelamat AC Milan, Rafael Leao Justru Kena Nyinyir Pelatih Legendaris Rossoneri

Senin, 25 September 2023 01:30 WIB
Penulis: Agustinus Rosario | Editor: Juni Adi
© Reuters/Daniele Mascolo
Arrigo Sacchi, eks pelatih klub Liga Italia (Serie A), AC Milan, menyebut Rafael Leao menjadi titik lemah Rossoneri musim ini. Foto: REUTERS/Daniele Mascolo Copyright: © Reuters/Daniele Mascolo
Arrigo Sacchi, eks pelatih klub Liga Italia (Serie A), AC Milan, menyebut Rafael Leao menjadi titik lemah Rossoneri musim ini. Foto: REUTERS/Daniele Mascolo

INDOSPORT.COM - Arrigo Sacchi, eks pelatih klub Liga Italia (Serie A), AC Milan, menyebut Rafael Leao menjadi titik lemah Rossoneri musim ini.

AC Milan akhirnya berhasil kembali ke jalur kemenangan. Rossoneri, julukan AC Milan, sukses membungkam tim tamu, Verona, dengan skor 1-0 dalam lanjutan Liga Italia 2023/2024 pekan ke-5, Sabtu (23/09/23).

Gol kemenangan AC Milan dicetak oleh Rafael Leao pada menit ke-8. Ini sekaligus merupakan gol ke-3 Rafael Leao di Liga Italia musim ini, yang dicetaknya hanya dalam 5 pertandingan.

Pertandingan ini juga spesial bagi Rafael Leao karena untuk pertama kalinya dirinya memakai ban kapten. Sayang, sang pemain tak bermain penuh karena ditarik oleh Stefano Pioli pada menit ke-80.

Namun, meski menjadi kapten dan mencetak gol penentu kemenangan, Rafael Leao justru kena nyinyir eks pelatih AC Milan, Arrigo Sacchi.

Pelatih legendaris Rossoneri tersebut blak-blakan menyebut ketergantungan pada Rafael Leao sebagai titik lemah AC Milan pada musim ini.

"Saya tidak terlalu bahagia karena melihat Milan masih masih berjuang. Saya tidak terkesan dengan hasilnya, meski mengalahkan Verona tidak pernah mudah," ujar Arrigo Sacchi, dikutip dari Football Italia.

"Masalah utama tim Pioli adalah bahwa mereka tidak cukup kolektif. Menjadi kolektif berarti memiliki 11 pemain yang aktif, baik dengan maupun tanpa bola."

"Leao, dengan aksinya di lapangan, jarang mau mundur ke belakang. Dengan kurangnya partisipasi sang pemain dalam kerja tim, Milan tidak pernah bisa kolektif."

"Kalau Anda ingin mengalami kemajuan, dengan menjadikan sepak bola Eropa sebagai tolok ukur, maka penting bagi setiap pemain untuk terlibat dalam proyek. Mereka mesti tahu bagaimana mengorbankan diri mereka demi tim," tuturnya.