In-depth

Francis Ngannou, Jelmaan Mike Tyson yang Dipahat dari Kejamnya Jalanan

Selasa, 12 Mei 2020 17:13 WIB
Editor: Prio Hari Kristanto
© Josh Hedges/Zuffa LLC/Zuffa LLC via Getty Images
Petarung UFC yang menciptakan rekor KO 20 detik, Francis Ngannou, ternyata memiliki masa lalu yang keras di jalanan. Copyright: © Josh Hedges/Zuffa LLC/Zuffa LLC via Getty Images
Petarung UFC yang menciptakan rekor KO 20 detik, Francis Ngannou, ternyata memiliki masa lalu yang keras di jalanan.

INDOSPORT.COM - Petarung UFC, Francis Ngannou, baru-baru ini mencuri perhatian dunia lewat aksinya di dalam ring. Francis Ngannou sukses menang secara brutal atas lawannya Jairzinho Rozenstruik di VyStar Veterans Memorial, Jacksonville, Florida, pada Minggu (09/05/20).

Kemenangan ini membuatnya memperbaharui catatan pribadi miliknya selama bertarung di ajang UFC 249. The Predator sukses mencatatkan empat kemenangan beruntun di ronde pertama. 

Dalam pertandingan di Florida itu Ngannou mengalahkan Rozenstruik dengan KO hanya dalam waktu 20 detik setelah ronde pertama dimulai.

Keganasan Ngannou di dalam ring pun mengundang decak kagum dari legenda tinju kelas berat dunia, Mike Tyson

Mike Tyson secara langsung memberikan reaksi atas ketangguhan The Predator. Tyson dibuat kagum dengan petarung 33 tahun. Hal ini Tyson melalui cuitan di akun twitter pribadinya @MikeTyson

"Menggema...ganas...calon juara di masa depan, #Francis Ngannou, knockout dalam 20 detik malam ini," demikian tulis Mike Tyson. 

Respons dari Mike Tyson memang tidak berlebihan. Faktanya Francis Ngannou memang dianggap sebagai jelmaan Mike Tyson di arena UFC. 

'Monster' dari Kamerun, Jelmaan Mike Tyson di UFC

Petarung kelahiran Kamerun, Francis Ngannou, kini sangat dihormati di arena pertarungan UFC. Sebanyak 15 kemenangan (dari 18 partai) telah dikantonginnya yang membuatnya diguyur miliaran rupiah dari Dana White. 

Hal ini memang cukup mengejutkan mengingat Francis Ngannou terbilang cukup terlambat mulai menggeluti bidang bela diri Mixed Martial Arts (MMA). 

Pada 2018 Francis Ngannou sempat kesulitan ketika harus kalah dari dua petarung hebat Stipe Miocic dan Derrick Lewis secara beruntun.

Namun di akhir tahun 2018 ia berhasil memperbaiki catatan dengan mengalahkan Curtis Blaydes dalam pertarungan ulang di UFC Night Fight 141 dalam kemenangan TKO di babak pertama. 

Francis Ngannou pun terus melanjutkan tren positifnya ini di tahun 2019. Bahkan bisa dibilang di tahun ini ia mencatatkan sejumlah capaian spektakuler. 

Tahun 2019 dibuka Ngannou dengan pertarungan akbar melawan Cain Velasquez pada bulan Februari. Lagi-lagi ia berhasil memang KO di ronde pertama. 

Ini adalah kemenangan KO di ronde pertama keduanya secara beruntun setelah sebelumnya menang atas Curtis Blaydes di akhir 2018. 

Francis Ngannou pun membuktikan kemenangan ganas yang diraihnya bukan kebetulan semata. Pada pertarungan keduanya di tahun 2019 melawan Junior dos Santos di Juni 2019, ia lagi-lagi mencatatkan kemenangan KO pada ronde pertama. 

Rekor ini pun jadi salah satu yang terbaik di UFC. Namun Francis Ngannou mampu memperbaikinya menjadi empat kemenangan KO beruntun di ronde pertama saat mengalahkan Jairzinho Rozenstruik pada 9 Mei lalu.  

Ia pun dijuluki sebagai Mike Tyson di arena pertarungan UFC. Seperit yang kita ketahui Mike Tyson merupakan petarung yang sering menang KO di ring tinju kelas berat   

Hidup dari Kejamnya Jalanan

Ngannou dilahirkan dan dibesarkan di sebuah desa bernama Batie di Kamerun. Ngannou hiduo dalam kemiskinan dan tidak mengenyam pendidikan formal. 

Hal ini diperburuk dengan fakta bahwa kedua orang tua Ngannou bercerai saat usianya masih enam tahun. Ia pun terpaksa hidup bersama bibinya. 

Pada usia 12 tahun ia sudah bekerja sebagai buruh pasir. Lingkungan yang keras membuatnya diajak bergabung ke dalam sejumlah geng. 

Namun ia menolak dan justru memilih jadi petarung jalanan mengikuti reputasi ayahnya. Motivasinya ini kemudian diarahkan ke arah yang benar pada olahraga tinju. 

Pada usia 22 tahun ia memulai latihan tinju meskipun mendapat penolakan dari keluarga. Setelah berlatih selama bertahun-tahun, ia terpaksa harus berhenti karena sempat menderita penyakit. Ia pun meninggalkan tinju sejenak dan bekerja sampingan untuk mencari makan. 

Pada usia 26 tahun ia memutuskan hijrah ke Paris, Prancis. Di sini ia kembali secara serius menggapai mimpinya sebagai petinju profesional. Cukup terlambat memang baginya untuk terjun di dunia profesional pada usia 26 tahun. 

Meski begitu, rencananya tak langsung berjalan mulus. Ia sempat menjadi gelandangan dengan hidup tanpa uang, teman, dan rumah untuk tinggal. 

Setelah hidup di jalanan Paris, ia akhirnya mendapat kesempatan untuk berlatih secara gratis di bawah Didier Carmont. Ngannou yang menjadi fans Mike Tyson  awalnya ingin menjadi petinju sebelum pelatihnya mengenalkan pada olahraga bela diri jenis MMA. 

Akhirnya ia mulai melangkahkan kariernya sebagai seorang petarung MMA di arena UFC pimpinan Dana White. Masa lalu yang sulit membuat Ngannou tak lupa nasib anak-anak di Kamerun. 

Setelah sukses, ia mendirikan sebuah gym bagi anak-anak di Kamerun yang ingin menggeluti olahraga tinju dan MMA. Oleh karena dirinya, banyak anak-anak di Kamerun yang kembali memiliki mimpi.