Ramayana yang Terlupa dari Dunia Tinju

Senin, 1 Februari 2016 07:30 WIB
Kontributor: Fajar Kristanto | Editor: Galih Prasetyo
© Fajar Kurni/INDOSPORT
Mantan juara IBF Intercontinental kelas Bantam 1982, Junai Ramayana Copyright: © Fajar Kurni/INDOSPORT
Mantan juara IBF Intercontinental kelas Bantam 1982, Junai Ramayana
Pemerintah abai

Ketika disinggung soal perhatian pemerintah pada prestasi atlet yang mengibarkan panji Merah Putih di dunia internasional, Junai lantas terdiam. Dia telah lama tanpa ada dukungan dan kejelasan yang menjanjikan dari pemerintah akan prestasi yang diraihnya membela Indonesia

"Tawaran untuk mendapat pekerjaan yang memadai belum ada sampai sekarang. Tapi, kalau tali asih pernah terima. Cuma..," timpal salah satu rekan Junai saat menemani INDOSPORT yang kemudian menghentikan pernyataannya.

"Waktu era Menteri Pemuda dan Olahraga (Menpora) Andi Mallarangeng, Mas Junai pernah dapat tali asih. Hanya saja, dari nilai sebesar Rp 175 juta yang seharusnya diterima Mas Junai, hanya Rp 25 juta yang sampai ke tangannya," lanjut rekan Junai seraya meminta namanya tidak disebutkan.

Usai memutuskan gantung sarung tinju akibat kekalahan menyakitkan, potensinya tetap dihargai, sehingga Junai diminta melatih di Sasana Sawunggaling mulai 1998 lalu. 

Dari kiprah tangan dinginnya, beberapa petinju terkenal lahir darinya. Sebut saja mantan juara nasional, Julio de La Basez dan Dobrak Arter. Sayangnya, karir Junai makin meredup. Apalagi ketika Sasana Sawunggaling yang berjasa ikut menaikkan pamornya harus ditutup pada 2000an.

116